kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gaya pesiar nan ramah lingkungan


Sabtu, 24 Maret 2018 / 11:30 WIB
Gaya pesiar nan ramah lingkungan


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Menjelajahi destinasi wisata kini sudah menjadi gaya hidup masyarakat apalagi generasi milenial. Mereka kerap berselancar ke berbagai aplikasi wisata untuk mendapatkan paket liburan dengan harga terjangkau.

Di tengah agresivitas aplikasi wisata, Jejakku.co muncul dengan gaya baru. Situs ini tidak cuma memberikan informasi lokasi wisata saja. usaha rintisan yang digawangi Ahimsa Afrizal bersama ketiga koleganya ini justru membuat wadah marketplace wisata.

Ini memudahkan konsumen menemukan pemandu wisata sesuai keinginan. Bedanya dengan yang lain, Jejakku.co mencoba menyelipkan kegiatan sosial saat berwisata, seperti menanam pohon untuk penghijauan, membersihkan sampah di tempat wisata, donasi buku dan yang lainnya. "Ide ini muncul saat kami naik Gunung Semeru dan melihat banyak sampah yang tertinggal. Kami ingin para traveller ikut menjaga lingkungan," katanya kepada KONTAN.

Tahun 2015, alumni Universitas Airlangga, Surabaya ini resmi merilis Jejakku.co. Dengan latar belakangan pendidikan teknik informatika, Ahimsa dan sejumlah rekannya cuma membutuhkan waktu persiapan tiga bulan saja untuk membuat situs tersebut.

Modal pun hasil dari patungan dengan rekannya dan terkumpul Rp 5 juta. Dana itu ia pakai untuk membeli domain, server dan yang lainnya.

Lantaran tidak tahu soal destinasi wisata, Ahimza menggandeng biro wisata yang sudah paham membuat agenda perjalanan serta menetukan lokasi wisata. Sampai saat ini dia sudah menjalin kerjasama dengan 10 biro wisata. Adapun  paket wisata yang ditawarkan masih di sekitar Jawa, Bali, dan Lombok. Salah satunya  seperti Gili Labak di Madura dan Taman Nasional Baluran, Banyuwangi.

Laki-laki berusia 27 tahun ini menjelaskan bila mereka sangat selektif memilih partner lantaran ingin memberikan pengalaman yang pas bagi pelancong serta ingin memberikan manfaat nyata bagi warga di sekitar lokasi wisata. Meski begitu Jejakku.co masih membuka pintu bagi para biro wisata yang ingin  bergabung dengan mendaftar di situs Jejakku.co   

Kemudian, tim Jejakku.co bakal mengecek reputasi biro wisata atau tour organizer  itu serta kegiatan sosial yang ditawarkan. Proses ini memakan waktu tiga hingga tujuh hari kerja. Setelahnya, tim manajemen bakal menghubungi pihak tur wisata tersebut.

Tidak ada jangka waktu kontrak kerjasama yang dipasang manajemen. Tapi biro wisata bakal dikenai fee 10% dari harga paket wisata.

Sedangkan bagi para pelancong, bisa melihat terlebih dahulu paket yang ada. Bila tertarik bisa melakukan transaksi pembayaran yang sudah tersedia di halaman tersebut.

Sama dengan penyedia jasa lainnya, Jejakku.co memberikan garansi bagi para pelancong. Seperti bila ada pembatalan perjalanan dua minggu sebelum pemberangkatan,  pelanggan dapat refund tanpa potongan

Para pelancong juga bisa memberikan ulasan  dalam setiap perjalanan untuk menggambarkan kepuasan atau kekecewaannya. Ahimza mengaku akan memberikan peringatan hingga punishment kepada biro wisata yang  tidak memberikan pelayanan sesuai dengan agenda kegiatan.

Meski usaha rintisan ini tergolong beda dari yang biasanya, tidak mudah bagi Ahimza untuk memasarkan situs tersebut.  Inilah kendala awal yang ia temui saat memulai usaha tersebut. Maklum, belum banyak wisatawan lokal yang mau berkegiatan sosial disela-sela waktu berlibur.

Tapi ia tidak patah arang. Mumpung berada di era digital, ia pun memanfaatkan media sosial untuk ajang promosi Jejakku.co, seperti di Instagram hingga Youtube. Bak gayung bersambut, satu persatu peminat mulai berdatangan.

Sampai saat ini, jumlah pengunjung (viewer) sudah mencapai 1.000 - 5.000 pengunjung per hari. Sedangkan jumlah pengunjung yang sudah terdaftar sudah mencapai 15.000 anggota. "Karena pasar yang khusus ini maka growth kami hanya sekitar 10% per tahun," timpalnya.

Meski sudah mulai dikenal, Ahimza enggan berhenti berkampanye. Sampai sekarang, Ahimza dan rekan masih rutin mengunggah kegiatan para pelancong melalui saluran Youtube, serta infografis serta qoute lewat Instagram.

Hal positif lainnya lewat promosi via  media sosial ini adalah Jejakku mulai dikenal luas hingga ke pasar global.

Para pelanggannya tidak hanya wisatawan lokal tapi juga internasional dengan komposisi sekitar 80% pelanggan internasional. Maklum saja, mereka lebih teredukasi serta menginginkan pengalaman yang berbeda.

Langkah lain yang ia lakukan adalah mulai  mengubah target pasar yang tadinya bussiness to customer (BtoC) menjadi bussiness to bussiness (BtoB). Lantaran ingin lebih banyak menggaet para pelancong. "Kalau perorangan jumlah yang diberangkatkan sedikit sehingga dampaknya tidak terlalu besar," tandasnya.

Sebagai pertanda, ia merilis ulang usaha rintisan tersebut. Kini tampilan Jejakku.co sepenuhnya berbahasa Inggris. Tujuannya supaya bisa dipahami pelancong internasional. Seluruh usaha ini pun berbuah manis pasalnya, sekitar 80% pelanggannya merupakan korporat.

Kendala yang muncul saat ini adalah sulitnya mengukur keberhasilan aksi sosial yang dilakukan. Misalnya, sejauh mana perawatan dan penggunaan mesin daur ulang yang telah diberikan di lokasi tersebut.

Hingga saat ini, dia bersama tim masih terus mencari formula untuk  memastikan seluruh aksi sosial yang telah dilakukan bermanfaat dan tetap terjaga dalam jangka waktu yang panjang.

Setelah usaha ini dua tahun berjalan, ia dan rekan masih belum mau mengundang investor meski sudah ada yang tertarik menyuntikkan modal ke Jejakku.co. "Kami ingin menjadi cockroaches start up saja, kecil tapi tahan lama," cetusnya.

Ia masih ingin fokus menguatkan sistem manajemen dari bisnis ini. Lagi pula tidak sedikit start up kolaps kala disuntik modal.     

Gandeng warga sekitar

Pengamat start up Heru Sutandi, menilai sektor pariwisata masih mempunyai potensi bisnis bagus di tahun mendatang. Apalagi sektor ini masih belum banyak digarap pelaku usaha kecuali untuk akomodasi dan penerbangan.

Meski begitu, start up wisata wajib menggarap bisnisnya secara profesional bila ingin usahanya tersebut langgeng dan terus berkembang. Maklum saja, kebanyakan para pendiri start up tidak menerapkan sistem kerja baku dalam menjalankan usaha tersebut

Terkait upaya manajemen Jejakku.co yang masih belum mau menerima suntikan modal, menurutnya, itu merupakan hal wajar.  Mengingat pengguna situ ini  masih kecil sekitar 15.000 pengguna sehingga dana yang dibutuhkan untuk operasional juga kecil.

Tapi, pemilik situs tersebut tidak dapat terus jalan ditempat. Mereka wajib meningkatkan jumlah pengguna. Caranya harus rajin membangun komunitas dan memasarkan bisnis melalui berbagai saluran seperti media sosial dalam bentuk video yang menarik.

Sebelum mencapai ke arah sana, ia  mengingatkan ke manajemen Jejakku.co untuk sudah memulai mengelola situs tersebut dengan profesional. Artinya sudah ada pembagian peran dan tugas yang jelas di antara para pengelola situs tersebut.  

Yang tidak boleh dilupakan pula, kata Heru, Jejakku.co wajib membuat inovasi untuk menarik perhatian konsumen baru dan mampu mempertahankan konsumen lama. Selain itu, juga harus menggandeng warga lokal yang mengetahui potensi daerah untuk memudahkan mengoptimalkan destinasi wisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×