kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gazan meracik sukses dari keripik pisang


Rabu, 20 Desember 2017 / 11:15 WIB
Gazan meracik sukses dari keripik pisang


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Siapa yang tak kenal Zanana Chips, keripik pisang khas Indonesia yang ditaburi dengan berbagai bubuk rasa kekinian? Bagi masyarakat Indonesia, keripik pisang sudah menjadi camilan sehari-hari. Dulu, keripik pisang hanya ada dua jenis rasa, yaitu manis dan asin. 

Namun, berkat Gazan Azka Ghazara, keripik pisang sederhana dibranding dan diolah menjadi berbagai rasa. "Inspirasi awalnya karena saya tiba-tiba kepengen keripik pisang cokelat seperti yang di Lampung, tapi cari di Bandung tidak ada," ungkap pemuda dari Bandung ini.  
 
Dari keinginan inilah terbit ide untuk meriset soal keripik pisang cokelat. Dari riset tersebut, dia menemukan fakta bahwa penggemar keripik pisang cokelat khas Lampung banyak. Sayang, mereka harus menelan kecewa karena keripik pisang tersebut tidak dijual secara online maupun di luar Lampung.  
 
Lantas, dia pun mencoba peluang membuat keripik pisang serupa. Gazan pun langsung coba-coba meracik keripik pisang cokelat. Tak terhitung berapa kali dirinya berganti resep demi mendapatkan takaran yang pas. Untuk menguji keripik, Gazan membagi tester ke teman-temannya, hingga menemukan rasa yang pas. 
 
Setelah berproses selama beberapa bulan, akhirnya Gazan menemukan citarasa yang pas dan mulai berani mendebut Zanana Chips pada akhir 2013. Zanana menawarkan keripik pisang dengan lima rasa, seperti brown chocolate, creamy milk, smoked beef, classy spicy dan green thai tea. Harga Zanana per bungkus seberat 200 gram berkisar Rp 20.000-Rp 25.000. 
 
Produksi perdana sebanyak 30 bungkus langsung ludes terjual. Gazan memutar lagi uang hasil penjualan untuk membeli pisang, membumbui dan mengemasnya secara manual. Perputaran modal terus berkembang dari 30 bungkus, menjadi 50, 60, 100 bungkus dan terus meningkat. "Sekarang kapasitas produksi Zanana sekitar 75.000 pak per bulan," ujar pria 22 tahun ini. 
 
Zanana bekerjasama dengan tiga mitra di sekitar Bandung dengan 50 perajin keripik pisang. Dan saat ini Zanana memiliki lebih dari 1.200 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia.    

Kegagalan yang menjadi proses pembelajaran 

Dengan modal Rp 3 juta, hasil patungan bersama temannya, Gazan Azka Ghafara merintis bisnis pertamanya. Ia mendirikan Ayam Razet, olahan ayam tulang lunak. "Bisnis pertama saya itu bentuknya seperti warung pecel lele di pinggir jalan," kenangnya. 
 
Sayang, bisnis ini hanya bertahan 13 bulan, padahal awal-awal warungnya cukup ramai. Gazan mengungkapkan, saat itu dirinya belum belajar banyak soal bisnis.  "Yang saya tahu, teman-teman saya yang datang pas awal buka tak kembali lagi. Ternyata, lokasi jualan tak strategis, kalau malam sepi dan rasa ayamnya berubah-ubah," tuturnya. 
 
Gagal menjalankan Ayam Razet, Gazan tak patah arang. Kebetulan, ia kenal dengan seorang chef yang pandai membuat risol buah. Alhasil, berbekal pinjaman, dia menjajakan risol buah. 
 
Belum ada dua bulan berjalan, bisnis risol tersebut tutup lantaran sang chef pindah ke Kalimantan. "Resep risolnya diturunkan ke anak buahnya, tapi rasanya sudah berubah. Padahal, saya sudah buka tiga cabang," ungkapnya. 
 
Dua kali gagal, Gazan tak  kapok juga. Di akhir masa SMA, ia memberanikan diri berbisnis keripik pisang yang hari ini dikenal dengan Zanana Chips. 
 
Dengan modal awal Rp 1,05 juta menggeluti bisnis ini. "Rp 1 juta modal pinjaman dari nenek saya," ujarnya. 
 
Suami dari Silma Syahiida ini terinspirasi menjadi pengusaha setelah membaca dua buku yang diberikan oleh ibu seorang temannya, yaitu The Law of Attraction karya Michael J. Losier, dan Rich Dad Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki. "Waktu itu saya masih SMA," tuturnya. Selain itu, Gazan juga rajin ikut seminar wirausaha.
 
Ketekunannya membaca dan ikut seminar maupun workshop bisa menghantarkan Gazan mencapai mimpinya. "Bisnis bukan soal seberapa besar omzet yang dikumpulkan, tapi seberapa tahan seorang pebisnis menghadapi segala proses dan tantangan," pesannya.
 
Baginya, dua kali kegagalan merupakan proses yang harus dilewatinya untuk  belajar. "Proses gagal itu ibarat tes, kalau kita bisa lewati itu, berati kita siap dengan proses selanjutnya," tuturnya. Dalam bisnis, beberapa proses, seperti riset, uji coba resep, pengemasan dan pemasaran, harus dilewati satu per satu.     

Gaya Promosi Ala Milenial Dongkrak Penjualan

Meski kini Zanana Chips telah memiliki lebih dari 1.200 reseller di seluruh Indonesia, bukan berarti perjalanan Gazan Azka Ghafara mulus tanpa tantangan. Kesuksesan Zanana tak lepas dari strategi pemasaran yang jitu. 
 
Tak hanya inovasi terhadap varian rasa, namun juga pemasarannya. "Saya terinspirasi dari Maicih yang bikin orang penasaran. Nah, saya modifikasi cara itu untuk Zanana," ujarnya. 
 
Promosi Zanana Chips tak lepas dari peran sosial media, seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Line. Promosi kekinian khas generasi milenial sengaja dipilih oleh Gazan, sebab ia telah mengidentifikasi konsumen Zanana. Yakni, 80% konsumennya adalah perempuan berusia 17-30 tahun, suka belanja online, doyan ngemil, suka foto-foto dan pengguna aktif Instagram. 
 
Maka, Gazan mengganggap Instagram sebagai saluran efektif. "Awal pakai Instagram, tapi akun dikunci. Lalu, saya endorse beberapa artis. Untung saja, waktu itu belum berbayar," ungkapnya. 
 
Promosi lewat endorse beberapa artis dan mengunci akun Instagram Zanana ternyata memicu rasa penasaran target pasar Zanana. Imbasnya, banyak anak-anak muda yang bertanya dimana mendapatkan Zanana. Banyak juga yang menawarkan diri untuk menjadi mitra reseller. 
 
Dan, ketika tawaran reseller sekaligus akun Instagram Zanana dibuka untuk pertama kalinya, Gazan banjir permintaan. "Pertama kali buka lowongan reseller, langsung tembus 500 reseller di 70 kota. Saya masih inget itu dan sampai sekarang masih heran juga,," ujarnya sambil tertawa. 
 
Soal pemasaran beres, Gazan justru menghadapi tantangan soal keterbatasan bahan baku dan kelangsungan produksi. "Kami pakai pisang nangka dan pisang kapas dari Cimahi, jadi sering rebutan sama ibu-ibu, apalagi saat bulan puasa," tandasnya. 
 
Ia pun mencari bahan baku ke petani. Selain itu, pemuda 22 tahun ini juga ingin mengembangkan pemasaran Zanana ke jaringan ritel agar makin mudah dijangkau. 
 
Gazan juga bercita-cita menjadikan Zanana sebagai bisnis branding. Ia berkolaborasi dengan sejumlah merek produk fesyen. Sebut saja Woodka dan Harvest, dua brand lokal ini telah meluncurkan signature produk bermotif pisang.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×