kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gelembung bubble drink mengecil


Sabtu, 13 Januari 2018 / 16:05 WIB
Gelembung bubble drink mengecil


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Peta bisnis minuman mulai berubah. Sekitar empat tahun lalu, kemunculan minuman bubble (bubble drink) menjadi tren di masyarakat. Pemainnya pun banyak bermunculan karena potensi pasarnya begitu luas.  

Seiring berjalannya waktu, bisnis minuman bergeser. Kini, jenis minuman lain, seperti thai tea mulai digandrungi. Nah, bagaimana eksistensi bubble drink di tengah gempuran thai tea dan jenis minuman lainnya?

Review waralaba KONTAN minggu ini akan mengulas kelangsungan bisnis bubble drink. Tiga pemainnya, yaitu Lup Lup Bubble, K-Drink dan Cam Caw Bubble Drink. Bagaimana perkembangan bisnis dan strategi mereka untuk bertahan? Lalu, apa kendala yang mereka hadapi? Simak ulasannya berikut ini.

Lup Lup Bubble

KONTAN pernah mengulas gerai milik Muhammad Iqbal ini tahun 2016. Saat itu, jumlah gerai Lup Lup Bubble sekitar 526. Berselang setahun, gerainya menjadi 765 unit yang tersebar dari Sabang hingga Marauke.

Namun, jumlah ini masih jauh dari target 1.000 gerai hingga akhir dalam 2017. Iqbal mengaku pesimistis bisa mencapai target dengan kondisi ekonomi saat ini.  

Supaya Lup Lup Bubble tetap bertahan, Iqbal pun selalu menciptakan varian rasa baru tiap tiga bulan. Saat ini, Lup Lup Bubble punya 42 macam rasa dari 36 rasa sebelumnya.  Terbaru, mereka baru meluncurkan egg pudding. Harga jualnya dibandrol mulai dari Rp 7.000-Rp 15.000 per cup.

Manajemen Lup Lup Bubble  juga mengemas bubuk minuman dan gula dalam bentuk sachet, untuk memudahkan karyawan melayani konsumen. Sebelumnya, bubuk ini dikemas per 1 kilogram.

Sejak Maret 2017 lalu, Iqbal mengerek harga paket kemitraan menjadi Rp 6,5 juta untuk paket Rugby, Rp 9,5 juta untuk Diamond, dan Rp 14 juta untuk Crown. Ia memprediksi potensi bisnis minuman ini masih akan bagus ke depan.   

K-Drink

Pelaku usaha lainnya adalah Albert Sentosa yang merilis  K-Drink di Jakarta Barat. Berdiri sejak tahun 2014, K-Drink langsung menawarkan kemitraan. Selain itu, K-drink juga menjual produknya lewat SamWon Express.

Saat diulas KONTAN pada Desember 2016, sudah ada empat gerai yang berdiri di Tangerang, Bengkulu, Palembang, dan Medan. Kini, hanya tiga gerai kemitraan yang bertahan. Gerai yang di Medan sudah tutup lantaran.

Albert melihat angin persaingan kencang ini datang seiring popularitas thai tea dan minuman mango thai. "Kedua jenis minuman ini menggerus pasar bubble drink. Selain itu, penjualan ritel dua tahun terakhir lesu," terang Albert.

Menjelang akhir tahun, K-Drink tengah merevisi konsep untuk tahun depan. K-Drink nantinya akan menawarkan fresh drink dan healthy drink seperti jus.  Dengan konsep baru ini, Albert berharap bisa membuka lima cabang baru pada tahun 2018.  

Soal paket investasi, Albert hanya akan menawarkan paket kemitraan Island senilai Rp 409 juta. Adapun masa kerjasamanya tiga tahun.

Tahun lalu, K-Drink menawarkan tiga kemitraan, yakni paket Kafe dengan nilai investasi sebesar Rp 809 juta dengan masa kontrak selama lima tahun. Kedua, ada tawaran paket Island senilai Rp 409 juta dengan masa kontrak tiga tahun. Dan tawaran terendah adalah paket Booth dengan paket investasi sekitar Rp 309 juta dengan masa kontrak tiga tahun.

Sama seperti sebelumnya, mitra hanya perlu menyediakan tempat dan membeli bahan baku. Pembayaran untuk pembelian bahan baku dapat dilakukan dua kali dalam satu bulan. Untuk pertama kali memulai usaha, setiap paket wajib menyediakan 40 item produk K-Drink.

K-Drink saat ini menjual milk tea, fruit tea, ice blended, smoothies, coffee & chocolate, dan fresh tea. Produk-produk andalannya adalah varian original milk tea, matcha milk tea, taro milk tea, chocolate milk tea, dan banana chocolate.

Minuman bubble di K-Drink dijual dengan rentang harga Rp 17.000-Rp 24.000 tanpa topping. Pembeli dapat membubuhi topping dengan harga Rp 3.000-Rp 4.000.

Albert menuturkan kendala yang dihadapi oleh K-Drink adalah perubahan regulasi. "Adanya perubahan regulasi impor mengganggu suplai bahan baku. Selain itu juga ada konsep minuman baru, seperti mango, sangat berdampak apda bisnis bubble drink," terangnya.

Guna mengatasi permasalahan tersebut, K-Drink akan mengikuti regulasi yang baru. Sedangkan soal kompetitor, K-Drink selalu memberikan varian menu baru bagi pelanggannya. Demi menjangkau konsumen yang lebih luas dan mengikuti perkembangan teknologi digital, K-Drink bermitra dengan Go Food sejak satu tahun yang lalu. 

Cam Caw Bubble Drink

Cam Caw Bubble Drink didirikan oleh Jessica pada  2015 lalu di Solo, Jawa Tengah. Selang beberapa bulan, ia langsung menawarkan kemitraan pada Februari 2016.

Saat diulas KONTAN Oktober 2016, sudah ada 18 gerai Cam Caw Bubble Drink yang berdiri. Sebanyak 15 gerai milik mitra di Lampung, Palangkaraya, Surabaya, Solo, Depok, Jember, Jakarta dan sisanya gerai pusat di Solo, Jawa Tengah. Tiga gerai yang lain merupakan milik pusat.

Kini, gerai Cam Caw Bubble Drink berkembang menjadi 31 gerai yang tersebar di Sumatra, Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Sidoarjo, Banyuwangi, Kupang, Palangkaraya. Sedangkan pusat memiliki  delapan gerai.

Meskipun gerai bertambah pesat, Jessica mengubah nilai paket investasi. Sebelumnya ada empat paket investasi yang ditawarkan, yakni paket Rp 10 juta, paket Rp 13 juta, paket Rp 17 juta dan paket 45 juta. Kini, Cam Caw Bubble Drink hanya menawarkan dua paket, yaitu paket booth senilai Rp 27,9 juta dan paket island senilai Rp 62,9 juta.

Jessica mengatakan, alasan menyederhanakan paket kemitraan hanya menjadi dua lantaran ada peningkatan kualitas. Cara ini juga upaya melengkapi peralatan usaha agar performa usaha gerai mitra lebih maksimal.

Selain itu, dengan mengubah sistem menjadi under management, mitra tidak repot lagi mencari pegawai dan mengurus pembukuan. "Karena kami semua yang akan mengatasi dibawah pengawasan manajemen pusat. Mitra tinggal terima laporan per bulan," terangnya.

Namun, mitra yang mampu dan ingin mengelola sendiri gerainya juga masih diperbolehkan. Asalkan, sesuai dengan standar pusat.

Menurut Jessica, perubahan konsep manajemen ini bisa mengatasi kendala yang dihadapi mitra. "Untuk berusaha perlu promosi, perlu aktif, jadi kami tambahkan peralatan penunjang dan didampingi sampai pembukaan gerai," tambahnya.

Kerjasama kemitraan ini berlaku selama lima tahun.  Selain itu mitra dikenakan biaya royalti 3% dari omzet per bulan.

Varian Cam Caw Bubble Drink masih sama yaitu menyajikan sembilan varian bubble drink, lima tropical drink, dan satu dessert. Rasanya seperti bubble gum, cokelat,  cappucino, green tea, strawberry, blackcurrant, vanilla dan lainnya. Hanya saja, ada tambahan thai tea. Harganya berkisar Rp 10.000-Rp 20.000 per gelas.

Tahun depan, Jessica berniat memperbanyak cabang di kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya, serta menambah di Solo (homebase). Tahun ini, Cam Caw mendapatkan penghargaan Rising Business Award, kategori Brand & Pertumbuhan Bisnis.       

Harus mengikuti tren dan kebutuhan pasar

Meski ada pemain yang masih bisa mengembangkan gerainya dalam setahun terakhir, pengamat waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim justru mengamati bisnis kemitraan bubble drink belakangan mulai banyak yang meredup. Alasannya, munculnya tren bisnis minuman varian lain tengah menjamur di pasar Indonesia. Apalagi minuman asal negeri gajah putih, Thailand, yakni thai tea masuk ke pasar Indonesia secara masif.

"Saya lihat, minuman bubble atau bubble drink ini mulai terganggu dengan munculnya thai tea. Kebetulan saya juga banyak mengamati bisnis thai tea yang masif sekali merebut pasar Indonesia," jelas Erwin.

Ia pun memprediksi, selain minuman thai tea yang menjadi pesaing berat bubble drink, ada juga dua varian minuman lain. Dua varian baru tersebut adalah mango thai dan cheese tea. Keduanya juga tengah merangsek pasar bisnis minuman di tanah air. "Kita lihat, mango thai sekarang juga cukup meledak di Indonesia," ujarnya.

Ketatnya persaingan jelas tak dapat lagi dihindari. Erwin mengatakan, agar bisa tetap bertahan di industri kuliner, khususnya minuman, para pelaku usaha bubble drink wajib melakukan inovasi. Inovasi yang dimaksud adalah inovasi pada varian rasa.

"Para pelaku usaha bubble drink bisa melakukan inovasi dengan penemuan produk baru. Misalnya, kolaborasi antara thai tea dengan bubble atau varian produk lain," jelas Erwin. Intinya, para pelaku usaha bubble drink juga harus bisa mengikuti tren selera pasar  dan berusaha menyediakan yang menjadi kebutuhan pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×