kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gurih laba jamur masih memikat


Sabtu, 10 Februari 2018 / 12:10 WIB
Gurih laba jamur masih memikat


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Maizal Walfajri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Camilan sehat yang berasal dari sayuran seperti jamur kian diminati. Potensi ini mengundang banyak pemain baru membuka usaha olahan jamur. Respon pasar pun cukup baik.

Efeknya, usaha olahan jamur ini kian bermunculan. Tak sedikit pula pemain yang menawarkan kemitraan.
Kali ini KONTAN akan mengulas tiga kemitraan jamur krispi, yaitu Jamur Crispy Mr R, Rumah Jamur dan Jamur Kriwil Bu Ani. Untuk mengetahui perkembangannya lebih detail simak ulasan berikut ini.  

Jamur Crispy Mr. R

Suratman membuka bisnis Jamur Crispy Mr. R di Solo, Jawa Tengah sejak 2008 silam dan langsung menawarkan kemitraan. Pada September 2016 lalu, ia sudah memiliki 72 mitra. Kini, jumlah mitra berkembang menjadi 95 gerai  di seluruh Indonesia.

Suratman belum mengubah nilai investasi kemitraannya. Yakni, mulai dari harga Rp 5 juta, Rp 6 juta dan Rp 12 juta. Fasilitas yang diperoleh mitra yakni booth, perlengkapan, bahan baku jamur dan pelatihan karyawan.  

Mitra pun wajib memasok bahan baku ke pusat. Suratman tak mengutip biaya royalti. Selain nilai investasi, harga jual produknya juga tak berubah, yakni Rp 5.000 hingga Rp 8.000.  

Mengikuti tren pasar, Suratman menambah varian produknya. Jika sebelumnya hanya jamur dengan berbagai rasa, kini ia juga menyiapkan tahu krispi dan keripik jamur kemasan kering.

Dalam mengembangkan bisnis kemitraannya, kendala yang yang dia hadapi adalah menyiapkan bahan baku jamur tiram segar bagi mitra yang ada di luar Pulau Jawa. Seperti mitra di Makassar, Batam dan Kalimantan Barat.

Solusi untuk pengembangan di wilayah-wilayah tersebut adalah mengajak calon mitra  menjadi reseller jamur krispi.  

Selain itu, dia aktif berpromosi melalui sosial media seperti Facebook, masuk ke dalam berbagai komunitas wirausaha, petani jamur dan menggandeng supplier jamur. Awal tahun 2018 ini, Suratman sudah menambah dua mitra baru yaitu dari Jakarta dan Madiun. "Kami berharap tetap bisa menggandeng lebih banyak mitra di Indonesia," ucapnya.

RumaJamur

Pelaku usaha kemitraan jamur lainnya adalah Rial Aditya yang membuka RumaJamur di Cimahi, Jawa Barat. Berdiri sejak 2011 lalu, Ruma Jamur menawarkan kemitraan pada pertengahan 2016. Saat diulas KONTAN pada September 2016 lalu, RumaJamur sudah membuka tiga gerai di Cimahi dan Bandung.

Saat ini, sudah ada tujuh gerai. Dua gerai di Bandung, dua lainnya di Cimahi. Lalu ada gerai juga di Yogyakarta, Wonosobo dan Depok. "Masing-masing satu gerai,” jelas Adit. Dari ketujuh gerai tersebut, dua diantaranya adalah gerai milik pusat.  

Adit menjelaskan, dirinya juga tengah mempersiapkan gerai di area perkebunan jamur miliknya di Cisarua, Bandung Barat. “Jadi nanti bakal ada lokasi terpusat, mulai dari pembibitan jamur, budidaya sampai kulinernya ada di kebun RumaJamur yang di Cisarua itu,” ujarnya.  

Paket kemitraan yang ditawarkan masih sama, yakni paket Rp 9 juta dan paket Rp 15 juta. Dengan modal tersebut, mitra akan mendapat fasilitas peralatan usaha berupa booth portable, peralatan masak, perlengkapan usaha dan bahan baku awal. “Untuk paket Rp 9 juta, bahan baku yang didapat 300 porsi dan paket Rp 15 juta dapat bahan baku sekitar 500 porsi,” tutur Adit.

RumaJamur menawarkan beragam menu olahan jamur seperti siomay jamur, katsu jamur, ayam jamur, mie ayam jamur, burger jamur dan sate jamur. Harga menu dibanderol Rp 15.000 per porsi. Perkiraan omzet yang didapat oleh mitra sekitar Rp 4 juta–Rp 6 juta per bulan. Maka mitra diperkirakan bisa balik modal sekitar enam hingga sepuluh bulan. “Tak ada biaya royalti. Mitra harus membeli bahan jadi ke pusat,” kata Adit.   

Ditanya soal kendala selama menjalankan bisnis kemitraan jamur, Adit mengatakan kendala yang dihadapi masih seputar mempersiapkan tenaga kerja. Ia bilang tidak mudah menemukan karyawan seperti yang ada di kedai miliknya.  

Kendala kedua adalah banyaknya permintaan kemitraan yang berasal dari luar Pulau Jawa, seperti Medan, Bali dan Makassar. Adit merasa terkendala pada pengiriman bahan baku yang sebagian besar berbentuk makanan beku atau frozen food.

Dia pun mendapat solusi yakni membuka Master Franchise di tiap kota. Jadi, mitra Master Franchise tersebut akan mendapat resep produk  namun wajib dirahasiakan. "Sehingga produk kami bisa diolah di tiap kota, tak perlu dikirim dari pusat,” pungkas Adit.

Jamur Kriwil Bu Ani

Bersama suaminya, Djamaludin, Anita Carolina merintis bisnis olahan jamur, Jamur Kriwil Bu Ani, sejak 2008. Empat tahun kemudian, mereka  menawarkan kemitraan sejak 2012 lalu.

Tahun lalu, Jamur Kriwil Bu Ani punya 356 mitra yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Yogya, Cirebon, Tegal dan Brebes. Kini, ada 370 gerai. “Namun, tak semua gerai aktif. Ada beberapa yang sementara tutup, sekitar 40% dari total gerai,” terang Djamaludin.

Tingginya tingkat turn over (keluar masuk) karyawan menjadi penyebab utama sejumlah gerai mitra Jamur Kriwil Bu Ani tutup. “Karena rata-rata mereka mengandalkan karyawan,” tutur Djamal.

Ia pun hanya bisa bisa memberikan solusi dengan memberikan pelatihan bagi karyawan baru. Sebab, sebagai pemilik, Djamal punya tanggungjawab untuk mengganti karyawan gerai, jika  Jamur Kriwil Bu Ari yang melakukan rekrutmen.

Masih sama dengan tahun lalu, kini ada dua paket investasi yang ditawarkan, yakni Paket Banner Rp 3,5 juta (tanpa gerobak dan peralatan) dan Paket Lengkap Rp 7,5 juta. Paket Lengkap mendapatkan fasilitas gerobak, peralatan memasak, tabung gas 3 kilogram (kg), pelatihan karyawan dan bahan baku awal selama sebulan.

Harga jual jamur krispi aneka rasa pun masih dibanderol mulai Rp 4.000 – Rp 6.000 per porsi. Varian rasa yang ditawarkan yakni balado, barbeque, pedas, super pedas, jagung bakar, dan original. Tidak ada biaya royalti per bulan. Mitra hanya wajib membeli bahan baku dasar jamur dan tepung ke pusat.

Menurut pengakuan Djamal, gerai mitranya rata-rata bisa menjual 7 kg – 8 kg jamur atau setara 70 porsi – 80 porsi per hari. Rata-rata omzet yang didapat antara Rp 8,4 juta – Rp 12 juta per bulan. Laba bersih yang dikantongi bisa mencapai 40% dari omzet.

“Saat ini yang paling tinggi itu 25 kg per hari di daerah Adiyasa dengan target omzet Rp 60.000 hingga Rp 70.000 per kg," terangnya. Djamal juga menyiapkan 2 ton jamur perhari.

Ia mengaku pasokan bahan baku harian harian aman lantan 70% mitra berada di Jabodetabek. Sedangkan kendala pemenuhan kebutuhan bahan baku di luar Jabodetabek masih menjadi kendala. Apalagi di daerah yang memiliki cuaca yang panas tidak cocok untuk  budidaya jamur. Untuk mencari solusi soal masalah ini, Djamal mendorong petani setempat untuk mengajukan permodalan untuk membudidayakan jamur.

Djamal mengaku tidak terlalu ambisius dalam mengandeng mitra baru di tahun 2018. Namun, sejatinya, ia sedang membidik luar daerah, yakni k Jawa Timur. Djamal bilang, targetnya lebih dari 20 mitra baru. "Rencananya ke Malang nanti bakal buka langsung delapan gerai di Malang," tutup Djamal.                      

Potensi besar, tapi tetap harus inovatif

Para pemain bisnis kemitraan olahan jamur masih terus mengoperasikan gerainya bahkan menambah gerai mitra. Ini menjadi bukti bahwa usaha ini cukup potensial. Konsultan Usaha Djoko Kurniawan menilai,  potensi usaha olahan jamur masih akan bagus hingga tahun-tahun kedepan.  

Sulitnya mendapatkan karyawan memang menjadi salah satu kendala dalam menjalankan usaha ini. Menurutnya bila kondisi ini terjadi, maka ada kesalahan dalam sistem manajemen.

"Namun prinsip yang harus dimiliki oleh pebisnis adalah tidak boleh takut ditinggal karyawan karena mereka sudah mempunyai kurikulum yang jelas tentang pembentukan calon karyawan," katanya pada KONTAN, Jumat (19/1).

Alhasil, para pemilik usaha wajib mempunyai kurikulum pelatihan karyawan. Dengan pelatihan yang tepat, mereka dapat membentuk karyawan dengan cepat dan mudah.

Berhasil mempunyai mitra dan menjalankan puluhan hingga ratusan gerai di berbagai wilayah, seharusnya tidak membuat puas para pemilik usaha. Sebab, boleh jadi, jika tren bergeser, gerai mereka dengan cepat akan tergerus. Mereka pun mempunyai banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan salah satunya adalah inovasi.

Menghadirkan varian produk baru menjadi penting untuk menjamin keberlangsungan usaha. Produk baru juga menjadi strategi mempertahankan usaha ditengah-tengah ketatnya persaingan. Tidak hanya itu, pemilik usaha bersama dengan mitra pun juga wajib melalukan promosi untuk mengundang ketertarikan konsumen.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×