kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga selangit tergantung selera, minat, dan duit


Kamis, 26 Februari 2015 / 10:25 WIB
Harga selangit tergantung selera, minat, dan duit
ILUSTRASI. Fitur terbaru iPhone 15.


Reporter: Mimi Silvia, Pradita Devis Dukarno, Surtan PH Siahaan, Tedy Gumilar | Editor: Tri Adi

Harga batu gambar atau yang kerap disebut pictorial agate milik Sam Sianata yang satu ini terbilang luar biasa. Jika berminat, Anda mesti menebusnya dengan duit bermiliar-miliar, Rp 10 miliar angka persisnya. Batu milik Sam itu bergambar bunga kantung semar dan diklaim cuma satu-satunya di dunia.

Jangan dikira enggak ada peminatnya, ya. Pada 2013 lalu, seorang kenalannya menawar batu gambar itu dengan harga Rp 2 miliar. Tapi, Sam tak bersedia melepas batunya. “Buat saya batu ini sangat indah. Jenisnya batu gambar dalam, kalau disenter cahayanya tembus,” kata Ketua Komunitas Batu Gambar Indonesia ini.

Info saja, Sam mendapatkan batu gambar itu pada 2006 silam. Ia membarter mobil Opel Blazer miliknya seharga Rp 56 juta dengan batu tersebut. Saat itu, gambarnya sudah muncul  tapi gosokan batunya kurang sempurna. Setelah dipoles, kini batu ini menjadi salah satu harta Sam paling berharga.

Sebelumnya di 2012, Sam juga pernah melepas batu gambarnya senilai Rp 450 juta. Ia menukar guling batu gambar yang menyerupai singa dengan mobil Chevrolet Captiva. Dia mengaku untung gede “Saya enggak enak sama yang beli kalau menyebutkan berapa harga batu itu saya beli sebelumnya,” ujar Sam terkekeh.

Cerita soal batu gambar berharga fantastis memang bukan kali ini saja muncul di permukaan. Batu akik bergambar Nyi Roro Kidul milik pelukis Daniel Krisna diberi banderol harga
Rp 5 miliar. Yang lebih dahsyat lagi, batu gambar menyerupai naga kepunyaan Muhammad Imam Hanafi, warga Langkat, Sumatra Utara, ditawarkan dengan harga Rp 18 miliar.

Di antara jenis batu akik yang kini banyak digandrungi, batu gambar memang yang harganya paling mahal. Selain kualitas batu, soal like and dislike serta hoki mendapatkan pembeli yang pas juga berpengaruh.

Sedang soal gambar alami yang muncul di batu memang bisa ditafsirkan sebagai apa saja, tergantung sudut pandang yang melihat. Tapi, justru di situlah letak keunikan dan nilai jual dari batu gambar. “Batu gambar merupakan karya seni alami yang unlimited value. Di dalamnya tercipta ruang imajinasi yang bisa membentuk komunikasi,” jelas Sam.

Tak cuma banderol harganya yang luar biasa, potensi kenaikan harga batu gambar sangat tinggi. Contohnya, pada 2009 lalu Sam membeli batu gambar yang dipersepsikan bergambar ikan badut, yang jika dibalik 180 derajat seperti gambar bebek. Saat itu, ia menebusnya dengan harga Rp 200.000 saja. Tapi, pertengahan 2013 lalu, Sam sukses menjual batu tersebut seharga Rp 10 juta.

Untuk jenis batu akik yang lain, kenaikan harga juga selalu terjadi. Menurut Jesse Taslim, pemilik Gem Research International Lab, selain soal kualitas, reputasi penjual juga mempengaruhi harga jual batu akik. “Pengalaman saya, harga batu tiap tahun tambah naik. Tapi, enggak bisa patok berapa pertambahannya,” kata Jesse yang juga kolektor batu akik.

Suwondo, kolektor batu akik asal Surabaya, juga percaya pada kepastian pertumbuhan harga batu akik. Tak aneh, baginya batu akik tidak cuma koleksi tapi juga investasi. Contoh, batu bacan miliknya yang dia beli Rp 5 juta beberapa tahun lalu, sekarang harganya sudah naik tiga kali lipat.


Belum ada standar

Secara umum, memang belum ada standar yang baku untuk menentukan harga batu akik. Menurut Thoyib, pemilik Indo Gem di lantai 1 Jakarta Gems Center (JGC), Jatinegara, Jakarta Timur, batu akik tidak seperti batu mulia yang memiliki patokan harga dalam satuan berat. Oleh karena itu, cara mengukur harganya lebih sulit. Pada kebanyakan kasus, batu akik bisa terjual dengan harga selangit hanya kepada kolektor yang sangat mengerti dan menyukai batu tersebut.

Kerepotan kerap muncul kala harus berhadapan dengan calon pembeli yang masih awam. Sesaat sebelum berbincang dengan Tabloid KONTAN, Thoyib tengah melayani tiga pengunjung asal Beijing, China. Pengunjung ini meminati batu kalimaya seukuran ujung telunjuk balita yang dibanderol dengan harga Rp 1,5 juta.

Namun, transaksi tidak berujung sepakat lantaran Thoyib enggan melepas batu miliknya itu yang ditawar di bawah Rp 1,3 juta. “Kalau pembelinya enggak ngerti, memang susah dengar harga segitu,” ujarnya.

Meski begitu, secara umum ada beberapa alat ukur yang biasa diterapkan penjual dan pembeli batu akik untuk menentukan harga. Alat ukur itu: warna, kejernihan warna, kebersihan batu, kehalusan hasil potongan, dan keaslian.

Bagi yang sudah lama menggeluti hobi batu akik, keaslian sebuah batu cukup diketahui dengan melihatnya dengan mata telanjang. Tapi, untuk orang awam bisa membawa batu tersebut ke laboratorium untuk diuji secara kimia.

Tingkat kekerasan batu, kata Elan Biantoro, kolektor akik, juga berpengaruh terhadap harga. Tingkat kekerasan di atas 7 Mohs bisa dianggap sebagai batu yang bagus. Jika skalanya di bawah 7 Mohs, batu tersebut mudah pecah jika terbentur. “Semakin keras dan warnanya bagus semakin mahal harganya,” ujar Vice President Management Representative Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) di ConocoPhillips Indonesia ini.

Selain hal-hal tadi, harga batu akik juga dipengaruhi oleh faktor di luar nalar. Bagi sebagian kalangan, ada unsur kepercayaan bisa membuat mereka rela merogoh kocek lebih dalam. “Batu bacan bisa mahal karena selain termasuk jenis metamorfik (bisa berubah warna) juga punya khasiat kesehatan seperti yang diyakini pada batu giok,” kata Thoyib.

Tak hanya itu, isu-isu yang tidak jelas kebenaran dan asal beritanya kadang juga muncul untuk mengerek harga akik. Contoh paling kentara, ketika pasar akik merespon isu larangan perdagangan batu bacan ke luar Maluku dengan mengerek harga jualnya. Oleh para pembeli, batu asal Pulau Bacan di Halmahera tersebut pun kian diburu lantaran diyakini sudah langka. “Padahal, batunya masih banyak berseliweran di lapak-lapak online seperti Facebook,” tutur Thoyib

Sementara, untuk batu yang masih berbentuk bongkahan, secara umum harganya juga ditentukan oleh kualitas. Makin jernih dan minim cacat, maka harganya makin mahal. Juga dilihat ada kotorannya atau tidak. “Kalau kami bilang, masih ada lemaknya atau tidak. Lemak itu warnanya putih karena ada kandungan kapur,” ujar Helmy N. Hakim, pedagang batu asal Aceh yang berjualan lewat situs jual beli OLX dan Facebook.

Dari situ, bisa ditaksir berapa bijih batu yang bisa dihasilkan dari bongkahan tersebut. Nah, setelah dibandingkan dengan harga pasaran batu yang sudah jadi, barulah harga bongkahan batu itu bisa ditaksir.

Faktor penentu harga berikutnya adalah ketersediaan batu tersebut di alam. Ambil contoh, batu bio solar cola asal Aceh. Disebut cola karena warnanya seperti minuman bersoda Coca Cola. Barangnya kini susah ditemukan tapi peminatnya makin banyak. “Bongkahan kecil yang cuma bisa jadi satu dua cincin harganya bisa Rp 10 juta. Kalau sudah jadi, harganya tak kurang dari Rp 15 juta per batu ukuran jumbo,” kata Helmy.

Anda sudah punya akik?    


Laporan Utama
Kontan No. 22-XIX, 2015

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×