kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,01   -19,50   -2.08%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga telur terbang, Kemdag berang


Selasa, 17 Juli 2018 / 12:14 WIB
Harga telur terbang, Kemdag berang
ILUSTRASI. Inflasi bahan pokok


Reporter: Lidya Yuniartha, Tane Hadiyantono | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) berang. Lihat harga telur terbang, Kemdag mengeluarkan ultimatum ke seluruh pengusaha telur ayam, termasuk integrator, untuk menurunkan harga telur sepekan ke depan. Harga telur ayam  yang tembus Rp 32.000 per kilogram (kg) dinilai di luar kewajaran.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan,  ultimatum ini sudah disampaikan ke para pebisnis telur dalam pertemuan dengan Kemdag, Senin (16/7). Dalam pertemuan itu, Enggar bilang, ada sejumlah alasan peternak menaikkan harga telur.

Pertama peternak beralasan kenaikan harga telur karena tingkat produktivitas telur dari ayam yang menurun, salah satunya karena pelarangan penggunaan hormon Antibiotic Growth Promoters (AGP) yang memicu pertumbuhan dan daya tahan.

Kedua, cuaca ekstrem yang mengganggu siklus ternak. Ketiga, masa libur Lebaran yang panjang, sehingga produksi telur berkurang. Keempat, adanya pihak-pihak yang mengambil keuntungan lebih pada mata rantai distribusi dari peternak ke pasar.

Meski para pebisnis sudah menyampaikan alasan itu, Mendag mengatakan, tenggat waktu sepekan tetap  harus dijalankan. Mendag bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan juga  akan melakukan intervensi ke perusahaan integrator. "Kami minta integrator besar untuk mengeluarkan stoknya dan kami akan lakukan penjualan langsung di pasar, ini kalau harga tidak turun dalam satu minggu secara signifikan," ancam Mendag.

Enggar juga mendesak integrator dan peternak layer agar mengambil keuntungan yang wajar dan tidak berlebihan.

Makanya, dia juga mewajibkan produsen telur untuk mendaftarkan rantai distribusi penjualan telur mereka kepada pemerintah. Bagi yang tidak mendaftarkan, Kemdag akan melakukan penindakan.

Produksi turun 15%

Krissantono, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) mengatakan, kenaikan harga telur disebabkan penurunan produksi di tingkat peternak.

Saat ini produksi ayam tengah turun sebanyak 10% hingga 15% lantaran penyakit. Selain penyakit,  penurunan produksi juga disebabkan adanya cuaca ekstrem yang mengganggu siklus hidup ayam.

"Produksi telur ayam turun juga disebabkan adanya afkir sebelum Lebaran lalu yang mengakibatkan kandang menjadi kosong pada periode H-7 hingga H+7 lebaran. Akibatnya produksi kosong dan baru terasa pada periode saat ini," ujarnya beralasan.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GMPT) Desianto Budi Utomo menambahkan, kenaikan harga telur juga dipengaruhi harga pakan ternak yang sedang naik. Ia bilang, malah kenaikan harga pakan ternak, khususnya bungkil kedelai masih akan berlanjut.

Hal ini dikarenakan dollar yang terus menguat dan harga bungkil kedelai juga terus meningkat di negara produsen. Padahal bahan baku pakan ternak itu sekitar 55% masih tergantung dari impor.

Desianto melanjutkan, bila sebelumnya asumsi nilai tukar rupiah di kisaran Rp 13.400 per dollar, maka sekarang naik menjadi Rp 14.400 per dollar. Dengan demikian, ada kenaikan sekitar 8%.

"Berarti ada kenaikan 8% terhadap 55% tadi. Maka berdasarkan hitungan GMPT saat ini, harga pakan naik sekitar Rp 600 per kg. Tapi industri pakan berusaha menekan kenaikan tersebut menjadi Rp 200-Rp 350 per kg," ucapnya.

Dengan kondisi itu, maka saat ini harga pakan ternak broiler di pasar sudah berada di kisaran Rp 6.500-Rp 6.800 per kg. Demikian juga dengan harga pakan ternak untuk layer berkisar antara Rp 5.500-Rp 5.800 per kg.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×