kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harum aroma soto masih menggoda


Sabtu, 07 Oktober 2017 / 18:10 WIB
Harum aroma soto masih menggoda


Reporter: Maizal Walfajri, Mia Chiara, Venny Suryanto, Yovi Syarifa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain nasi goreng, rendang atau sate, soto merupakan salah satu kuliner lokal yang banyak penggemarnya. Makanan berkuah isi daging sapi atau ayam ini kerap kita jumpai di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan setiap daerah punya soto rasa khas daerah masing-masing.

Tak heran bila Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) lagi menyiapkan makanan soto menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang mendunia. Seperti nasi goreng, rendang atau sate yang menjadi salah satu makanan terenak di dunia versi CNN.

Melihat potensi yang ada, sejumlah pengusaha ada yang menawarkan program kemitraan kedai soto ke para investor. Nah, pada review kali ini, KONTAN akan mengulas program kemitraan kedai soto dari para investor.

Ada tiga kedai soto yang memberi penawaran, yaitu Soto Semarang Slamet Ragil, Soto Betawi Hajjah Syarih, dan Soto Wong Kudus. Berikut ulasannya:

Soto Semarang Slamet Ragil

Menurut pemilik soto Slamet Ragil, Slamet Riyanto, usaha soto ini sudah berdiri sejak 1950-an. Baru kemudian pada April 2007 mengusung merek Soto Semarang Slamet Ragil. Empat bulan kemudian, tepatnya Agustus 2017 mulai menawarkan kemitraan kepada investor.

Saat KONTAN mengulas kedai soto ini pada September 2016, jumlah mitra yang tercatat sudah mencapai 89 mitra yang tersebar di sejumlah daerah hingga Sorong, Papua.

Hingga kini, Slamet Riyanto mengklaim masih banyak permintaan kemitraan sampai luar Jawa. "Pada 21 September 2017 nanti, kami akan grand opening  gerai ke 102 di Jalan Bulevar Hijau Raya Blok D1 No 7, Bekasi," kata  Slamet kepada KONTAN.

Program kemitraan yang Slamet tawarkan masih sama dan belum berubah dari tahun lalu, yakni paket investasi sebesar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Kerjasama tersebut berlaku untuk seumur hidup dan tidak ada pungutan royalti  saban bulannya.

Dengan paket investasi tersebut, mitra akan mendapat bahan baku berupa bumbu inti, fasilitas promosi, serta perlengkapan masak. Namun, nilai investasi tersebut belum termasuk sewa lokasi.

Meski penawaran kemitraan ini seperti beli putus, lantaran berlaku seumur hidup, namun dirinya mengaku rajin berkomunikasi dengan para mitra melalui grup WhatsApp  untuk menjaga kualitas layanan dan produk dari gerai soto tersebut. Sebab, Slamet masih belum akan membatasi program kemitraan soto itu. Maklum, saban tahun, Slamet mematok bisa menambah gerai kemitraan minimal 12 sampai 15 gerai.

Supaya tidak penasaran, mari kita kuliti sedikit produk soto ini. Soto Slamet Ragil menyediakan ragam menu. Seperti soto Semarang dengan harga Rp 9.000–Rp 15.000 per porsi, ada kupat tahu Magelang berbanderol Rp 9.000–Rp 14.000 per porsi, es dawet Rp 5.000–Rp 7.000, dan tahu gimbal seharga Rp 12.000–Rp 16.000 per porsi. "Saya tidak mematok harga, harga ditentukan berdasarkan daerah tempat mitra," tandasnya.

Supaya tetap dilirik konsumen, Slamet kerap berinovasi membuat menu baru. Salah satunya adalah tape ketan khas Muntilan yang sudah ada di gerai pusat miliknya di Magelang. Dan sejak Juli kemarin, ia mulai menyebarkan menu anyar tersebut ke seluruh gerai dengan harga Rp 30.000 per kg. Biasanya, tape ketan tersebut dijual Rp 60.000 sebagai buah tangan.

Soto Betawi Hajjah Syarih

Pelaku usaha lainnya adalah Soto Betawi Hajjah Syarih.  Saat ini soto tersebut dinahkodai Saprudi yang kerap dipanggil Rudi. Dia adalah  salah satu anak Hajjah Syarif.

KONTAN pernah mengulas Soto ini pada Juli 2006 lalu, namun belum ada mitra. Di tahun 2017 ini totalnya sudah ada tiga gerai Warung Soto Hajjah Syarif. Ini termasuk  tambahan satu gerai baru yang berlokasi di belakang Gedung KPK.

Sedangkan dua gerai lain ada di Jalan Irian nomor 9 Jakarta Pusat  dan Jalan  Pangeran Moh Fajar Toqiyidin, Setiabudi Jakarta Selatan.

Menurut Rudi, hingga kini pihaknya masih belum ada rencana tambahan gerai termasuk membuka program kemitraan. "Kami ingin fokus di tiga tempat tersebut. Kalau sudah berjalan dan lancar, kami baru bisa buka lagi tahun depan," katanya kepada KONTAN.

Bagi para calon mitra yang tertarik harus sabar menunggu sampai tahun depan. Meski begitu ia memberi informasi kalau tawaran kemitraan di gerai soto miliknya cuma ada satu paket sebesar Rp 25 juta. Dengan paket itu, mitra mendapat peralatan penjualan dan bahan baku.

Harga per porsi masih sama yakni Rp 25.000 untuk soto saja.  Bila ada tambahan nasi dan minum cukup tambah Rp 5.000  sehingga total harga paket soto, nasi dan minuman menjadi Rp 30.000.

Ada juga menu tambahan yaitu sop iga dan sop buntut yang tersedia  hanya di dua cabang di  belakang gedung KPK dan Jalan Irian. Harganya pun sama seperti soto, yakni Rp 30.000 per porsi sudah berikut nasi dan minuman. Dalam sehari, rata-rata gerai soto betawi tersebut bisa menjual 30 sampai 40 porsi.

Supaya pelanggan tetap mampir, ia tidak mengubah resep lantaran menjadi ciri khas soto betawi tersebut. Dan yang tak kalah penting adalah menjaga pelayanan ke konsumen.

Soto Wong Kudus

Adapun gerai Soto Wong Kudus juga sudah lama berkiprah di bisnis kuliner tersebut, yakni dari tahun 2005. Soto kudus yang dikelola Jalal Jalil ini saat ini sudah ada sebanyak 30 gerai yang berlokasi paling banyak di Jakarta dan Tangerang.

Mantan pesepakbola ini  mulai membuka kemitraan Soto Kudus sejak tahun 2012. Ada dua paket yang ditawarkan yakni senilai Rp 50 juta dan Rp 100 juta dengan memiliki hak paten nama Wong Kudus selama minimal dua tahun. Selain itu, mitra juga akan mendapatkan karyawan, tukang masak (chef), dan bantuan pencarian lokasi yang representatif bagi usaha makan soto kudus. Sisanya, ditanggung si mitra, seperti sewa lokasi dan pendirian kedai soto kudus tersebut.

Sesuai namanya, menu andalan gerai ini tak lain adalah soto kudus. Selain itu juga ada makanan garang asem. Khusus untuk soto kudus sendiri berisi suwiran ayam, suun, tauge dan taburan bawang goreng  plus sepiring nasi.

Bila tahun lalu harga soto kudus per porsi berkisar Rp 12.000 hingga Rp 15.000 per porsi, tahun ini menjadi Rp 15.000. Adapun menu soto plus potongan ayam dibanderol Rp 23.000. Dan menu garang asem Rp 25.000 per porsi. Menurut Jalal, harga menu tersebut berbeda setiap kota. Namun ia tidak merinci besarannya.

Saat ini, jumlah mitra Soto Wong Kudus mencapai 25 mitra yang tersebar di sejumlah lokasi. Seperti Semarang, Malang, Padang, Jakarta, Makassar dan Pekan Baru, dan beberapa tempat yang ada di  Jawa Barat.

Terkait target mitra, Jalal mengaku tidak mempunyai target khusus untuk tahun ini. "Kami tidak ada target, kalau mitra mau bergabung dengan kami, silakan dengan senang hai," tuturnya.

Supaya usahanya lancar, Jalal akan berupaya menjaga hubungan dengan para mitra, yakni dengan menepati perjanjian di awal kerjasama. Seperti mempertahankan menu dan kualitas dari masakan, termasuk juga menjaga layanan ke pelanggan. Dan yang tidak kalah penting adalah menjaga kebersihan dari setiap gerai mitra. Tak lupa juga kerap mengontrol para pegawai di setiap gerai mitra.       

Perlu inovasi menu dan sasar anak muda

Pengamat waralaba Djoko Kurniawan menilai bisnis soto masih menjanjikan dan cukup laku, lantaran menjadi salah satu menu makanan yang paling umum di Indonesia. Di banyak tempat, makanan yang satu ini gampang ditemukan.

Maka saat ada tawaran kemitraan gerai makan seperti itu, tentu harus ada yang berbeda dibanding menu sejenis di tempat lain.  "Hal ini mirip saat muncul Pecel Lele Lela. Dahulu cuma ada Pecel Lele pinggir jalan. Sekarang soto pun sudah banyak. Jadi harus kreatif," papar Djoko ke KONTAN.

Djoko menyarankan kemitraan soto mulai membidik anak muda, karena anak muda jarang makan soto. Sebab, mereka menilai soto merupakan makanan orang tua. Sama halnya dengan makanan lemper. Saat ini banyak toko ritel menjual onigiri dan laku. Padahal itu itu sama saja dengan lemper.

Konsep pemasaran pun harus dikemas semenarik mungkin. Ia memberi contoh, bila hendak menyasar orang tua maka bisa mengusung konsep soto sehat. Begitu pun bila menyasar anak muda maka tawarkan apa yang disukai anak muda. "Soto itu biasanya, taburannya kalau tidak daging ayam, ya sapi. Perlu ada tawaran memakai sosis, bakso, maupun mozarela. Ini yang anak muda sukai," katanya.  

Selain itu perlu ada standardisasi untuk produk soto. Misal dalam hal bahan baku bumbu. Selama ini, mitra selalu mendapatkan bumbu mentah. Ada baiknya bumbu sudah setengah jadi, sehingga mitra cukup menyelesaikan tahap akhir saja. Selain itu yang tidak kalah penting adalah standar pelayanan dan perlu pegawai cekatan.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×