Reporter: Tri Sulistiowati, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
Ada banyak sekali jenis tanaman jeruk. Banyak jenis tanaman jeruk sudah sangat populer. Sebut saja jeruk keprok, jeruk bali, jeruk purut, jeruk medan, jeruk pontianak dst yang sudah cukup populer. Namun, ada jenis tanaman jeruk yang belum populer, salah satunya jeruk kalamansi.
Aroma jeruk kalamansi harum. Namun rasa buahnya asam. Ini membuat jeruk kalamansi tidak enak untuk dikonsumsi secara langsung.
Buah yang memiliki nama Latin Citrofortunella microcarpa ini konon telah ada di seluruh Asia Tenggara, terutama Filipina. Pohon pohon jeruk kalamansi ini relatif rendah, yakni hanya 2-4 meter (m). Buahnya bulat kecil sebesar bola tenis meja dan berwarna kuning oranye atau kuning bercampur hijau jika sudah masak di pohon.
Salah satu hal yang penting dari sifat jeruk ini, yaitu dipercaya memiliki banyak khasiat bagi kesehatan, lebih dari yang lain. Kandungan vitamin C dan mineral jeruk ini cukup tinggi. Hal itu membuat beberapa orang melirik jeruk ini untuk dibudidayakan. Di Indonesia, buah ini banyak ditemui di Bengkulu. Lantaran tidak enak untuk dikonsumsi langsung membuat banyak pembudidaya mengolahnya menjadi sirup.
Yang telah mengembangkan jeruk ini di Indonesia, diantaranya LPP Baptis, sebuah yayasan swasta di Bengkulu yang bergerak dalam pegembangan dan penelitian tanaman. LPP Baptis membudidayakan jeruk ini sejak 1988. Awalnya, yayasan ini hanya menanam dua batang. "Kini kami sudah memiliki 2,5 hektare (ha) lahan," ujar Maris Tambunan, salah satu pengelola yayasan LPP Baptis.
Setiap bulan yayasan ini bisa memanen sekitar 1,5 ton jeruk kalamansi. Semua diolah menjadi sirup. Untuk menghasilkan 1 liter sirup diperlukan 3-4 kg jeruk. Satu liter sirup ini bisa dijual sekitar Rp 30.000.
Dia mengaku, permintaan sirup kalamansi di Bengkulu semakin besar. Pasalnya sirup ini sudah menjadi salah satu oleh-oleh khas dari kota Bengkulu.
Selain membudidayakan dan mengolah jeruk kalamansi, LPP Baptis juga menjual bibit jeruk tersebut dengan harga Rp 10.000 per batang. Mereka menjual kepada petani pemula.
Rata-rata petani jeruk kalamansi di Bengkulu hanya memiliki lahan di bawah satu ha. Dari situ, produksi bisa mencapai 100-500 kg. Petani bisa menjual kepada industri rumahan atau ke pasar seharga Rp 4.000-Rp 5.000 per kg.
Armida Nurida, pembudidaya sekaligus pengusaha sirup Kalamasi di Bengkulu mengaku, lahan setengah hektare yang ia miliki hanya mampu menghasilkan 150 kg jeruk dalam sekali panen. "Jumlah sebanyak itu masih kurang untuk bahan baku untuk pembuatan sirup," kata Armida. n
(bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News