kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan start-up Indonesia kalah dengan asing


Jumat, 14 Juli 2017 / 10:53 WIB
Ini alasan start-up Indonesia kalah dengan asing


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Perusahaan start-up sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Dibanding negara lain, perusahaan start-up Indonesia masih kalah tertinggal.

Perusahaan start-up Indonesia bisa dibilang cukup banyak bermunculan. Tapi dibanding negara lain seperti China ataupun Korea Selatan, Indonesia masih terbilang jauh dalam perkembangan perusahaan start-up. Buktinya, beberapa pelaku usaha masih terkendala dalam permodalan.

Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo mengatakan, bisnis start-up yang masuk dalam ekonomi kreatif memang terkendala dalam hal permodalan. "Melihat permodalan yang dihadapi UKM kita selalu berada pada persoalan collateral yang antara lain kapabilitas kemampuan pengusaha rintisan," ujar Fadjar di Balai Kartini, Kamis lalu.

Masalah collateral yang dihadapi pelaku usaha kecil dan menengah yang baru merintis ini memicu kredit modal yang tidak mudah didapat. Terhitung hanya 20% pelaku usaha yang mendapat kredit modal dari perbankan.

Fadjar menyebut, perbankan tidak bisa disalahkan untuk menyuntikkan modal atau tidak kepada pelaku usaha start-up. "Salah satu cara menyelesaikan masalah collateral yaitu membangun kredibilitas usaha secara digital. Inovasi usaha yang berkembang harus jelas secara transaksi lewat pengawasan digital. Data terakhir yang saya dapat di Otoritas Jasa Keuangan ada Rp 11 triliun sampai Rp 12 triliun dana pengelola ventura. Dibanding China kita jauh, maka jangan heran produk teknologi startup mereka masuk kesini," beber Fadjar Hutomo.

Doddy Hidayat, Founder Rocket Pizza Indonesia menyebut, bantuan insentif Pemerintah terhadap pelaku start-up sangat dibutuhkan. "Dibanding start-up luar negeri, Indonesia jauh tertinggal," imbuhnya kepada KONTAN, Jumat (14/7).

Padahal menurut Doddy pengusaha start-up bidang kuliner menyumbang PDB sebesar 40% atau sekitar Rp 700 triliun per tahun. Untuk bisa mengembangkan usaha mulai dari pemasaran, bahan baku dan peralaab usaha, Bantuan Insentif Pemerintah yang diluncurkan Bekraf jadi ketertarikan pelaku start-up.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×