kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dia pioner kampung warna-warni Indonesia (3)


Sabtu, 30 Juni 2018 / 09:25 WIB
Ini dia pioner kampung warna-warni Indonesia (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Mengubah wajah menjadi kampung wisata dengan semua daya tariknya, bukanlah perkara mudah. Butuh perjuangan besar untuk menyatukan pendapat dan berbagai sudut pandang warga.   

Marzuki, Ketua RW Jodipan bercerita, sejatinya ide mewarnai dinding dan atap rumah warga datang dari delapan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). "Kontur tanah yang meninggi dan terlihat dari jembatan (jalan raya), kereta api, dianggap cocok dengan proyek mereka," jelas Marsuki.  

Tokoh dan warga kampung pun berkumpul untuk mendiskusikan ide tersebut. Dianggap memberi dampak positif warga pun setuju asal disediakan tukang dan cat.

Sebelum proses pengecatan rumah warga, Marzuki meminta warga menyebutkan warna sesuai keinginan.
Tepat pada 6 Juni 2016, rumah-rumah mulai dicat oleh 10 tukang cat. Sebagian warga pun ada yang ikut membantu mengecat, mengawasi dan memberikan sumbangan makanan dan minuman.

Sekedar info, kampung warna-warni ini mencakup tiga RT. Saat proses pengecatan baru sampai satu RT, kampung yang berada di sepanjang aliran sungai Brantas ini sudah banyak dikunjungi warga sekitar.

Tidak hanya itu, media lokal pun bergantian untuk mengulas dan memuat foto berbagai sisi kampung. Tak butuh waktu lama, kampung warna-warni ini lantas viral dan pengunjung terus datang.

Kunjungan warga tersebut rupanya menyisakan banyak sampah. "Kami pun harus cari solusi, karena saat itu kami tak punya dana untuk mempekerjakan orang untuk mengurus sampah-sampah ini," ceritanya.

Marzuki pun lantas membahas soal sampah ini dengan mahasiswa. Darisana diambil kesimpulan bila kampung Jodipan membutuhkan modal, sehingga mereka membuat kotak sukarela untuk penanganan kebersihan lingkungan. Sayang, langkah tersebut tidak didukung pengunjung.

Kembali memutar otak, kali ini dia meminta ide dari anaknya dan mengusulkan untuk memberlakukan tiket masuk. Dianggap baik, ide tersebut diteruskan kepada RW sebelumnya.

Sepakat, tiket masuk pun dihargai senilai Rp 2.000 per orang. Dana masuk akan digunakan untuk kebersihan, perawatan, dan lainnya.

Belum lama berjalan, program tiket masuk ini menuai protes beberapa warga. Sebagian warga merasa keberatan karena tidak ada diskusi serta sosialisasi. Tuduhan dana masuk kantong pribadi perangkat kampung dan lainnya pun mulai bermunculan.

"Saat itu saya dan Pak RW mulai menjelaskan dan membawa bukti bila uangnya tidak untuk kepentingan pribadi," jelasnya. Proses pengecatan pun terus dilakukan sampai selesai. Pada September 2016, Kampung Jodipan diresmikan sebagai Kampung Warna-Warni.                          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×