kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini yang bikin bisnis waralaba tak bertahan lama


Sabtu, 31 Desember 2016 / 17:41 WIB
Ini yang bikin bisnis waralaba tak bertahan lama


Reporter: Klaudia Rani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pertumbuhan industri waralaba lokal hingga tahun ini dinilai belum signifikan, sementara waralaba asing begitu deras mengalir ke Tanah Air. Agar bisa bersaing, pelaku usaha dinilai untuk lebih memperhatikan manajemen dari bisnis waralabanya tersebut.

Serbuan waralaba asing pun semakin tampak dalam setiap event atau pameran franchise yang diselenggarakan di Indonesia. Kendati begitu, eksistensi waralaba lokal secara kuantitas belum mampu mengimbangi pamor waralaba asing.

Adapun Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar mengatakan, pertumbuhan industri waralaba tidak lebih dari 2% setiap tahunnya. Dia menyebut, ada sekitar 400 waralaba asing yang berkembang di Indonesia, sementara pemain waralaba lokal masih bertengger di sekitar angka 200 secara kuantitas.

Adapun definisi waralaba nyatanya belum dipahami secara jelas oleh para pemain dalam industri waralaba. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007, bisnis waralaba semestinya sudah memiliki ciri khas usaha, terbukti sudah memberikan keuntungan, memiliki standar atas pelayanan atau barang yang ditawarkan dan dibuat secara tertulis, adanya dukungan yang berkesinambungan, dan memiliki hak atas kekayaan intelektual yang telah terdaftar.

Sayangnya, beberapa pengamat menilai masih banyak pemain yang usahanya tidak bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama lantaran tidak memiliki fundamental yang kuat.

Anang Sukandar mengatakan, masalah utama yang kerap dijumpai dalam bisnis waralaba adalah SDM dan penataan risiko. Seharusnya, kata dia, franchisor sudah mempunyai sistem dan strategi untuk mengatur orang lain.

Namun kenyataannya yang ada saat ini, banyak usaha waralaba lokal yang terlalu cepat memutuskan untuk mewaralabakan usahanya. Padahal, mereka belum mempunyai bukti yang cukup bahwa usahanya tersebut telah memiliki pencapaian yang maksimal. "Hal inilah yang kemudian merusak industri waralaba Indonesia," kata dia.

Pengamat lain yang juga konsultan waralaba dari Ben WarG Consulting, Bije Widjajanto pun mengamini hal tersebut. Menurutnya, secara produk, kreativitas pelaku UMKM di Indonesia masih bersaing.

"Yang masih jauh tertinggal adalah penerapan manajemen pada perusahaan franchisor-nya," ujarnya kepada KONTAN. Senada dengan Anang, menurut Bije , hal tersebut yang membuat franchise lokal hanya bertahan sekitar 4 sampai 7 tahun.

Para pelaku UMKM, khususnya franchisor atau pihak - pihak yang mewaralabakan usahanya perlu memiliki laporan keuangan yang jelas sebelum memutuskan untuk mewaralabakan bisnisnya.

Pasalnya, waralaba bukan hanya sekadar menjual brand dari sebuah produk, tetapi juga konsep bisnis, target pencapaian, dan strategi operasional agar selalu terkendali. Sehingga nantinya, bisnis ini dapat berjalan secara berkesinambungan. (Klaudia Molasiarani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×