kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,44   -19,08   -2.04%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Intip keriuhan bisnis Kampung Kaleng di Bogor (1)


Sabtu, 16 Desember 2017 / 10:15 WIB
Intip keriuhan bisnis Kampung Kaleng di Bogor (1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Tek...tok...tek...tok...irama besi tempa ini yang menyapa KONTAN saat bertandang ke Kampung Dukuh, Desa Pasir Mukti, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Masuk ke kampung ini memang serasa berada di dunia kaleng. Hampir tiap rumah dihiasi oleh gulungan bahan aluminium dan tumpukan kaleng. 

Jarak Desa Pasir Mukti sekitar 47 kilometer dari Jakarta. Lebih tepatnya, berbatasan dengan Jalan Raya Tajur. Transportasi umum termudah untuk menjangkau desa ini adalah dengan menggunakan KRL Comuterline atau bus APTB. Jika naik KRL, Anda bisa turun di stasiun Cibinong, kemudian melanjutkan dengan ojek. Begitu pula dengan naik bus APTB, turun di terminal Citeureup. 
 
Ternyata, sejak lama, Kampung Dukuh dikenal sebagai salah satu Kampung Kaleng legendaris di Kabupaten Citeureup. "Memang sudah dari dulu, Citeureup dikenal sebagai tempat produksi barang-barang kaleng. Saya salah satu perajin generasi pertama yang ada di sini," tutur Syaefudin yang akrab disapa Haji Aep saat ditemui KONTAN di rumahnya. 
 
Aep menjadi perajin kaleng sejak tahun 1968 silam. Ia mengatakan, kala itu perajin kaleng seperti dirinya belum banyak seperti sekarang. "Bisa dihitung jari jumlah perajinnya. Kalau sekarang, hampir tiap rumah bikin juga," ujarnya. Saat ini, ada sekitar 130 perajin kaleng di Desa Pasir Mukti. 
 
Aep membuat aneka perkakas dapur, seperti dandang, loyang, panci dan oven. Biasanya, pria 65 tahun ini membuat barang-barang tersebut untuk memasok para pelanggannya di sejumlah kota. 
 
Selain itu, ia kerap mendapat pesanan dari tempat lain. "Pelanggan saya itu pedagang dari Pasar Minggu, Kampung Melayu dan Bekasi. Selebihnya saya bikin kalau ada pesanan saja. Kalau tidak ya tidak bikin karena faktor tenaga," ungkapnya. 
 
Dia sering mendapat pesanan dari pabrik, pemilik bisnis katering atau rumah makan.  Aneka perkakas dapur dibanderol mulai dari Rp 20.000 hingga jutaan rupiah. Harga Rp 20.000 dibanderol untuk loyang ukuran sedang. Sedangkan harga panci dan dandang mulai Rp 150.000-Rp 500.000 per buah. Oven kompor kecil dibanderol Rp 200.000-Rp 300.000 per buah dan oven gas dibanderol mulai Rp 700.000-Rp 2 juta per unit.
 
Harga ini relatif, tergantung ukuran dan jenis bahannya. "Konsumen mau pakai bahan aluminium yang baru atau bahan seken yang jenisnya galvalum," jelas Aep. Konsumen pun bisa menentukan sendiri ukuran yang diinginkan. Haji Aep menerapkan sistem custom untuk barang-barangnya. 
 
Nurman, perajin kaleng lainnya, juga menerapkan sistem custom dan pre-order kepada konsumennya. "Kayaknya semua perajin seperti itu. Kami terima pesanan berapapun ukuran dan bentuknya. Pokoknya semua perkakas berbahan kaleng bisa dibuat di sini," katanya. 
 
Sama seperti Haji Aep, Nurman juga memproduksi aneka perkakas rumah tangga. Namun, ia memiliki spesialis membuat oven. Dalam sehari, pria 38 tahun ini sanggup membuat 2-3 unit oven ukuran sedang dan besar. Oven produksinya dibanderol mulai Rp 450.000-Rp 2,3 juta, bergantung pada ukuran dan bahan kaleng. 
 
Nurman mengatakan, hampir semua perabotan kaleng yang diproduksi di Kampung Kaleng mengalir ke sejumlah sentra penjualan perabotan di Jakarta, seperti Cawang, Jatinegara Mester, Jembatan Lima, Tanah Abang, dan Mayestik. Kadang, ada juga pesanan dari luar Jabodetabek.    
 
(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×