kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jadi pebisnis sambil lestarikan tenun toraja (1)


Rabu, 27 Januari 2016 / 15:50 WIB
Jadi pebisnis sambil lestarikan tenun toraja (1)


Reporter: Nicholas Gandhi | Editor: Roy Franedya

Gambaran sosok Dinny Jusuf adalah wanita aktif yang gencar memperjuangkan hak-hak perempuan lewat organisasi rintisannya bernama Suara Ibu Peduli. Belasan tahun Dinny berkecimpung dalam dunia aktivis perempuan tersebut. Hingga pada tahun 2008 dia memutuskan untuk pensiun dan ingin menikmati hari tuanya di Toraja, Sulawesi Selatan yang menjadi kampung halaman sang suami.

Namun rencana awal berbeda dengan kenyataan. Di kampung halaman sang suami, Dinny menemukan banyak tenun-tenun Toraja yang terbengkalai dan tergeletak begitu saja. Hatinya tersentuh melihat kain tenun Toraja yang indah namun tidak mendapat penghargaan tinggi.

Kondisi ini menggugah jiwa Dinny untuk membuat sesuatu lewat kain tenun Toraja tersebut. Masa pensiunnya pun dia gunakan untuk bisa menghidupkan kembali seni dan budaya tenun Toraja sambil membantu memperbaiki kesejahteraan para penenun kain Toraja. Sebab, kala itu para wanita setempat tidak lagi tertarik untuk menenun lantaran penghasilan dari usaha ini tidak bisa memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga.

Karena itu, Dinny mantap membangun usaha tenun kain Toraja bernama Toraja Melo di tahun 2010. Nama ini memiliki arti Toraja yang indah. Dinny mengatakan, usaha tenun Toraja ini hanya menjadi mediator saja, namun inti dari usaha dia adalah untuk mensejahterakan penenun Toraja. Sebab, zaman sekarang makin banyak orang termasuk di daerah Sulawesi Selatan menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk memperbaiki kesejahteraan keluarga, padahal mereka mempunyai kemampuan menenun. 

Lewat Toraja Melo, Dinny menampung kain tenun para perajin dan membuatnya menjadi produk fesyen berkelas dan bernilai jual tinggi. Bekerjasama dengan adiknya, Nina Jusuf, yang sebagai lulusan Fine Art in Fashion Design dari Academy of Art University di San Francisco, Nina membuat desain pakaian yang menonjolkan karakter kain tenun Toraja yang feminin sekaligus maskulin. Produk yang dihasilkan mulai dari tas, gaun, sepatu hingga sandal yang modelnya mengikuti tren terkini.

Harga jual produk Toraja Melo mulai dari Rp 50.000 untuk produk berukuran kecil seperti dompet tempat koin, hingga mencapai Rp 1,5 juta untuk produk tas. Lewat butiknya yang berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan, produk fesyen Toraja Melo menyasar kalangan menengah ke atas yang mencintai kain lokal Indonesia.

Saat ini Dinny memiliki 125 penenun yang dia berdayakan untuk memasok bahan baku kain. Penghasilan para perajin lewat binaannya bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per bulan. Ini jauh lebih besar dari penghasilan  sebelumnya.

Meski tidak mau buka-bukaan mengenai omzet yang diraih lewat penjualan  berbagai produk fesyen berbasis kain tenun Toraja,  namun kesuksesan usahanya bisa dilihat dari pemasaran Toraja Melo  yang tidak hanya diterima masyarakat di dalam negeri, namun produknya juga mampu menembus pasar ekspor. Toraja Melo kini telah berhasil dijual di beberapa pusat perbelanjaan ternama di Jepang, Amerika Serikat, hingga beberapa negara Eropa. 

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×