kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jalannya bisnis kuliner bebek melambat


Kamis, 21 Juni 2012 / 13:55 WIB
Jalannya bisnis kuliner bebek melambat
ILUSTRASI. Langkah-langkah tersebut perlu menemukan kesepakatan yang lebih luas pada pertemuan G20 bulan depan.


Reporter: Fahriyadi, Revi Yohana, Noverius Laoli, Havid Vebri | Editor: Tri Adi

Tak bisa dipungkiri, persaingan bisnis kuliner yang mengusung menu olahan bebek sudah sangat ketat. Hampir setiap hari, bisnis ini kedatangan pemain baru. Selain berdiri sendiri, banyak juga dari mereka menawarkan waralaba atau kemitraan.

Ketatnya persaingan itu tampaknya berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan bisnis beberapa tawaran kemitraan bebek goreng dan bebek bakar yang sebelumnya pernah diulas KONTAN. Beberapa di antaranya adalah Bebek Garang, Bebek Haji Sueb, dan Ayam dan Bebek Cak Tri. Dari ketiga pemain ini, hanya Ayam dan Bebek Cak Tri yang mengalami pertumbuhan jumlah mitra.

Itupun karena kemitraan ini menawarkan pilihan menu lain di luar bebek, yakni ayam. "Menu ayam yang kami tawarkan lumayan mendongkrak jumlah mitra," kata Hendro Dwi, Manager Franchise Ayam dan Bebek Cak Tri.

Bagaimanakah kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasannya.

Bebek Garang

Resto bebek ini didirikan oleh Ali Bagus Anta di Bandung pada tahun 2008. Sejak 2011 lalu, ia pun menawarkan waralaba untuk mengembangkan usahanya.

Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan Bebek Garang pada Juni 2011 lalu, pihaknya baru memiliki tiga gerai yang semuanya milik sendiri di Bandung.

Ia menawarkan waralaba restoran bebek dengan nilai investasi awal Rp 200 juta. Dengan harga menu sekitar Rp 25.000 per porsi, mitra ditargetkan bisa balik modal antara 11 sampai 16 bulan.

Namun, sampai saat ini tawaran waralaba tersebut belum berhasil menggaet satu pun investor. Itu juga yang membuat Ali Bagus menyerahkan pemasaran brand Bebek Garang kepada PT Baba Rafi Indonesia.

Baba Rafi resmi mengambil alih pemasaran Bebek Garang di tahun ini. Selain membantu memasarkan waralaba, Baba Rafi juga melakukan perubahan manajemen usaha.

Hendy Setiono, pemilik Baba Rafi menargetkan, jumlah gerai Bebek Garang dalam lima tahun ke depan bisa mencapai 100 unit di seluruh Indonesia. "Untuk awal kami targetkan 10 gerai tahun ini," kata Hendy.

Perubahan yang dilakukan Baba Rafi di antaranya menyangkut besaran investasi. Saat ini, mereka mematok investasi sebesar Rp 380 juta.

Mitra usaha, dengan investasi sebesar itu, akan mendapat peralatan lebih banyak daripada sebelumnya saat masih dikendalikan Ali Bagus. Selain lebih banyak, peralatan yang diberikan lebih modern.

Begitu pun dengan dekorasi restorannya yang dibuat lebih menarik. Namun, konsep restoran yang menyediakan sarana hangout bagi pengunjung tetap dipertahankan.

Supaya dapat menarik konsumen lebih banyak, menu yang dihadirkan kini dibanderol lebih murah, yakni rata-rata Rp 18.000-Rp 19.000 per porsi. Dengan harga tersebut, omzet mitra ditargetkan mencapai Rp 150 juta-Rp 200 juta per bulan.

Setelah dipungut royalty fee 5% dari omzet, mitra bisa balik modal dalam kurun waktu 18 bulan. Hal lain yang juga berubah, mitra bisa bertindak sebagai investor dengan sistem titip kelola usaha kepada franchisor. "Labanya bagi dua antara mitra dengan franchisor," ujar Hendy.

Bebek Haji Sueb

Kedai Bebek Haji Sueb pertama berdiri tahun 1979 di Jalan Kesambi Cirebon, Jawa Barat. Kedai bebek ini mulai menawarkan waralaba pada tahun 2009.

KONTAN pernah mengulas tawaran waralaba ini pada bulan Mei 2011. Waktu itu, Bebek Haji Sueb telah memiliki tujuh gerai. Dari tujuh gerai itu, empat di antaranya milik terwaralaba dan sisanya milik sendiri.

Namun, saat ini jumlah mitranya berkurang hingga tinggal tersisa dua. Dengan begitu, total gerai Bebek Haji Sueb kini tinggal lima yang tersebar di Cirebon, Sumber Jatiwangi, dan Kuningan.

Agus Mandori, pemilik waralaba Bebek Haji Sueb bilang, salah satu penyebab turunnya jumlah mitra karena kendala pasokan bahan baku. Ia bilang, jauhnya lokasi mitra dengan kantor pusat menghambat kelancaran distribusi bahan baku.

Meski demikian, Agus mengaku tetap ada beberapa investor yang tertarik bekerja sama dengannya. "Tapi saya masih pertimbangkan. Saya ingin para terwaralaba bisa mendapatkan tempat yang baik, seperti tempat buat nongkrong," paparnya.

Untuk memajukan usahanya, Agus juga terus melakukan beberapa perubahan. Mitra usaha, misalnya, kini dibolehkan melakukan inovasi menu di luar bebek. Upaya itu diharapkan bisa mendongkrak omzet mitra.

Perubahan lain menyangkut harga jual. Jika sebelumnya satu porsi bebek dibanderol mulai Rp 17.000-Rp 22.000, sekarang dijual Rp 20.000-Rp 22.000 seporsi.

Sementara untuk paket kemitraan masih tetap. Yakni, paket lesehan dengan investasi Rp 7,5 juta-Rp 9 juta dan paket resto Rp 35 juta. Namun untuk paket resto ini ada sedikit penambahan biaya untuk promosi dan branding produk sebesar Rp 15 juta. "Dalam proses branding kami lakukan bersama dengan terwaralaba," kata Agus.

Adapun pungutan royalty fee tetap dipertahankan sebesar 5% dari omzet. Selain dana investasi, terwaralaba juga harus membeli bumbu dan sambal dari pusat. Sebab, sambal bikinan Agus adalah sambal spesial.

Harga 1 kilogram (kg) bumbu bebek, untuk 100 porsi sebesar Rp 75.000. Sedangkan, banderol harga sambal Rp 65.000 per 100 porsi. Dalam sehari, Agus mengklaim omzet terwaralaba mencapai Rp 2,5 juta. Balik modal bisa tercapai dalam waktu 3,5 bulan.

Ayam & Bebek Cak Tri

Berdiri di akhir tahun 2008, Ayam dan bebek Cak Tri mengunggulkan sambal pedas citarasa khas Surabaya. Saat diulas KONTAN Juni 2010, rumah makan yang berpusat di Bekasi ini baru memiliki 12 gerai milik mitra.

Kini, total gerai yang dimiliki sudah 26. Sebanyak 2 gerai milik pusat dan 24 lainnya milik mitra. Menurut Hendro Dwi, Manager Franchise Ayam dan Bebek Cak Tri, mitranya banyak tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selain itu, ada juga di Sumatra dan Kalimantan.

Paket investasi yang ditawarkan masih sama dari dua tahun lalu. Ada empat paket yang dapat dipilih calon mitra, yakni paket investasi Rp 20 juta, Rp 30 juta, Rp 40 juta, dan Rp 60 juta. Seluruhnya merupakan paket investasi untuk lima tahun.

Setiap mitra akan mendapat peralatan masak, perlengkapan meja kursi, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal. Hanya saja, jenis peralatan dan perlengkapan tak sama persis. Ambil contoh, paket Rp 60 juta yang mengusung konsep restoran. Mitra tidak mendapatkan booth seperti paket Rp 20 juta, tapi mendapatkan meja konter dan meja kasir. "Saat ini kompetitor semakin banyak, kami ingin menyajikan harga paket yang kompetitif," ujar Hendro.

Ia juga masih mengutip royalty fee 3,5% setiap bulan. Bedanya, dulu saat mitra hendak memperpanjang setelah masa kontrak berakhir wajib membayar 50% dari nilai paket awal. Namun, saat ini mitra harus membayar 60% dari harga paket awal.

Untuk harga jual sedikit mengalami kenaikan menjadi Rp 10.000-Rp 15.000 per porsi. Hendro mengklaim, rata-rata mitranya sudah balik modal. Titik impas dicapai mitra dalam waktu delapan bulan.

Ia menargetkan tahun ini ada 20 mitra baru. Sebanyak 10 mitra di antaranya telah tercapai dalam enam bulan pertama tahun ini. "Kami sedang mencari 10 mitra lagi," ujar Hendro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×