kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jangan gosong berbisnis kedai steik


Sabtu, 05 Desember 2015 / 10:00 WIB
Jangan gosong berbisnis kedai steik


Reporter: Jane Aprilyani, Merlina M. Barbara, Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Malah kini makin banyak pengusaha kuliner melakukan inovasi produk agar konsumen tidak bosan. Tidak sedikit dari merek-merek steik yang beredar di dalam negeri menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha. Agar lebih merakyat, merek-merek steik lokal banyak yang menawarkan steik dengan harga yang lebih ramah di kantong. Respons masyarakat cukup baik.

Untuk mengetahui perkembangan usaha kemitraan steik, kali ini KONTAN akan mengulas  beberapa pelaku usaha steik dari Steak KQ5, Royal Steak, dan Zuper Steak. Berikut ulasannya:  


• Steak KQ5
Usaha yang didirikan oleh Wowok Handoyo ini berada di bawah bendera usaha Radjamasak Food and Beverages Consultant. Steak KQ5 berdiri sejak 2006 silam. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini di September 2013 lalu, Steak KQ5 telah memiliki 100 mitra yang tersebar di Semarang, Surabaya, Padang, Jakarta dan Riau.

Sekitar dua tahun berjalan, mitra Steak KQ5 berkembang hingga lebih dari 200 mitra yang tersebar hampir diseluruh Indonesia termasuk Aceh, Mataram, Timika hingga Sorong. Wowok bilang, pusat tidak memiliki gerai sendiri karena berfokus sebagai konsultan bagi para mitra serta pengembangan produk.

Untuk harga investasi, Steak KQ5 menambah paket investasi yang awalnya hanya satu paket menjadi dua paket investasi yakni senilai Rp 7,5 juta dan Rp 10 juta.

Mitra akan mendapatkan fasilitas peralatan usaha, pelatihan karyawan, konsultasi usaha dan modul serta SOP. Bedanya, pada paket Rp 7,5 juta, mitra akan mendapat materi pelatihan berbagai varian steik.

Sedangkan paket investasi senilai Rp 10 juta berkonsep full resto, yakni pendampingan tidak hanya sebatas menu steik tapi juga menu pendamping seperti sosis, bakso, spageti dan nasi goreng. Pada paket ini mitra akan mendapat pula berbagai varian minuman seperti milkshake, lime squash, dan pinacolanda.

Handoyo mengatakan, harga jual mengalami kenaikan menjadi Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per porsi untuk daerah Jawa. Dari bisnis steik ini, mitra diprediksi meraup omzet Rp 500.00 per hari. Dengan laba bersih 40%, mitra sudah balik modal dalam tiga bulan. Ia juga tidak membebankan biaya royalti pada mitra. Untuk varian menu, Steak KQ5 melakukan inovasi menu pendamping yakni menghadirkan nasi goreng, bakso bakar dan sosis panggang.

Handoyo menambahkan, selama ini dia tetap aktif promosi di media sosial dan website, Steak KQ5 juga aktif mengikuti berbagai pameran. Salah satu kendala yang sering dihadapi mitra menurutnya adalah kenaikan bahan baku bumbu. Sebab, ada beberapa bahan baku Steak KQ5 yang harus diimpor dari luar negeri. "Praktis hal ini akan berdampak pada naiknya harga jual," jelas Handoyo. Dia menargetkan mendapat mitra minimal lima hingga enam setiap bulan.


• Royal Steak
Berdiri sejak Juni 2012, Gunawan Hadi, pemilik Royal Steak menawarkan kemitraan pada tahun 2011. Ketika KONTAN mengulas usaha ini di 2014 sudah ada 34 gerai yang beroperasi, yaitu lima milik pusat di Surabaya dan sisanya milik mitra. Kini, sudah ada 12 gerai mitra yang bertambah jadi total gerai yang ada sekitar 46 gerai.

Manager Marketing Royal Steak Indonesia, Hendra Santoso menuturkan, meski gerai berkembang namun perlambatan ekonomi membuat bisnis kuliner khususnya gerai steik jadi melesu. "Kemungkinan tahun depan, perekonomian membaik dan usaha steik bisa bangkit lagi," ujarnya.

Perkembangan Royal Steak ditunjang dari inovasi menu atau produk serta aktif pemasaran di beberapa media sosial. Paket investasi yang ditawarkan oleh Royal Steak pun masih sama dan belum mengalami kenaikan harga yakni  paket rombong senilai Rp 40 juta dan paket resto seharga Rp 137 juta. Investasi itu sudah termasuk kerjasama selama lima tahun, peralatan usaha dan bahan baku awal.

Sementara, harga menu makanan steik masih dikisaran Rp 10.000 hingga Rp 16.000 per porsi. Hendra bilang, penentuan harga menu makanan tergantung lokasi mitra. Menu makanannya pun masih sama yaitu steik original dan steik tepung. "Ke depannya kemungkinan menambah menu steik lainnya di tahun depan," ucap Hendra.

Walaupun mengalami kendala akan perekonomian di Indonesia, Hendra bilang mitra yang telah menjalin kerjasama masih mendapat omzet sekitar Rp 2 juta per hari. Terkadang omzet yang didapat pun bisa kurang dan lebih, tergantung kondisi pasar dan ekonomi di daerahnya.


• Zuper Steak
Usaha steik yang kurang berkembang baik tahun ini adalah Zuper Steak asal Bandung, Jawa Barat. Zuper Steak berdiri pada Januari 2012 di bawah naungan PT Bandung Era Sentra Waralaba.

Setelah berjalan sekitar delapan bulan, pada Agustus 2012, Zuper Steik mulai menawarkan waralaba. Reno Syafrudin, General Manager Zuper Steak menyampaikan, sehingga saat ini gerai Zuper Steak belum berhasil menggandeng mitra usaha.  

Padahal, restoran khusus steik buatan aktor Hengky Kurniawan ini sudah menawarkan kemitraannya selama tiga tahun lamanya. Dulu, KONTAN sempat mengulas tawaran kemitraannya pada 2 November 2012. Saat itu gerainya masih gerai milik pusat berlokasi di Jalan PHH Mustofa No 39 Bandung.

Reno menyampaikan, tidak adanya mitra yang bergabung membuka restoran steik karena kurangnya minat masyarakat Bandung terhadap menu steik. Banyak orang memang menyukai suka olahan daging merah, namun belum tentu menyukai steik.

Oleh karena itu, sejak enam bulan lalu hingga sekarang Zuper Steak sementara tidak membuka tawaran kemitraan usaha dulu. Kemungkinan tawaran usaha akan kembali di buka pada  awal tahun 2016 mendatang.

Sebagai catatan, perusahaan yang menaungi Zuper Steak juga membawahi  beberapa merek kemitraan. Misalnya  Bakso Tukul, Pondok Sambal Mbak Nunung, dan beberapa merek ayam goreng.

Bahkan, menurut Reno, sekarang ini perusahaan ini sedang fokus menawarkan kemitraan usaha yang lain ketimbang mengembangkan kemitraan steik. "Kalau kemitraan ayam goreng atau bakso malah lebih banyak peminat mitranya, penjualannya selalu bagus. Sedangkan kalau steik, masih bertahan saja itu sudah bagus, " kata dia kepada KONTAN, Kamis (26/11).

Reno masih pesimistis jika tahun depan akan mendapat mitra . Namun yang jelas gerai Zuper Steak yang ada di Jalan PHH Mustofa tidak akan ditutup.  Mengenai nilai investasi, Reno menyatakan tidak ada perubahan dan tetap menawarkan tiga paket yakni paket kios senilai Rp 65 juta, paket ruko Rp 105 juta, dan paket resto senilai Rp 225 juta.

Sedangkan harga per porsi ada kenaikan sedikit sejak tahun 2012. Hal ini karena harga daging sapi meningkat, mempengaruhi biaya produksi.

Awalnya, menu paling mahal seharga Rp 35.000 per porsi. Saat ini meningkat menjadi Rp 50.000 per porsi. Sebab, ia tidak mungkin mengurangi berat dan porsi dagingnya karena itu sudah termasuk dalam resep.

Ke depan, Reno berharap perekonomian akan membaik adan ada mitra yang bergabung. Perusahaan ini justru akan lebih mengembangkan bisnis ayam gorengnya dan restoran lainnya.                        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×