kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Juito sukses berbisnis sepatu


Kamis, 11 Januari 2018 / 11:00 WIB
Juito sukses berbisnis sepatu


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Sebagai barang fesyen, kini banyak orang memiliki lebih dari satu pasang sepatu untuk berbagai kegiatannya. Padu padan sepatu dengan busana plus acara yang pas, bisa mendongkrak penampilannya.

Inilah potensi bagi pengusaha sepatu yang dilirik oleh Juito Tanjaya. Pada 2010, dia merilis Klorofil, merek sepatu khusus perempuan. Strategi bisnisnya, hanya melayani pembelian dalam partai besar alias grosir.

Melihat usahanya terus berkembang, Juito mengembangkan brand baru yaitu Ixxchelshoe. Berbeda dari sebelumnya, merek ini menyasar konsumen ritel, yakni perempuan.  

Tak berhenti di situ, Desember lalu dia kembali membesut merek anyar, Yakuza. Kali ini, dia membidik kaum pria sebagai pasarnya. "Kami memang sudah merencanakan untuk merek ini sejak tiga tahun lalu karena banyak permintaan dari konsumen," katanya.  

Bapak dua anak ini  menggunakan media sosial, Instagram sebagai media promosi sekaligus penjualan. Selain itu, dia juga rajin mengikuti bazar produk lokal yang banyak digelar pusat perbelanjaan di Jakarta. Juito bilang, media tersebut sangat efektif menjaring pelanggan baru karena mereka dapat melihat dan mencoba langsung.

Meski tak mengandalkan penjualan offline, merek sepatu Ixxchelshoes bisa ditemukan di Sogo. "Ini untuk membangun kepercayaan pasar saja bila kami memang pemain sepatu dan produknya ada," jelasnya. Juito memasang harga mulai Rp 200.000 hingga Rp 750.000 per pasang.

Dalam sebulan, total produksinya 2.000-5.000 pasang sepatu. Dia dibantu 30 orang karyawan untuk menjalankan usahanya. Omzet yang terkumpul mencapai ratusan juta rupiah.  

Mengandalkan media sosial sebagai media penjualan membuat jangkauan pemasarannya cukup luas, yaitu seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, ada juga konsumen dari luar negeri sesama peserta pameran.

Khusus untuk merek Klorofil, Juito bilang. produknya juga digunakan untuk menyuplai beberapa brand sepatu nasional. Sayangnya, dia enggan menyebutkan mereknya.   

Dekati pasar dengan ciptakan ukuran orang lokal

Tak punya ilmu di bidang fesyen ataupun pengalaman membuat sepatu, tak menciutkan nyali Juito Tanjaya untuk merintis bisnis sepatu.  Awalnya, dia memilih  bekerjasama dengan perajin. Butuh waktu enam bulan untuk menemukan perajin yang sesuai keinginannya.

Namun, setelah melihat pasar yang menjanjikan, Juito memutuskan untuk produksi sendiri. Lantaran minim pengetahuan tentang desain sepatu, ia banyak mengalami kegagalan. "Dari 100% sekitar 40% pasti gagal semuanya," katanya sambil tertawa.

Asal tahu saja, proses trial and error yang dijalani oleh laki-laki asal Palembang, Sumatra Selatan ini cukup lama karena dia ingin menciptakan ukuran sepatu khas orang Indonesia. Sekedar info, kebanyakan para perajin sepatu menggunakan ukuran kaki yang sudah ada dipasaran alias kaki luar negeri yang ternyata berbeda dengan bentuk kaki orang Indonesia.

Selain itu, Juito rajin mendengarkan keluhan konsumen. "Dari sana kami terus memperbaiki dan akhirnya tercipta formula yang pas," katanya.

Dia kerap dibuat pusing dengan cetakan (molding) yang sesuai dengan formulanya. Saat itu, Juito mengatakan susah mendapatkan pabrikan molding yang mau mengakomodir keinginannya. Sampai pada akhirnya, ada satu pabrikan yang mau bekerjasama dengan ketentuan membayarkan deposit.

Merintis usaha baru, membuat Juito harus turun ke lapangan untuk promosi serta membuka pasar. Dia rela keluar masuk toko sepatu untuk mendapatkan pelanggan. Sayangnya, tak semua memberikan tanggapan positif, karena masih ragu dengan merek serta kualitas sepatu buatannya.

Pantang menyerah, Juito akhirnya mendapatkan pelanggan.  Seiring berkembangnya usaha, dia mulai melakukan ekspansi usaha dengan meluncurkan merek baru yaitu Ixxchelshoes.

Menurutnya, ajang bazar saat ini paling menguntungkan karena pengunjung pusat belanja lebih senang melihat-lihat ke gerai bazar daripada masuk ke gerai brand tertentu. Bahkan dia mengaku, total penjualan bazar selama tiga hari sama dengan total penjualan selama sebulan ditoko offline.     

Mendekati target pasar lewat pameran di mal

Setiap pemilik usaha saat ini harus jeli memasarkan produk untuk bisa mempertahankan bisnis. Begitu pula Juito Tanjaya dalam menjajakan sepatu buatannya. Pemilik merek Klorofil, Ixxchelshoe, dan Yakuza  ini memilih tidak banyak menjual barang di toko offline dengan sistem konsinyasi supaya bisa terhindar dari kerugian akibat sisa barang alias dead stock.

Akhirnya pilihan jatuh ke cara pemasaran lewat bazar di pusat belanja. Dalam sebulan, Juito kerap ikut bazar. Termasuk untuk momen Lebaran, Imlek, atau Natal dan Tahun baru.

Cara ini dianggap paling tepat untuk memasarkan Ixxchel dan Yakuza kepada konsumen yang bisa melihat, mencoba, dan mengetahui bahan baku yang digunakan.

Biasanya, laki-laki asal Palembang ini melakukan sistem stok sebulan sebelum ikut bazar, untuk memenuhi permintaan konsumen. Maklum, penjualan selalu meningkat saat pameran berlangsung.  

Namun, ia mengeluh penjualan tahun ini turun sekitar 25% dari tahun lalu. " Semuanya sedang lesu saat ini," katanya pada KONTAN, Selasa (19/12).

Meski begitu, dia terus mempertahankan kualitas produk serta memenuhi segala permintaan konsumen. Seperti menyanggupi permintaan konsumen membuat ukuran sepatu yang tidak ada di pasaran. Bila setuju, ia bakal membuat sepatu pesanan tersebut dalam waktu tujuh hari.

Selain itu, bapak dua anak ini juga memberikan garansi tukar ukuran sepatu untuk pembelian via online. Estimasi waktu proses pengembalian sekitar satu minggu.

Namun, Juito kerap menemui kendala di bisnis ini. Seperti sulit mencari tenaga kerja yang bisa diajak kerjasama. Terkadang ada karyawan yang ingin kerja cepat tapi tanpa memperhatikan kualitas produk. Maka, Juito melakukan sistem kontrol produksi yang ketat.

Hambatan lain terkait bahan baku yang masih impor. Apalagi belakangan ini bahan impor susah masuk sehingga membuat harga beli jadi mahal.

Meski begitu Juito tidak patah semangat. Ia bakal terus mengoptimalkan pemasaran dari produk sepatunya. Selain lewat bazar, ia bakal optimalkan lewat media sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×