kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,58   -6,78   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kacang kara pedang makin diminati saja (1)


Jumat, 02 Maret 2012 / 15:10 WIB
Kacang kara pedang makin diminati saja (1)
ILUSTRASI. Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.


Reporter: Eka Saputra, Noverius Laoli | Editor: Tri Adi

Budidaya kacang kara pedang makin diminati petani. Peluang kacang ini cukup besar karena permintaan yang tinggi di pasaran. Kacang ini diminati karena menjadi alternatif bahan baku tahu tempe pengganti kedelai. Sekali panen, satu hektare lahan kara pedang bisa menghasilkan Rp 12 juta.

Bagi kebanyakan orang Indonesia, kacang kara pedang atau Canavalia ensiformis masih tergolong sebagai sumber bahan pangan baru. Maklumlah, salah satu varian kacang kara ini baru ramai dibudidayakan setahun terakhir.

Kacang ini banyak dibudidayakan sebagai alternatif pengganti kedelai untuk bahan dasar pembuatan tahu dan tempe. "Kacang kara pedang mulai ramai dibudidayakan sejak tahun 2011, saat harga kedelai terus naik," kata petani kacang kara pedang di Temanggung, Jawa Tengah, Tri Barokah.

Para petani kacang kara pedang di daerah ini berhimpun di dalam Komunitas Damar Sindoro-Sumbing. Di komunitas tersebut, Tri Barokah menjadi ketuanya.

Komunitas Damar Sindoro-Sumbing menanam kacang kara pedang di lahan seluas 12 hektare (ha). Dari setiap ha, mereka menghasilkan 4 ton kara pedang setiap panen senilai Rp 12 juta. Dalam setahun, petani bisa memanen tiga kali panen. Setelah dikurangi biaya produksi, seperti bibit, tenaga kerja, dan pupuk, laba bersih setiap hektare berkisar antara Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.

Tri Barokah menilai, prospek budidaya kara pedang cukup bagus. Permintaan di Jawa Tengah saja bisa mencapai 10.000 ton per bulan. Itu belum termasuk permintaan dari pasar ekspor. "Jangankan ekspor, memenuhi dalam negeri saja belum bisa," ujarnya.

Hal yang sama juga dialami Sapari, petani kara pedang dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Ia mengaku, permintaan kara pedang di Jawa Tengah sangat tinggi. "Produksi kami belum mencukupi kebutuhan masyarakat Jawa Tengah," ujarnya.

Total areal tanaman kara pedang di Kendal hanya sekitar 10 ha. Sapari sendiri hanya memiliki seperempat hektare. Meski tidak begitu luas, ia mengaku hasil panen dari menanam kacang ini lumayan memuaskan. "Karena dalam setahun, saya bisa panen sampai empat kali," ujarnya.

Kacang kara ini disebut pedang karena bentuk polongnya yang memanjang seperti tuas pedang. Panjang polongnya bisa mencapai 30 centimeter (cm) hingga 40 cm. Bentuknya memang menyerupai kedelai, namun warnanya lebih putih ketimbang kedelai.

Rasa dan kandungan gizinya pun dinilai tidak kalah dibandingkan dengan kedelai. "Selain lebih bandel, kara pedang juga gampang tumbuh," ujar Tri.

Ia berharap, suatu saat nanti, kara pedang bisa menggantikan kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe. Ia mengklaim, kacang ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kedelai. Contohnya, dengan berat bahan yang sama, hasil tempe berbahan kara pedang lebih banyak 25%-30% ketimbang tempe kedelai.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×