kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kampung Binong Jati: Rajutannya berani diadu dengan produk impor (2)


Senin, 14 Februari 2011 / 11:42 WIB
Kampung Binong Jati: Rajutannya berani diadu dengan produk impor (2)
ILUSTRASI. Mike Pompeo


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Proses produksi rajutan di Kampung Binong Jati sudah terspesifikasi. Setiap tahap dilakukan oleh orang yang berbeda. Tahapan paling penting adalah penentuan model dan merajut bahan pakaian. Tapi, karena sudah menjadi makanan sehari-hari, para pekerja di sentra ini bisa menghasilkan lusinan rajutan per hari.

Para pekerja di sentra rajutan Binong Jati harus tetap tekun dan teliti sewaktu mengerjakan pembuatan sweater, jaket, syal, atau kaos rajutan. Maklum, pekerjaan merajut memang membutuhkan mata yang jeli dan tangan-tangan terampil.

Tapi, pengalaman merajut selama bertahun-tahun membuat proses produksi rajutan di Kampung Binong Jati, Bandung sangat cepat. Satu rumah produksi bisa menghasilkan 15 lusin hingga 50 lusin rajutan aneka produk fesyen per hari.

Waktu produksi paling lama dihabiskan pada tahap pembuatan model rajutan yang berlangsung satu hingga dua jam. Inilah fase paling awal dalam produksi rajutan. Setelah ada model, produksi rajutan pun dimulai.

Para pekerja industri rajutan rumahan ini bekerja berdasarkan tahapan produksi. Misalnya, tahap pertama, merajut. Ada pekerja yang memang khusus merajut pola dan model. Contohnya, sweater.

Siti, perajut dari My Collection, mengatakan, merajut adalah tahap paling dasar dan paling sulit. "Keberhasilan sebuah produk dinilai dari pola rajutan dan model serta kerapihan dari rajutan itu," katanya.

Mesin-mesin yang dipakai pelaku industri rajutan di Kampung Binong Jati hanya berfungsi untuk menjahit. Siti menambahkan, tahap penyempurnaan hasil rajutan tetap dilakukan secara manual.

Setelah merajut, proses selanjutnya yaitu, melingking untuk merapikan bagian tepi rajutan. Pada tahap ini, pekerja memasukkan rajutan ke mesin yang berputar untuk membabat pinggiran kain yang hendak dipasang resleting. Mesin tersebut akan membentuk pinggiran halus yang kemudian akan dipasang resleting. Tak hanya untuk kebutuhan resleting, bagian kerah, lengan, dan pinggiran rajutan harus dilingking agar bagian tepi sweater lebih rapi.

Tahap berikutnya, mengesom untuk membuat jahitan rajutan lebih rapi. Para pekerja menggunakan jarum rajutan yang panjangnya 10 cm. Kemudian, mereka menggunting benang-benang yang menjulur di pinggir kain. Dengan begitu, sweater tidak menggelembung karena kelebihan benang jahit.

Jika jahitan sudah rapi, rajutan akan masuk ke tahap pemasangan kancing. "Kancing harus disesuaikan dengan model sweater," jelas Taufik, pekerja yang bertugas memasang kancing.

Proses paling akhir adalah, pengemasan plastik. Sweater yang sudah melewati proses panjang itu akan bernoda. Karena itu, sweater harus dibersihkan.

Para pekerja menggunakan ramuan racikan sendiri. Racikan yang disebut air wash ini disemprotkan ke bagian yang bernoda untuk menghilangkan kotor.

Soal kualitas dan ragam rajutan Kampung Binong Jati tak perlu diragukan. Modelnya pun tak kalah dengan rajutan impor. "Sebagai bahan referensi, kami hanya lihat dari majalah saja, selebihnya kreasi sendiri," tutur Wien, pemilik My Collection yang merancang sendiri model rajutannya.

Untuk model dasar sweater produksi sentra ini yakni, sweater standar dengan kerah berbentuk V atau kerah tinggi hingga ujung leher. Selain itu, ada juga model jumper, jaket dengan resleting dari ujung bawah hingga leher, kardigan, dan vest atau rompi.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×