kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,23   7,63   0.77%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kampung tempe ini eksis selama puluhan tahun (1)


Minggu, 19 Agustus 2018 / 09:05 WIB
Kampung tempe ini eksis selama puluhan tahun (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Tempe, makanan sederhana yang hampir tidak pernah absen mengisi meja makan. Rasa gurih dan tingginya kandungan protein, serta harga yang terjangkau  membuat tempe disukai.

Fakta inilah yang membuat pusat produksi tempe masih eksis dari dulu hingga sekarang. Salah satunya adalah sentra tempe yang berada di Gang Tempe, Sunter, Jakarta Utara.

Lokasinya tak jauh dari Kali Item dan berada di dalam perkampungan padat penduduk. Saat KONTAN berkunjung pada Sabtu (4/8), terlihat deretan rumah sederhana dengan dengan dapur besar tempat memasak tempe.

Gang sempit menjadi akses jalan satu-satunya. Berjalan makin ke dalam akan banyak terlihat rak-rak penyimpan tempe yang terbuat dari tiang bambu.

Berbeda dengan pusat produksi tempe lainnya, para perajin memilih untuk menggunakan dapur bersama. Kapasitasnya empat sampai lima orang. Langkah ini sebagai solusi sempitnya lahan pemukiman disana.

Sebidang tanah kosong menjadi tempat menyimpan tempe yang digunakan oleh perajin yang ada disekitarnya. Di dalam dapur, terdapat mesin pemecah biji kedelai yang mempercepat proses pembuatan tempe.

Kampung tempe ini selalu terlihat sibuk sejak dini hari. Para perajin mulai memotong tempe yang sudah masak kemudian siap dihantarkan kepada para pedagang yang ada di pasar atau warung-warung kecil.

Sepulang berkeliling, mereka kembali ke dapur untuk mempersiapkan tempe yang akan dijual keesokan paginya. Sekitar tengah hari jalanan di kampung ini bakal sepi karena waktunya mereka beristirahat.

Mustiah, salah satu perajin bercerita bila pusat produksi tempe yang ditempatinya sudah ada sejak tahun 1960-an. Ia memperkirakan, sentra tempe ini sudah berumur puluhan tahun.

Terdapat tiga lokasi yang menjadi pusat produksi yaitu RT 12, RW 6 dan RW 8. Total perajinnya lebih dari 100 orang. Kebanyakan para perajin berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah dan usahanya diteruskan anak dan cucunya.

Makanya tidak heran bila kampung ini masih eksis. Perempuan yang lebih akrab disapa Bu Mus ini memulai usaha sejak tahun 1980-an bersama sang suami setelah belajar dari sang kakak.

Dalam sehari total produksinya mencapai 50 kg. Seluruh tahapan produksi dikerjakan sendiri bersama dengan sang suami. Bu Mus menjual tempe produksinya di sejumlah pasar, seperti, Pasar Serdang, Pasar Sunter Jaya, Petojo dan lainnya.

Untuk harganya dibanderol Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per potong. Sayangnya, dia enggan mengungkapkan total omzet yang dikantonginya saban hari.

Tresno, perajin tempe lainnya mulai tertarik berbisnis tempe secara mandiri pada tahun 2005. Sebelumnya, dia membantu sang ayah untuk menjalankan usaha tempe.

Dalam sehari total produksinya mencapai 100 kg. Dia dibantu satu orang karyawan dan istrinya untuk proses pemasakannya.

Produksi tempenya dikirimkan kepada pelanggannya, pemilik warung nasi dan penjual tempe dipasar. Harganya dipatok sama dengan lainnya, sekitar Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per potong.                                   

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×