kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan SDM industri digital masih terus tinggi


Rabu, 12 Juli 2017 / 23:27 WIB
Kebutuhan SDM industri digital masih terus tinggi


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Persaingan perusahaan besar di berbagai belahan dunia adalah persaingan merekrut dan merawat tenaga kerja-tenaga kerja terbaik di bidangnya. Apalagi kalau kita mulai berbicara tentang industri teknologi digital di Indonesia.

Ada makin banyak perusahaan yang masuk di bidang teknologi dan digital dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan industri ini bisa dilihat dari maraknya perusahaan-perusahaan start-up, fintech, e-commerce yang terus bermunculan. Tapi menurut Michael Page Indonesia, sebuah perusahaan konsultan perekrutan tenaga kerja profesional, perusahaan-perusahaan harus bersaing ketat untuk mendapatkan karyawan yang tepat. Michael Page terafiliasi dengan Page Group,  group yang didirikan di London ini beroperasi di 150 kantor di 35 negara di seluruh dunia.

Di Indonesia mencari karyawan yang mumpuni di bidang teknologi dan digital adalah pekerjaan rumah yang besar. Menurut survey yang dilakukan Michael Page, dalam periode Maret 2016-April 2017, terjadi lonjakan 60% kebutuhan tenaga atau lowongan pekerjaan di industri teknologi dan digital. Lonjakan kebutuhan ini diperkirakan akan terus terjadi, karena hampir semua pengusaha, dari start-up sampai konglomerat yang mencoba melakukan diversifikasi usaha, melihat industri teknologi dan digital adalah masa depan.

Menurut Imeiniar Chandra  Manajer PT Michael Page Internasional Indonesia, ada 4 sektor usaha di bidang teknologi dan digital yang sedang booming, yaitu: e-commerce, logistik, fintech, dan big data. Berikut ini penuturan dari Imeiniar Chandra tentang industri teknologi dan digital serta kebutuhan SDM-nya:

Bagaimana Anda melihat sektor usaha digital di Indonesia?

E-commerce di Indonesia sudah banyak berkembang dalam bentuk market place, B to B, B to C.               Jangan lihat cuma Jakarta, Surabaya, dan Medan tapi ada banyak kota lainnya dengan total populasi sekitar 250 juta penduduk. Itulah sebabnya perusahaan-perusahaan e-commerce bisa menjangkau daerah-daerah yang selama ini dianggap pedalaman untuk toko-toko ritel tradisional. E-commerce menjadi sektor yang paling berkembang.

Dalam mendukung perkembangan e-commerce, industri logistik juga turut berkembang. Logistik berkembang dengan sangat pesat karena ekosistem yang sudah terbentuk. Pada saat seseorang mau membeli barang, pengirimannya tentu saja harus memakai jasa logistik. Kita bisa melihat e-commerce bisa ada di mana saja, logistik pun bisa menjangkau daerah-daerah di luar Jawa.

Sekarang yang lebih banyak jadi penekanan adalah business process efficiency. Dengan menggunakan teknologi yang tepat bagaimana kita bisa melakukan banyak delivery dengan optimal. Kalau dulu mungkin kita melakukan delivery dari poin A ke B bolak-balik. Kalau sekarang mungkin di perjalanan mungkin kita bisa melakukan drop off point supaya menghemat waktu dan bisa melakukannya dengan lebih cepat.

Fintech juga mendukung e-commerce, karena pada saat mau membayar orang Indonesia belum tentu percaya dengan kartu kredit. Jadi banyak bentuk digital payment, seperti e-wallet, di mana bentuknya memudahkan orang-orang untuk melakukan pembayaran dengan channel e-commerce. Di saat yang sama juga pada waktu kita melihat target market, tidak semuanya bankable. Jadi sepertinya masih ada banyak orang yang menyimpan uang di bawah bantal. Fintech memainkan peran yang penting di era digital ini. Orang sekarang sudah bisa membuka akun bank dengan KTP, ini adalah salah satu bagian dari fintech yang tengah berjalan di beberapa bank di Indonesia. Ada beberapa yang masih versi Beta, tapi ada juga yang sudah bisa membuka akun tanpa harus pergi ke bank.

Terakhir, yang kami lihat juga sebagai sektor yang besar adalah di Big Data. Di bagian ini adalah perbedaan terbesar saluran konvensional dan online channel. Kalau dalam online channel kita bisa melihat data secara real. Kita bisa tahu pola perilaku para konsumen. Big data ini menciptakan peran-peran baru yang selama ini mungkin tidak pernah ada.

Salah satu pekerjaan yang paling sering dicari orang adalah data scientist. Data scientist ini berbeda dengan data analyst dan sayangnya tidak banyak orang yang tahu perbedaannya. Bahkan perusahaan yang mencari data scientist ternyata mereka hanya memerlukan data analyst. Atau bisa juga sebaliknya, mungkin mereka berpikir data analyst, ternyata yang dibutuhkan data scientist.

Ada banyak pertanyaan untuk sektor yang satu ini karena di Indonesia baru berkembang dalam 2 tahun terakhir. Industri kita masih baru belajar masih mencari-cari mana. Di luar sana untuk menjadi data scientist berkualifikasi, talent harus mengantongi S3. Seberapa banyak orang Indonesia yang punya Phd mungkin  terhitung dengan jari. Dan apakah itu betulan dapatnya atau online?

Sebenarnya ada juga banyak orang Indonesia yang ada di luar negeri yang Phd tapi mungkin mereka masih belum aware, wah Indonesia ini ternyata sudah lebih maju dibandingkan mereka pertama kali meninggalkan Indonesia.

Di Michael Page ada program namanya Membangun Negeri. Kami melakukannya lewat sosial media untuk menarik orang-orang Indonesia yang ada di luar untuk kembali ke Indonesia. Dan mereka kembali juga tidak harus bekerja untuk orang lain, mereka bisa juga bekerja sebagai entrepreneur, mungkin mereka mau memulai usahanya.

Bagaimana sih talent kita di Indonesia kalau dibandingkan negara lain?

Kalau yang bagus saya bisa katakan, kita ini tidak kalah bersaing dengan yang di luar sana, tapi volumenya masih belum sebanyak yang di luar sana. Dan kalau dulu 10 tahun lalu mungkin dengan orang lulusan komputer science, IT, matematika, dan statistik itu susah mencari pekerjaan. Tapi sekarang pengembangan mereka banyak sekali. Orang dari matematika mungkin dulu enggak banyak yang mau, tapi sekarang itu menjadi The Gig, The Cool Boys Club.  Beberapa perusahaan juga sudah menawarkan program magang.

Digital adalah industri yang berkembang paling cepat di Indonesia. Ada beberapa hal yang membuat industri digital berkembang, salah satunya adalah dukungan dari pemerintah dan pasar digital yang sangat besar di Indonesia. Bisa dilihat setiap segmen masyarakat sudah mengantongi smartphone, bahkan di Jakarta banyak orang mempunyai 3-4 smartphone. Selain karena mereka selalu ingin terhubung, juga karena banyak orang harus menghabiskan waktu  dalam kemacetan lalu lintas Jakarta. Ada berapa jam waktu yang dihabiskan orang dalam perjalanan? Dan setiap hari orang bisa menghabiskan waktu 3-4 jam untuk online.

Di dalam sosial media, Indonesia juga menjadi negara yang mempunyai pengguna sosial media terbesar di dunia.

Ada banyak perusahaan yang mencoba membuat bisnis teknologi dan digital, baik asing maupun lokal. Perusahaan lokal pun mulai dari perusahaan-perusahaan kecil menengah maupun perluasan dari para konglomerat.

Berapa lama untuk mendapatkan karyawan yang bagus?

Perusahaan membutuhkan waktu rata-rata 4 bulan untuk mendapatkan karyawan yang berbakat. Tak heran kalau manajer perekrutan di Indonesia rata-rata harus mewawancarai 6 pelamar sebelum akhirnya memutuskan untuk bisa merekrut karyawan. Di sisi lain, calon karyawan juga biasa mendapatkan penawaran dari 6 perusahaan sebelum memilih tempat kerja yang diinginkannya.

Proses perekrutan yang panjang ini tak lepas dari tahapan wawancara yang harus dilalui. Pengusaha merasa  teknologi menjadi semakin terintegrasi dengan unit-unit bisnisnya.  Sehingga para calon karyawan rata-rata harus berhadapan dengan 3 tahap wawancara dengan pemangku kepentingan yang berbeda.

Perusahaan juga bisa dengan cepat, dalam 1 bulan, sudah menawarkan lowongan pekerjaan lain dengan kenaikan gaji rata-rata 25%-30% dari pekerjaan sebelumnya.

Indonesia ini cukup unik. Pada saat melihat sebuah bisnis sukses, maka akan banyak sekali yang mencoba untuk mengikutinya. Jadi kalau kita lihat perusahaan digital dan teknologi di Indonesia ini adalah perusahaan asing yang buka di Indonesia. Dan begitu pengusaha konglomerat lokal melihat peluang itu sangat besar, mereka mulai mencoba masuk. Untuk pengusaha lokal ini semuanya jadi lebih gampang, karena mereka kan sudah mempunyai izin perusahaan dan pemerintah juga lebih banyak memberikan dukungan.

Jadi kalau kita melihat E-commerce pemainnya dari asing ada, lokal juga ada dan bentuknya berbeda-beda. Ada yang dulunya tidak pernah bermain e-commerce, sekarang sudah mulai mencoba bermain di e-commerce. Perusahaan selalu bilang, kita mau digital, pertanyaannya adalah bermain di playground digital itu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena aliran pendapatan itu tidak akan langsung kelihatan. Kalau berjualan secara konvensional, begitu jualan langsung kelihatan mendapatkan uang, tapi kalau untuk digital pengeluarannya sangat besar. Apakah orang cukup bersabar enggak untuk tetap mengikuti permainan sampai benar-benar melihat sumber pendapatannya dari mana.

Ada cukup banyak yang ingin masuk di industri ini. Tapi mereka harus siap untuk burn the cash.

Seperti digital marketing yang sekarang menjadi salah satu the biggest expense. Semua orang marketing ingin masuk dalam digital marketing, ingin merekrut orang digital marketing. Sementara digital marketing itu sebenarnya apa, ternyata tidak banyak juga orang Indonesia yang tahu. Kadang orang posting di sosial media saja sudah dikatakan digital marketing, padahal kan jauh lebih besar dari itu. It’s about tracking orang-orangnya seperti apa. Dan kadang orang Indonesia melihat, wah di Singapura sudah berkembang di malaysia sudah berkembang, jadi ingin ikutan. Padahal orang Indonesia itu kadang masih ingin melihat produk aslinya itu seperti apa.

Jadi ada gap antara kebutuhan SDM dan pemahaman pemilik modal dalam bisnis ini?

Kalau melihat beberapa startup e-commerce yang membangun adalah orang yang cukup muda, yang suka kita sebut millennial. Millennial biasanya punya banyak sekali ide dan sekali mereka mau melakukannya, maka tanpa berpikir panjang mereka akan langsung menjalankannya. Tapi kadang long time strategy-nya yang tidak sustain. Dan ini yang membedakannya kalau kita bandingkan dengan bisnis konvensional yang kalau kita lihat biasanya jangka panjang. Sebelum ini berpikir, kalau nanti ternyata tidak bekerja back up plan-nya bagaimana.

Ada gap generasi?

Tapi memang kalau kita mau mencari ide, generasi millennial ini memang sangat bagus. Jadi pertanyaannya adalah bagaimana mempertemukan mereka dalam sebuah ekosistem dan ini menjadi salah satu tugas Michael Page. Kami juga suka bilang kalau ada perusahaan yang ingin merekrut karyawan, mereka mungkin ingin karyawan dengan 10 list kemampuan, kalau di Indonesia misalnya kita cuma menemukan orang yang punya 8 kemampuan, apa perusahaan mau melakukan sesuatu enggak? Misalnya memberikan training, apakah 2 kemampuan ini bisa dilatih atau tidak? Jadi dari kami bisa menolong mereka untuk memberikan saran-saran dalam perekrutan, competitor landscape, tapi mereka juga harus mau.

Jangan melihat Singapura dan Malaysia, karena mereka sudah duluan. Mereka sudah sekitar 5-10 tahun lalu sudah bermain-main di sana. Perusahaan di sini harus bisa juga memberikan sesuatu dong, memberikan kursus coding bahasa baru misalnya. Karyawan juga akan sangat menghargai perusahaan yang memberikan kesempatan mereka untuk bisa tumbuh besar bersama. Kalau tidak nanti karyawan itu akan cepat pindah, bajak-bajakan tenaga kerja, dan akhirnya merusak harga pasar tenaga kerja juga. Gajinya juga sudah tidak sesuai dengan market rate.

Kalau kita bicara gaji, seberapa gaji para karyawan di industri ini?

Gajinya sangat bervariasi. Tapi yang bisa dikatakan perusahaan itu bersedia untuk menaikkan gaji 25-30% setiap kali karyawannya pindah.

Tapi kisaran gaji untuk posisi yang paling banyak dicari?

Yang aling banyak dicari sekarang ini masih tetap developer. Kalau developer ini akan ada web ada mobile dan bahasa pemrograman mereka juga kan berbeda-beda, tidak semua developer bisa disamakan. Tapi kami di sini kan membantu yang di level manajerial ke atas, jadi untuk gaji itu bisa yang dari 25 juta per bulan sampai 50 juta untuk developer yang berpengalaman paling tidak sekitar 3 tahun. Range nya memang sangat besar, tapi juga permintaan untuk developer sangat besar.

Developer yang bisa berkomunikasi dengan baik dan bisa berbahasa Inggris, itu harganya akan lebih naik lagi.    

Apa yang sudah Anda lakukan untuk mencari bakat itu?

Kita kebanyakan ikut network juga. Ada beberapa event di mana kita ikut berpartisipasi. Untuk memudahkan mereka menilai juga, developer yang mereka cari itu yang seperti apa sih. Untuk mempermudah pencarian talent, biasanya kita bagi menjadi dua, yaitu teknis dan non teknis Hal baik dari para kandidat teknis kita bagi menjadi dua, yaitu teknis dan non teknis Hal baik dari para kandidat teknis ini mereka biasanya menganggap uang itu penting tapi uang adalah hal kedua untuk mereka. Kadang  mereka juga melihat produk apa sih yang bisa mereka ciptakan. Mungkin kita bisa bandingkan mereka seperti artis ya, mereka mau menciptakan sesuatu.

Jadi agak beda, kalau kita berbicara dengan commercial di digital, mungkin seperti digital marketing, digital sales, mungkin mereka akan bilang bisa dan semua ukurannya adalah uang.

Orang teknikal itu juga cukup jujur. Pada waktu kita tanya bisa ini enggak, mereka akan bilang mereka tidak bisa, tapi mungkin bisa yang lain. Tapi kalau kita ketemu dengan orang sales, tentu semuanya akan dia bilang bisa.

Untuk memenuhi kebutuhan SDM ini apakah harus ada semacam terobosan atau apa?

Menurut kami, ini harus dimulai dari early development stage. Mungkin bisa dimulai dengan beberapa perusahaan, cobalah bekerjasama dengan beberapa universitas. Misalnya dengan program-program magang. Bagaimana pun kalau seseorang dilatih dari awal, loyalitas terhadap perusahaannya akan lebih berkembang.

Kami juga membantu memberikan saran kepada orang-orang teknikal. Seperti misalnya sikap mereka pada waktu interview, cara menulis CV yang baik seperti apa. Karena orang-orang teknikal itu mungkin bagus untuk coding, tapi yang lainnya kurang. Jadi kita membantu, contohnya kami memberitahu mereka pada waktu interview yang paling penting jangan terlambat dan berpakaian dengan pantas. Jangan sampai pakai sandal jepit misalnya. Memang mereka itu biasanya dalam lingkungan yang sangat santai ya, mereka bisa pakai celana pendek, pakai kaus. Tapi pada waktu melakukan interview, sesantai apa pun kantornya kita harus tetap memakai pakaian yang pantas. Mungkin hal-hal seperti itu mudah untuk kita, tapi mereka lupa hal-hal dasar seperti itu.

Untuk perusahaan-perusahaan kita juga memberikan saran. Nanti pada saat menemukan kandidat yang bagus, Anda harus memberikan kesan kepada mereka. Para kandidat itu juga biasanya sudah mendapatkan tawaran dari beberapa perusahaan lain, kenapa mereka harus memilih perusahaan ini. Jangan sombong, jangan berpikir karena brand sudah terkenal lalu semua orang akan mau bergabung di perusahaan itu.

Jadi apa yang kami sarankan adalah perlakukan para kandidat itu dengan baik. Pada saat interview berikan mereka waktu untuk bicara, jangan belum apa-apa kita bilang enggak bisa. Bagaimana pun kita harus melihatnya sebagai hubungan jangka panjang. Mungkin saja pada interview enggak cocok, tapi ke depannya bisa partnership bareng, karena kita tidak akan pernah tahu. Sekarang mau kerja untuk orang, mungkin 5 tahun lagi jadi pendiri perusahaan.

Berapa sih sebenarnya jumlah kebutuhan SDM di sini?

Sangat bervariasi ya, dan bisa teknis dan non teknis. Tapi kalau kita melihat polanya, perusahaan asing biasanya lebih membutuhkan ke yang non teknikal, seperti misalnya digital sales, digital marketing. Tim teknisnya kebanyakan tidak ada di Indonesia. Jadi biasanya kalau seperti piramida, yang paling banyak dicari di sini adalah orang sales dan marketingnya .

Terbalik dengan perusahaan lokal, yang paling banyak dicari adalah orang-orang teknis, baru orang sales dan orang marketing. Mereka memang mau talent-nya adalah benar-benar orang Indonesia.

Berapa banyak?

Salah satu perusahaan lokal terbesar di sini bisa mempekerjakan total 1.000 orang. Tim teknisnya bisa 500. Memang itu ada macam-macam ya ada HRD-nya, ada bagian keuangannya.

Ini lokal?

Iya, dan ada beberapa yang tidak hanya di Jakarta. Mungkin mereka melihat pasar seperti di Bandung, Yogyakarta. Universitas kita di sana juga cukup bagus ya, kita ada ITB ada UGM. Dan kadang-kadang mereka juga ingin tinggal di kota kecil, tidak mau tinggal di Jakarta karena macet.

Sudah ada yang sebesar itu?

Iya, mungkin kita tidak terlalu sadari itu. Ternyata di back office ada banyak sekali. Yang kita lihat selama ini kan depannya. Ini juga yang membuat e-commerce dan perusahaan digital karena “dapurnya” banyak sekali, ada distribusi, call centre, support. Saya tidak bisa sebutkan namanya, tapi ada beberapa lokal yang sudah besar.

Saya membayangkan ada 500 developer dalam satu perusahaan. Sepertinya perusahaan ini tidak keluar dengan satu aplikasi saja ya?

Iya. Dia mungkin saja ada banyak aplikasi dan tidak hanya di Indonesia.  Kadang dengan developers ini kita juga bisa bilang ada freelancers-nya. Banyak sekali orang teknikal yang maunya freelance. Makanya di Indonesia itu very talent driven market. Jadi supply  kita itu jauh lebih sedikit dari demand-nya. Ini yang menyebabkan satu orang bagus bisa mendapatkan 1-2 tawaran dalam waktu yang bersamaan.

Makanya banyak yang lebih memilih freelance?

Iya makanya penting sekali untuk perusahaan memikirkan program retensi apa yang harus mereka ciptakan

Tapi secara overall berapa besar sih permintaan yang kita bicarakan?

Kalau kita melihat dari tahun lalu sampai tahun ini permintaannya naik sekitar 60%, kalau kita melihat tahun depan sepertinya akan di kisaran angka itu juga, karena masih ada beberapa perusahaan asing yang akan masuk ke Indonesia di e-commerce, logistik, fintech. Mereka hanya tunggu tanggalnya saja. Mereka melihat populasinya di Indonesia sangat besar.

Artinya ada datanya berapa banyak angkanya?

Iya kita ada angkanya, kalau kita melihat secara average dari interview sekitar 1.000 orang lebih, ini terdiri dari talent dan perusahaan. Perusahaan itu juga menggambarkan industri yang berbeda-beda ada yang dari konsumer, ada yang multinasional, ada lokal, ada banking dan telekomunikasi juga. Kita melihat polanya sama, semuanya mau main ke digital. Kami belum menemukan klien yang menutup diri dan tidak mau main dalam bisnis digital. Gambarannya kalau sebuah perusahaan asing yang baru itu membutuhkan sekitar 8-10 orang, ini untuk level manajer ke atas. Nanti ke depannya, mereka rekrut timnya sendiri. Untuk developer, sekali mereka masuk dalam 6 sampai 1 tahun, mereka akan mencari sekitar 10 orang developer. Itu sebelum mereka rekrut lagi staf yang fresh entry.

Saran apa saja dari Michael Page untuk perusahaan mengatasi masalah kekurangan suplai ini?

Kami mendorong sekali untuk fleksibilitas. Jadi seperti misalnya seseorang yang hanya bisa 8 dari 10 kemampuan yang diinginkan perusahaan, dilihat dulu yang dua kemampuan itu bisa di-train atau tidak. Jangan langsung ditolak karena tidak perfect. Jujur saja tidak ada yang namanya kesempurnaan itu. Pasti ada kelemahannya juga. Kenapa tidak mendapatkan yang terbaik yang ada di pasar, kan masih ada ruang untuk tumbuh ke depannya.

Kepada  perusahaan juga kami bilang, ini biasanya tentang  kecepatan. Kalau Anda mau membuat keputusan, buatlah dengan cepat, karena orang juga tidak mau nasibnya digantung.

Kepada pihak karyawan juga, kami berikan nasihat untuk lebih dulu bicara dengan bos sebelum pindah. Mungkin saja sebenarnya ada sesuatu yang bisa kamu kembangkan. Tanya saja dulu. Orang Indonesia kan sifatnya agak pasif, kalau misalnya mau sesuatu mereka juga tidak berani bertanya. Nah ini juga akibatnya buruk. Karena untuk mereka berpindah perusahaan itu kan lebih banyak risikonya juga. Mereka harus melakukan culture adjustment, mencari teman baru yang belum tentu cocok, lokasi kantor yang mungkin macet. Ini dampaknya kan bisa ke keluarga juga. Nah daripada pindah, lebih baik bicarakan dulu dengan pimpinan ada enggak yang bisa mereka kontribusikan. Kalau memang sudah mentok banget, tidak bisa diapa-apakan lagi, nah baru mencari jalan alternatif. Jadi itu yang kami dorong, jangan lihat di luar saja, lihat internal juga rotasi apa yang bisa dilakukan.

Di Indonesia industri ini masih sangat muda, belum mature. Jadi untuk karyawan lebih mudah untuk bisa lebih fleksibel bergerak di dalam perusahaan daripada di perusahaan konsumer yang global yang mungkin sudah 100 tahun ada di Indonesia.Ini jadi cara bagus untuk anak millennial ini supaya tidak jadi cepat bosan. Give them something new every couple of month kata mereka.

Untuk perusahaan e-commerce dan logistik mungkin sudah kelihatan beberapa perusahaan yang besar. Tapi kalau untuk fintech dan data mining sepertinya masih baru ya?

Kalau bicara fintech dan big data itu sebenarnya industri yang agresif sekali, karena ke satu adalah bank ke dua adalah perusahaan telekomunikasi. Biasanya kalau kita ketemu orang di situ, mereka selalu bicara masalah data. Bank itu kan adalah industri yang sangat diatur dan kadang data yang mereka miliki lebih lengkap daripada perusahaan telekomunikasi. Tapi  di saat yang bersama industri telekomunikasi itu juga datanya sangat banyak. Dari data mereka, kita bisa melihat orang ini browsing apa jam berapa. Dari data mereka juga bisa ketahuan posisi seseorang, makanya waktu masuk ke Pacific Place misalnya, kita bisa dapat SMS penawaran-penawaran. Kalau di bank datanya sudah lebih difilter. Dua industri ini benar-benar berkompetisi. Kita bisa lihat orang bank yang mainnya di payment, beberapa industri telekomunikasi juga sudah mulai main di e-walet dan payment.

Dua industri ini backing funding-nya besar, datanya juga besar sehingga menjadi sangat agresif dalam fintech. Mereka juga sudah punya koneksi ke pemerintah dan mereka juga mengerti apa sih yang terjadi dunia sekarang ini, sehingga akan menjadi kompetisi yang sangat ketat di pasar.

Sekarang sudah ada juga peer to peer atau PTP di Indonesia ya?

Iya PTP ini salah satu bagian dari fintech. Yang menarik untuk PTP, ini kan sebenarnya konsep yang sudah jadi di luar negeri, banyak pemainnya juga. Terutama di Amerika. Tapi di Indonesia PTP mempunyai satu tantangan yang cukup besar. Kita sebagai negara berpenduduk muslim terbesar, sementara di PTP itu sebenarnya agak against the concept karena kan mengambil bunga yang seharusnya tidak boleh. Jadi kami mencari talent untuk PTP juga agak susah. Ada beberapa kita ketemu, lalu mereka bilang mereka enggak bisa karena alasan itu. Ini memang menjadi tantangan besar juga karena banyak orang yang religius. Jadi pada saat kita mencari talent ada tambahan hambatan.

Kalau Big Data ?

Ini balik lagi ke data scientist dan data analyst ini yang memang sudah dicari. Jadi data scientist yang kebanyakan Phd itu kebanyakan bukan orang Indonesia. Yang bagus-bagus itu orang asing. Apakah mereka mau pindah ke Indonesia, itu kan jadi pertanyaan. Apakah pemerintah kita juga bisa memberikan dukungan dengan memberikan working permit dan KITAS? Kami  sih di Michael Page, lebih mendorong untuk mengambil orang Indonesia.

Tapi dari regulasinya sendiri seperti bagaimana asing yang bekerja di bidang ini?

Iya ada regulasinya. Tapi kebanyakan perusahaan contohnya bank yang ingin membuat digital banking atau fintech. Secara registrasinya, di negara ini mungkin di bawah peraturan banking  yang diatur dengan ketat untuk membawa ekspatriat. Jadi tergantung perusahaannya masuk dari industri apa.

Kalau dari IT sendiri ada aturannya?

IT ada peraturannya juga tapi mereka juga masih berusaha merumuskan. Jadi menurut saya, kalau mau mendirikan suatu bisnis digital, cobalah lihat edukasi masyarakat. Jangan lihat hanya edukasi  di kota besar, coba lihat juga di kota-kota lain. Jangan berpikir orang di Jakarta saja tahu cara memakai internet yang benar seperti apa, masih banyak yang belum tahu juga kok.

Untuk perusahaan big data sendiri apa sudah ada?

Banyak sekali big data agency yang menempatkan stafnya di Indonesia. Data yang mereka dapatkan adalah data dari perusahaan telekomunikasi dan bank atau mungkin saja dengan ritel. Jadi mereka diklasifikasikan sebagai agency. Tapi apa yang membedakan adalah datanya bukan data mereka. Jadi di saat yang sama mereka juga menghadapi banyak batasan.

Tapi dari bisnisnya sendiri seberapa menjanjikan di Indonesia?

Big data ini menarik ya, karena kita bisa melacak perilaku konsumen seperti apa ke depannya. Kalau kita bisa mengolah data dengan benar, kalau tidak ya datanya juga tidak akan terpakai. Nanti ke depannya kalau seperti misalnya brand mau targeting advertising kalau datanya sudah benar, mereka akan menghemat biaya. Jadi kalau sekarang contohnya kita advertising dengan billboard target marketnya kan massal. Di digital juga masih belum benar-benar spesialis. Nanti ke depannya kalau mereknya mau hanya remaja, maka notifikasinya hanya untuk para remaja itu. Kalau sekarang kan begitu masuk mal semua orang menerima blast SMS. Jadi ini akan menjadi supporting untuk big brand. Sekarang ini kita jujur saja belum sampai ke sana.

Beberapa ritel sepertinya sudah mencoba memanfaatkan data. Tapi apakah sudah cukup disebut big data?

Salah satu kesalahan yang umum terjadi karena basis utama mereka adalah perusahaan ritel. Mereka tidak punya kapabilitas untuk mengolah data. Mereka tahu data itu penting, lalu memilih orang-orang yang ada untuk mengolahnya. Tapi ini kan kemampuan yang dibutuhkan berbeda, jadi apa yang mereka mau dan mereka dapatkan itu akan lain sekali. Sebenarnya di sana peran kami untuk memberikan nasihat kepada mereka. Contohnya kata disruptif (inovasi yang bisa menciptakan pasar baru, mengganggu pasar yang sudah ada dan akhirnya menggantikan teknologi yang lama) sering sekali disalahgunakan. Katakanlah ada orang bank yang bilang I want to disrupt the banking industry. Tapi yang dicari orang banking, bagaimana cara disrupt-nya? Idenya akan itu-itu saja kan. Di situlah kami datang dan bilang kepada mereka, cobalah lihat orang IT atau orang startup mau enggak. Tapi akhirnya mereka bilang, enggak deh kami hanya mau orang banking saja karena aman. Jadi bagaimana mereka mau disruptif kalau orangnya sama saja backgroundnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×