kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan survei besar, survei online mekar


Jumat, 10 Juli 2015 / 10:05 WIB
Kebutuhan survei besar, survei online mekar


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Rangga hampir frustrasi. Kuesioner yang ia sebar di internet tak kunjung mendapat respons. Padahal, batas akhir penyelesaian skripsi tinggal sebulan lagi supaya ia tak perlu membayar uang kuliah semester mendatang. Sementara, sebagai produsen baju anak, Kikan tengah bingung mencari cara untuk tahu inovasi yang cocok agar sesuai dengan kemauan konsumen.

Masalah yang dihadapi Rangga dan Kikan lazim ditemui dalam melakukan riset atau penelitian. Masyarakat sering terkendala dalam melakukan survei. Padahal, survei bisa jadi senjata utama untuk menyelesaikan penelitian atau mendapatkan data.

Untuk itulah, situs dan aplikasi JakPat (Jajak Pendapat) hadir. Startup ini berada di bawah bendera PT Gongsin International Transindo (GIT). Chief Executive Officer GIT Anggit Tut Pinilih menerangkan, JakPat merupakan platform survei online yang dibangun agar semua orang bisa melakukan survei dengan cepat, murah, mudah, dan akurat. “Siapa pun di sini, mencakup pemasar, profesional, pengusaha, hingga akademisi,” ujarnya.

Anggit mengatakan, masyarakat masih kesulitan untuk mencari data karena biaya yang mahal dan waktu yang lama. Selain itu, data atau riset pasar hanya bisa diakses perusahaan skala besar. Padahal, dari level individual, seperti mahasiswa, hingga perusahaan pasti butuh data. “Jumlah UKM saja ada di atas satu juta dan terus bertumbuh,” ungkap dia.

Di sisi lain, penetrasi internet di dalam negeri memang masih kalah dengan negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Korea Selatan. Tapi potensi pertumbuhannya sangat besar. Di samping itu, dengan semakin meratanya pengguna perangkat mobile di Indonesia, internet menjadi alat ampuh untuk bisa memperoleh data cepat.

Anggit bercerita, JakPat diluncurkan secara bertahap. Aplikasi Android diluncurkan pada 20 Juni 2014, kemudian aplikasi untuk IOS sebulan setelahnya. Selanjutnya, hingga Juli 2014, JakPat mengumpulkan responden sembari mengembangkan fungsi dashboard  (tampilan visual) untuk klien.

Lantas, sejak November 2014, dashboard diluncurkan. Per Januari 2015, JakPat mendapatkan klien pertama yang membayar jasa pengumpulan data. “Untuk produksi aplikasi sendiri, kami lakukan sejak Maret 2014,” kata dia.

Startup asal Yogyakarta ini masih membiayai sendiri semua investasinya. Anggit bilang, untuk mengembangkan JakPat sudah menggelontorkan dana Rp 300 juta. Sampai saat ini, JakPat memiliki tujuh karyawan tetap dan lima orang pekerja paruh waktu dari kalangan praktisi industri riset pemasaran.

Menurut Anggit, penggunaan platform mobile survey sendiri masih sebatas di industri riset pemasaran. Dari total pasar, hanya sekitar 15% yang jadi pengguna. Dus, JakPat sedang mencari sebanyak-banyaknya partner untuk mengenalkan teknologi ini pada pasar.

Adapun jumlah perusahaan yang jadi klien JakPat sejauh ini mencapai 30 perusahaan per bulan, antara lain Nutrifood, Garudafood, Accenture, Tiger Global LLC, Dentsu,Tequilla/TBWA, Iris Worldwide, Mirum Agency, dan Indomaret. Sementara, jumlah responden mencapai 46.000 orang dari 50.000 unduhan yang tersebar di sekitar 300 kota di Indonesia. Anggit bilang, 60% responden berada di Jawa.

Sejak tiga bulan terakhir, Anggit mengaku, JakPat berhasil mengantongi omzet Rp 30 juta–Rp 100 juta per bulan. Untuk akses pasar, JakPat membuka kesempatan bagi pelaku UKM dan mahasiswa. Menurut Anggit, cukup mudah menjangkau mahasiswa. Terbukti, saat ini JakPat sudah digunakan lebih 200 mahasiswa.

Untuk menggunakan layanan survei, JakPat memberlakukan tarif yang beragam, tergantung jumlah pertanyaan dan jumlah responden yang diperlukan. Untuk satu hingga lima pertanyaan survei, tarif yang dipatok ialah Rp 5.000 per responden. Tarif ini naik jadi Rp 8.000 per responden dengan jumlah enam hingga 10 pertanyaan.

Apabila perusahaan X ingin melakukan survei terhadap 100 responden dengan 5 pertanyaan, tarif yang berlaku ialah Rp 500.000. JakPat menyediakan berbagai metode pembayaran, mulai transfer bank, kartu kredit, hingga PayPal.

Anggit berujar, JakPat memberlakukan diskon 50% untuk mahasiswa. “Dari harga itu, kami share 10% sampai 40% untuk poin responden,” imbuhnya.


Isi survei berhadiah
JakPat menghubungkan antara responden dengan surveyor dalam sebuah platform. Untuk menjadi responden, setiap orang bisa mendaftar dengan mengunduh dan memasang aplikasi JakPat di Android dan IOS, kemudian ikut survei yang tersedia.

Sementara untuk jadi surveyor, caranya juga mudah, yaitu dengan mendaftar di situs JakPat untuk mendapatkan dashboard. Di dashboard tersebut, surveyor bisa menciptakan survei dan mengawasi hasilnya secara real-time. Bahkan, JakPat menyediakan laporan yang dianalisis secara sederhana berdasarkan demografi. Anda ingin membangun usaha serupa?

Sebagai digital startup, inti dari bisnis JakPat memang ada pada teknologi. Dus, diperlukan founder atau co-founder yang memang ahli untuk hal-hal teknis, terutama coding. Meskipun itu bukan satu-satunya formula, atau dengan kata lain, bisa saja merekrut karyawan untuk urusan coding, akan tetapi, idealnya memang hal-hal teknis yang berhubungan dengan core business dipegang oleh pendirinya.

Layaknya  startup lain, JakPat membutuhkan karyawan di bagian pemasar, pengembangan bisnis, dan desain yang memahami user interface (UI) web dan desain grafis lain.

Adapun kunci kesuksesan JakPat tentu berada pada layanan yang memang bisa memberikan data sesuai kebutuhan klien, baik perorangan maupun perusahaan. Ketika klien melakukan survei, JakPat sudah punya responden yang siap memberikan pendapat. Anggit optimistis, jumlah responden akan selalu bertambah dan pendapat yang diberikan pun tak berhenti lantaran ada iming-iming hadiah bagi responden. Sebab, responden yang aktif dengan profil yang lengkap juga bisa menjadi kelebihan survei online ini.

Sejatinya, JakPat memang bukan perintis untuk platform mobile survey. Untuk skala global, kita mengenal SurveyMonkey. Sementara itu, di dalam negeri pun ada KataAnda dan NusaResearch yang juga menawarkan jasa survei online.

JakPat juga memilih aplikasi mobile karena studi membuktikan bahwa mobile survey lebih banyak digunakan dibandingkan online survey. Klien juga bisa mendapat ratusan respons hanya dalam hitungan jam.

Jangan lupa untuk memberi poin bagi responden setelah menyelesaikan semua pertanyaan. Kalau poin sudah cukup, mungkin mereka bisa ditukarkan dengan berbagai hadiah. Misalnya, pulsa, uang tunai, tiket nonton, tiket konser, gawai, mulai dari flashdisk, tongsis, sampai handphone. Selain itu, kalau responden berpartisipasi aktif, ia bisa naik level, untuk hadiah poin yang lebih besar dan semakin menarik.

Agar menjaga akurasi data, JakPat membatasi responden untuk mengisi dua survei dalam sehari. Selain itu, secara berkala, JakPat memverifikasi identitas responden, serta memvalidasi profil dan jawaban yang diberikan saat survei. Ketika mendaftar, responden harus mengisi formulir pendaftaran, seperti nama, nomor ponsel, nomor KTP, serta data pribadi lainnya.

Selain survei dari klien, JakPat pun melibatkan responden untuk melakukan survei yang hasilnya bisa dipublikasikan untuk masyarakat. Contohnya, survei tentang isu-isu konsumen yang sedang populer, isu sosial dan politik. Lewat survei ini, JakPat ingin mengajak responden untuk bisa menyuarakan pendapatnya.

Anggit melanjutkan, platform survei mobile punya potensi bisnis yang cemerlang lantaran pengguna smartphone yang terus meningkat di Indonesia. Tren penggunaan mobile survey juga bertumbuh rata-rata 20% sampai 30% per tahun di negara maju. “Tentunya Indonesia dan Asia Tenggara akan segera menuju ke arah itu,” ucapnya.

Anda siap mencoba? 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×