kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemitraan mi ramen masih pedas


Selasa, 03 Mei 2016 / 15:51 WIB
Kemitraan mi ramen masih pedas


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini

Menu kuliner khas negara Asia seperti Jepang memang menarik perhatian besar di kalangan masyarakat di tanah air. Salah satunya adalah ramen.

Olahan mi yang diberi bumbu kecap dan memiliki tingkat kepedasan berbeda-beda ini bisa ditemukan di berbagai gerai pinggir jalan ataupun di dalam mall. Pelaku usaha ramen kini menjamur, membuat persaingan kian sengit.

Meski begitu, usaha ramen masih terbilang prospektif sampai sekarang. Buktinya, beberapa tawaran kemitraan yang pernah diulas di KONTAN masih berjalan dan menarik calon mitra bergabung. Untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan usaha ini, berikut ulasan dari beberapa pelaku usaha seperti Java Ramen, So Ramen, dan Cemen Ramen.

Ramen Cemen

Satu lagi pelaku usaha ramen adalah Mochamad Aditya Nugraha, pemilik Ramen Cemen asal Bandung, Jawa Barat. Berdiri sejak 2011, Ramen Cemen mulai menawarkan kesempatan bermitra di tahun 2015 lalu.

Ketika KONTAN mengulasnya April 2015 lalu, ada 10 gerai yang beroperasi. Saat ini sudah ada sekitar 20 gerai mitra yang bergabung diantaranya di Bandung, Cilacap, Purwakarta, Cianjur, Bogor, Jakarta, Cikarang, dan lainnya. “Paling banyak di Bekasi,” ungkap Didit, sapaan akrab Mochamad Aditya.

Paket investasi yang ditawarkan masih sama, yakni senilai Rp 49 juta dan paket Rp 99 juta. Dengan modal tersebut, mitra mendapatkan fasilitas penggunaan brand selama lima tahun, peralatan dan perlengkapan usaha lengkap, pelatihan karyawan, promosi dan bahan baku awal untuk 100 porsi.

Yang membedakan hanya pembagian keuntungan (profit sharing). Kalau paket Rp 49 juta ada profit sharing 5% dari omzet tiap bulan, sedangkan paket Rp 99 juta tidak ada.

Untuk karyawan dan tempat usaha wajib disediakan oleh mitra. Tiap bulannya mitra juga wajib membeli bahan baku ke pusat, mulai dari bumbu hingga bahan baku lainnya, demi menjaga kualitas.

Konsep yang diusung Ramen Cemen adalah konsep kedai. Jadi, mitra dapat memiliki tempat usaha yang tidak terlalu besar. Rata-rata omzet yang didapat oleh gerai mitra mencapai Rp 50 juta tiap bulan.

Ramen Cemen menawarkan menu ramen seperti ribuyaki (iga bakar), yakitori (daging ayam bakar), torifurai (ayam bakar), torikarage (ayam goreng tepung), bratwurst (sosis), gyuniku (udang) dan masih banyak lagi. Tahun ini Ramen Cemen akan mengeluarkan dua tambahan topping baru, yakni menu dessert dan menu ramen kering tanpa kuah.

Didit mengaku kendala yang dihadapi selama ini adalah ada beberapa mitra yang terkadang tidak patuh terhadap SOP yang telah diberikan. Hal tersebut menyebabkan beberapa kualitas menu dan pelayanan terkadang jadi tidak sama dengan pusat.

Untuk masalah klasik seperti keluar-masuk karyawan, beberapa mitra diakui Didit juga mengalami kendala tersebut. Namun, sampai saat ini pusat bisa membantu untuk menyediakan karyawan sementara hingga mitra mendapat karyawan pengganti.

Soramen

Usaha yang berpusat di Solo, Jawa Tengah ini sudah berdiri sejak 2011 silam. Si pemilik usaha, Luthfi Hidayat lantas mantap menawarkan kemitraan usaha setelah empat tahun usahanya berjalan, yakni di tahun 2015.

Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada Mei 2015, baru ada dua gerai So Ramen yang beroperasi, yakni satu gerai milik pusat di Solo dan gerai lainnya milik mitra di Sidoarjo. Luthfi bilang, meski kini jumlah gerai masih sama, tetapi akan ada cabang milik mitra yang akan buka dalam waktu dekat ini dan satu gerai mitra lagi tahun depan.

Bicara soal paket investasi, saat ini ada tambahan paket investasi lain. Awalnya hanya ada satu paket, yakni senilai Rp 150 juta. Paket ini mengusung konsep resto. Ada pun fasilitas yang disediakan yakni penggunaan merek, kitchen set, cashier machine, noodle machine maker set, SOP, bahan baku 1.000 porsi ramen, resep, pelatihan dan pendampingan SDM, seragam, mesin kasir, serta desain interior. Dalam kerjasama ini, mitra dikutip biaya royalti 2% dari omzet.

Nah, paket yang baru senilai Rp 95 juta. Mitra akan mendapat perlengkapan usaha dan bahan baku awal yang relatif sama. Namun sistem kemitraan yang berlaku adalah bagi hasil sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Sehingga mitra tidak lagi dikenakan biaya royalti.

Luthfi mengatakan, menu So Ramen juga bertambah. Terhitung sudah ada 50 varian menu di Soramen dengan tambahan menu makanan pendamping seperti mochi ice cream, dan beberapa aneka minuman lainnya. Harga menu berkisar antara Rp 12.000 hingga Rp 30.000 per porsi.

Untuk saat ini, Luthfi mengaku belum mengalami kendala. Sehingga diusahakan untuk setiap dua bulan sekali menciptakan menu baru, termasuk ramen agar konsumen tetap tertarik datang ke gerainya.

Selain itu, Luthfi juga aktif melakukan promosi di media sosial, melalui internet dan relasi bisnis yang bermitra. "Sehingga, tahun ini diharapkan bisa menggandeng sebanyak-banyaknya mitra," ujarnya

Java Ramen

Pelaku usaha lain adalah Bagoes Satria Setyanugraha. Ia memiliki gerai mi ala Jepang dengan nama Java Ramen. Ia memulai bisnis makanan yang berasal dari negeri sakura ini sejak tahun 2010. Waktu itu ia tidak langsung mengolah ramen saja, tetapi Katsu, Yakiniku, Teriyaki, dan Tepanyaki.

Pada tahun 2012, karena melihat prospek ramen lebih cerah, ia lantas membuka gerai khusus ramen. KONTAN pernah mengulas tawarannya pada Mei 2015. Waktu itu ada 10 gerai yang aktif menjalankan usaha.

Namun saat ini terhitung hanya delapan gerai saja yang rutin membeli bahan ke pusat. Gerai tersebut tersebar di Solo, Jakarta, Purwokerto, Cikarang, dan Bandung.

Bagoes menuturkan, penambahan jumlah mitra yang tidak agresif terkendala oleh makin banyaknya bisnis serupa. Selain itu ia juga kesulitan melakukan ekspansi ke luar Pulau Jawa karena bumbu utama berbentuk cair.

"Kalau ingin kirim lewat pesawat tidak bisa dan kalaupun boleh harus dalam jumlah besar. Sedangkan kalau pakai kapal, makan waktu lama," tutur Bagoes. Padahal ia mengklaim sudah banyak permintaan yang datang dari luar Pulau Jawa.

Gerai ini menyediakan beberapa varian menu mi ramen, seperti mi ramen rempah, lada hitam, jamur, bakso, ayam, sosis, seafood dan nori. Menu tersebut dibanderol dengan kisaran harga Rp 6.000 hingga Rp 14.000 per porsi.

Ada sedikit perubahan paket kerjasama. Pada konsep terbaru, selain kerjasama dengan nilai investasi Rp 11 juta dan Rp 17 juta, ada pula paket kerjasama untuk lokasi di mall dengan nilai investasi mulai dari Rp 4 juta.

Pada paket investasi Rp 11 juta dan paket Rp 17 juta, mitra akan mendapat gerobak, alat masak, media promosi, seragam, pelatihan, dan bahan baku untuk 500 porsi. Sedangkan nilai investasi paket mal fleksibel karena beberapa mal sudah menyediakan perlengkapan, bahkan alat masak.

Mitra ditargetkan balik modal dalam waktu empat bulan. Agar target tersebut tercapai, mitra harus bisa menjual 70 porsi per hari. Setelah dikurangkan biaya operasional, mitra bisa mendapatkan keuntungan Rp 2,2 juta per bulan. Pusat tidak mengutip biaya royalti, hanya bahan baku harus dipasok dari pusat.     

Menurut Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin Amir Karamoy, pangsa pasar dan prospek usaha mi ramen pada umumnya tetap menarik. Dia melihat ramen bisa sebagai makanan pengganti nasi untuk mengganjal rasa lapar selain nasi, terutama untuk kalangan remaja dan kaum muda.

Tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, apabila usaha ini ingin berkembang. Amir mencatat, yang paling penting untuk perkembangan bisnis ini terletak pada cita rasa makanan itu sendiri. “Harus cocok dengan lidah masyarakat yang suka rasa pedas ataupun rasa manis,” imbuh Amir.

Melihat persaingan yang semakin ketat, ia mengatakan justru ini bisa membuat pelaku usaha berlomba-lomba untuk memberikan produk makanan dan inovasi pada produk makanannya. Sehingga, tidak hanya memberikan kualitas terbaik pada menu ramen, pelaku usaha juga harus bisa berpromosi dan masuk ke komunitas anak muda.

Pelaku usaha juga bisa memilih lokasi dan mendesain gerai yang mengikuti tren saat ini. Pemilihan warna, serta gambar desain interior yang disukai oleh generasi muda. Sehingga, tidak hanya menyukai produk makanan, konsumen juga bisa berlama-lama di gerai untuk sekadar berfoto dan mengunduhnya di media sosial.

"Ini juga bisa sekaligus membantu pelaku usaha untuk mempromosikan gerai usahanya," kata Amir.

Mengenai kendala distribusi, Amir menyarankan untuk pusat harus lebih dulu memperkuat sistem bisnis. Sehingga, ketika sudah menawarkan kemitraan, pelaku usaha tidak lagi kerepotan mengirimkan bahan baku ke gerai milik mitra usaha.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×