kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,46   -11,06   -1.18%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kerajinan gerabah lokal masih menggeliat (1)


Rabu, 27 Januari 2016 / 15:45 WIB
Kerajinan gerabah lokal masih menggeliat (1)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Roy Franedya

Kerajinan gerabah yang terbuat dari tanah liat sudah eksis sejak zaman dahulu. Di Indonesia, kerajinan tangan ini sudah menjadi bagian dari kebudayaan lokal. Banyak daerah di Indonesia memiliki gerabah khas yang menjadi daya tarik wisata. Sebut saja gerabah khas Cirebon, gerabah Kasongan, Yogyakarta, gerabah Klaten, gerabah Lombok dan banyak lagi.

Eksistensi kerajinan ini yang sudah ada sejak zaman dulu memunculkan banyak sentra produksi dan penjualan gerabah di berbagai tempat. Salah satunya adalah Desa Pagerjurang, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Ikhsan, salah satu perajin gerabah di Desa Bayat ini mulai menjalankan usaha sejak 2011, melanjutkan usaha orang tuanya. 

Dia bilang, hampir semua perajin gerabah di sana menjalankan usaha secara turun temurun. “Sehingga proses belajar membuat kerajinan gerabah sudah menjadi kebiasaan sehari-hari,” ucapnya.

Produk kerajinan gerabah yang dia hasilkan berupa perabotan rumah tangga. Ada sekitar 50 macam barang seperti tempat sambal, wajan, tungku, panci, kuali, piring sambal, cawan, gelas poci, hingga meja dan kursi. Situs Sofiakeramik.com menjadi salah satu saluran untuk pemasaran gerabahnya. Dalam situs tersebut dijelaskan, kekhasan gerabah di Desa Bayat ini adalah teknik putaran miring saat pembuatannya. Selain itu, menggunakan bahan dasar tanah dari pegunungan, sehingga kuat dan tahan lama.

Ihsan dibantu oleh tiga orang yang masih ada ikatan keluarga, mampu membuat 500 buah produk kerajinan gerabah ukuran kecil dan sedang dalam sehari.

Ikhsan menjual kerajinan gerabah mulai dari Rp 3.000 per unit untuk produk seperti tempat sambal hingga Rp 500.000 per unit untuk produk besar seperti meja dan kursi. Pembelinya datang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Banjarmasin, Balikpapan, Medan, Lampung, Makassar, Bali, Bandung, dan lainnya. Sebagian besar, pembelinya adalah pihak hotel dan restoran yang sekali pesan  mencapai ratusan produk. Ikhsan mengaku mampu meraup omzet sekitar Rp 10 juta−Rp 15 juta per bulan.

Perajin gerabah lainnya berasal dari Desa Banyumulek, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Desa ini juga menjadi salah satu sentra produki gerabah. Produk kerajinan gerabah Desa Banyumulek yang khas adalah kendhil maling. Gerabah ini memiliki lubang di bagian dasar untuk memasukkan air. Desain yang khusus membuat air tidak keluar dari lubang tersebut saat kendhil diletakkan kembali.

Muslihin, salah satu perajin di Desa Banyumulek biasanya menghasilkan produk seperti tempat lilin, nampan buah, vas bunga, jongson, krobok untuk hiasan bunga, dan lainnya. Harga jual mulai dari Rp 12.000 per unit−Rp 600.000 per unit. Muslihin mengaku bisa meraup omzet Rp 3,5 juta per bulan.        

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×