kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Keripik dan terarium si taman imut


Sabtu, 23 Mei 2015 / 10:00 WIB
Keripik dan terarium si taman imut
ILUSTRASI. PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mengincar perolehan kontrak baru sebesar Rp 3,50 triliun di tahun 2024/ KONTAN/Daniel Prabowo/24/08/2016


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Pekan ini kita dikasih keripik sama Ibu Sukini. Rasakan deh keripik yang dimereki Suka nicky ini. Yummy banget ya. Tahu enggak Sukini sebenarnya membuat keripik hanya diniatkan untuk menambahkan penghasilan keluarga. Cuma itu. Kok, bisa jadi besar? Bisalah, kan direndam dalam minyak tanah, he, he, he,....  Memangnya karet gelang ya.

Sukini memang hebat, Si keripik yang awalnya diniatkan untuk membantu ekonomi keluarga kini malah menjadi pemasukan utama keluarga. Lalu, kenapa keripiknya dimereki Suka Nicky. Sukini bilang agar mudah diingat oleh orang. Benar juga ya, kalau ingat lantas pengin beli keripiknya.  

Sukini adalah perempuan yang seorang istri  asal Desa Gumiwang, Kecamatan Purwonegoro, Banjarnegara, Jawa Tengah yang memulai usahanya pada 1996. Bermodalkan tiga tandan pisang seharga Rp 10.000, Sukini mengolah pisang-pisang itu menjadi keripik pisang. Setelah dibungkus secara sederhana, keripik pisang itu dibawanya ke pasar dan dititipkan pada toko. Sukini bercerita, dari hasil penjualan pertama, ia meraup untung Rp 13.000.

Usahanya berjalan mulus, namun terkadang dia kesulitan untuk mendapatkan bahan baku pisang ketika tidak musimnya. Karena itu, sekitar tahun 2000, Sukini beralih memasarkan produk keripik tempe. “Saya ingin punya produk yang bahan bakunya mudah didapat alias ada terus,” kata dia. Sukini tiap hari berada di dapur produksi untuk mengontrol kualitas produknya. Ia membanderol keripik tempe Suka Nicky seharga Rp  25.000–Rp 35.000 per kilogram. Saat ini, kapasitas produksinya mencapai ratusan kilogram sehari. Kebayang dong berapa omzetnya ibu kita Sukini.

Sudah enggak usah membayangkan omzet yang diraih Sukini, yang penting kita beli dan kita makan sambil melihat orang memasang lantai di sebuah proyek bangunan.

Tahu enggak. Untuk sebuah proyek bangunan itu paling tidak bisa melibatkan tiga kontraktor dalam finishing. Ada kontraktor yang menggarap pengecatan, mechanical electrika dan pengerjaan pemasangan plafon, serta pekerjaan untuk memasang lantai. Nah, untuk pekerjaan yagn terakhir ini pemainnya belum banyak.

Bisa jadi pemainnya belum banyak karena banyaknya jebakan. “Pekerjaan pemasangan keramik ini untuk pemula banyak jebakannya. Bila tak punya keahlian di sana akan menyedot biaya yang tinggi dan pengusaha berisiko merugi pada akhirnya,” jelas Kasan, Direktur PT Kontraktor Keramik Indonesia, salah satu pemain aplikator keramik.

Banderol pemasangan  keramik biasanya sudah satu paket dengan semen, pasir dan perekat. Perhitungannya ini berkisar Rp 95.000-Rp 120.000 per m².  “Itu belum termasuk keramik dan fee kontraktor sebesar 10%. Tapi, ini masih negotiable,” kata Kasan.   Dalam setiap proyek, uang muka untuk pekerjaan ini hanya berkisar 10%-30% dari nilai proyek. Selanjutnya, pembayaran akan mengikuti term yang sudah disepakati, berdasar progres pekerjaan. “Biasanya, antara 1 bulan–1,5 bulan setelah pembayaran uang muka dan dibayar per penagihan,” kata Kasan.

Nah, kalau bangunan sudah jadi, tentu butuh sesuatu untuk penghias atau penyegar dalam ruang maupun  luar ruang. Eh, ada Nanda tuh yang bisa membantu. Siapa Nanda? Sudah simak saja tuturan berikut.

Mungkin belum banyak yang tahu, potensi florikultura atau tanaman hias di Indonesia sangat besar. Karena itulah Raden Nanda Teguh merintis usaha Little Gardenia pada 2013. Nanda, begitu nama panggilan pria ini, membuat taman mini alias terarium. Ia membanderol terarium dengan kisaran harga Rp 40.000 –Rp 300.000 per buah, tergantung ukuran wadah. Saban bulan, pria yang baru berusia 21 tahun ini bisa meraup omzet sekitar Rp 10 juta. Nanda bilang, laba bersih dari usahanya bisa mencapai 60% dari omzet.

Bukan cuma itu, Nanda juga menciptakan taman vertikal yang bisa dibongkar pasang (knock down).  Taman vertikal ini berukuran sekitar 80 cm x 170 cm.  Pembeli bisa pasang sendiri dan bisa memindah-mindahkan taman tersebut. Harganya pun tak terlalu mahal, sekitar Rp 800.000 –Rp 1,2 juta per paket. Bandingkan dengan taman vertikal biasa yang lebih dari Rp 1,6 juta per meter persegi. Pasalnya, instalasi taman vertikal Little Gardenia berukuran sekitar 80 cm x 170 cm. Nanda juga memberikan garansi satu tahun untuk instalasi kayu dan dua minggu untuk tanaman. Bila rusak, ia bersedia mengganti.

Oke, Nanda. Kayaknya ente jadi penutup pada perjumpaan kita kali ini. Terimakasih buat  semuanya yang telah melewatkan akhir pekan bersama. Semoga akhir pekannya menyenangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×