kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kini, kian banyak pilihan model gendongan bayi


Jumat, 15 September 2017 / 15:10 WIB
Kini, kian banyak pilihan model gendongan bayi


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Anda masih memiliki anak usia balita? Tentu tak ingin jauh-jauh dengannya dengan berbagai kekhawatiran. Ke mana pun pergi, anak harus tetap dalam dekapan.  

Inilah yang membuka peluang bisnis gendongan bayi. Gendongan menjadi pilihan, selain troli, karena lebih nyaman fleksibel. Seperti, Galih Suci Menganti yang mengaku lebih suka menggunakan gendongan kerana mengutamakan kenyaman. Selain itu, dia juga bisa bergantian dengan sang suami.  

Perkembangan jaman membuat jenis gendongan bayi makin beragam. Mulai dari model selendang, kangooroo, sampai ransel. Irmawati Widjaja pemilik Adikbayi.com mengaku disain baru ini dipengaruhi oleh model gendongan dari luar negeri.

Pasar yang makin besar membuat Irma, panggilan Irmawati, bisa menjual puluhan unit gendongan dalam sebulan. Harganya mulai Rp 60.000-Rp 500.000 per unit. Tak hanya konsumen lokal, gerai online Irma juga dikunjungi pembeli asal Malaysia dan Singapura.  

Irma menjajakan puluhan model gendongan. Untuk memenuhi permintaan, dia bekerjasama dengan para pemasok lokal.  

Meski ragam gendongan sudah berkembang, Irma bilang, jenis gendongan selendang masih diminati. Khususnya oleh ibu-ibu berusia diatas 35 tahun. Sedangkan, untuk model kangooroo dan ransel yang dilengkapi dudukan lebih diminati oleh ibu-ibu berusia 20 sampai 30 tahun.

Irma mengawali bisnisnya sejak 2008, saat kesulitan mencari  perlengkapan bayi untuk anaknya yang kedua. Selain menjual gendongan, dia juga menjual seluruh keperluan bayi mulai dari gendongan bayu, susu, sampai dengan mainan.

Pengusaha gendongan lainnya adalah Elis Lisniavati dan Melisa Kirana, pemilik Hanaroo. Elis mengaku permintaan gendongan memang sedang naik tajam. "Tiap bulan jumlah permintaan konsumen terus naik," katanya. Sayangnya, dia enggan menyebutkan besar  kenaikan tersebut.

Berbeda dari gerai milik Irma, di Hanaroo gendongan model kangoroo justru paling banyak dibeli konsumen.  Alasannya, modelnya lebih aman untuk si bayi karena melindungi seluruh badan bayi dan lebih rapat dengan dada si ibu.

Elis bilang gendongan ini juga lebih disarankan oleh dokter terutama untuk ibu-ibu yang mempunyai anak prematur. Pasalnya, sang anak bisa lebih dekat serta merasakan kehangatan suhu badan ibu.

Dia mematok harga produknya mulai dari Rp 80.000-Rp 172.500 per unit. Konsumennya pun tersebar diseluruh wilayah seperti Kalimantan, Sumatra, Jawa dan lainnya.

Selain menggunakan media sosial sebagai media berjualan, dia juga membuka kerjasama dengan mitra sebagai reseller. Hingga saat ini jumlahnya sudah mencapai puluhan.

Potensi Tinggi, Pengusaha Harus Siap Gendong Beban Minim Tenaga Kerja

Bisnis perlengkapan bayi memang tak ada surunya. Selama ada kelahiran, barang-barang ini selalu jadi buruan. Bukan saja untuk kebutuhan sendiri, perlengkapan ini juga kerap dicari sebagai hadiah.  

Irmawati Widjaja pemilik Adikbayi.com mengakui, potensi usaha ini masih bagus. Apalagi, jenis gendongan kian beragam dan bisa menjadi tren baru di kalangan orang tua. Karena modelnya casual, sang ayah pun tetap trendi ketika menggendong bayinya.  

Meski begitu, Irma tak menampik ketatnya persaingan. Dia pun selalu berusaha dekat dengan para pelanggan dan menjalin komunikasi dengan mereka. "Mereka selalu banyak bertanya sebelum membeli," ujarnya.  
Selain itu, dia juga memberi garansi jika barang rusak saat diterima pembeli. Tapi, sejatinya Irma selalu cek semua barang yang dikirim.

Menyediakan beragam model gendongan juga menjadi keharusan. Tujuannya, supaya konsumen mendapat pilihan sesuai keinginan dan kebutuhannya.  

Sudah eksis sejak tahun 2003 lalu, kendala yang Irma hadapi kini adalah tingginya biaya pengiriman ke luar negeri. Inilah yang membuat pelanggannya berhitung ulang bila ingin membeli sebuah gendongan.

Selain itu, proses pengiriman logistik yang tidak beraturan, dilempar, atau ditumpuk sembarangan membuat produk miliknya rusak bila tidak packing dengan benar. Khususnya, untuk model gendongan duduk, karena bahan dudukan berasal dari sterofoam, maka saat ditindih akan rusak.

Berbeda dengan Elis Lisniavati pemilik Hanaroo. Kendala baginya adalah  susah mendapatkan tenaga kerja. Karena, dibutuhkan pekerja yang trampil dan ahli dalam produksi gendongan.

Pasalnya, dia bersama sang anak memproduksi sendiri semua jenis gendongan yang dijual. Saat ini, dia dibantu 30 orang karyawan untuk produksi. Lokasi workshopnya berada di Bandung, Jawa Barat.

Elis mengaku dalam sebulan dapat memproduksi ribuan gendongan jenis wrap. Ia mendapatkan ide dari cucunya yang masih berusia balita dan melihat model gendongan wrap asal luar negeri.

Sedangkan, untuk bahan bakunya didapatkannya dari pasar lokal yang juga berada di Bandung, Jawa Barat. Asal tahu saja, lokasi produksi Hanaroo berada di Bandung. Bisnis ini sudah beroperasi sejak tahun 2010 lalu.

Kedepan, dia berharap dapat memperluas pasar di seluruh Indonesia karena, ada beberapa wilayah yang tingkat penjualannya masih dianggap kecil. Dia optimis dapat meningkatkan penjualan dengan bantuan media sosial yang saat ini sedang tren dikalangan anak muda dan orang dewasa.

Selain menjual gendongan, Hanaroo juga menjual berbagai perlengkapan bayi seperti nursing cover, baju menyusui, turban balita sampai dengan gamis menyusui.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×