kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kotak hantaran antar sukses dua bersaudara (2)


Rabu, 17 Mei 2017 / 19:10 WIB
Kotak hantaran antar sukses dua bersaudara (2)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

Tidak memiliki ketrampilan dalam membuat tempat hantaran, rupanya tidak menyurutkan niat Yunita W Koesnanto dan Nina A. Kusnanto untuk membesut usaha Lilydale Box. Dengan berbekal modal awal Rp 20 juta dan dukungan kedua orang tuanya, kakak beradik ini ini mulai membeli boks hantaran dari produsen lain untuk dibongkar guna mencari tahu proses pembuatannya.

Menurut Nina, tidak mudah memproduksi tempat hantaran. Uji cobanya pun sering gagal karena bentuk yang kurang rapi, kesalahan dalam menjahit bahan sampai dengan penggunaan lapisan bahan yang kurang tepat.

Saat itu, uji coba produksi sudah dilakukan oleh perajin mereka yang berada di Jalan Raya Pelemwatu Km 3, Menganti, Gresik, Jawa Timur. Asal tahu saja, proses uji coba tersebut dilakukan disela-sela mereka tidak memproduksi kerajinan rotan.

Sempat tidak ingin direpotkan dengan proses pembuatan, keduanya memutuskan untuk mengambil produk siap jual dari negeri tirai bambu. Sayangnya, seluruh produk impor dari China itu tidak layak jual karena banyak cacat di sana-sini. "Buatan mereka kacau, sampai sekarang barangnya masih ada di gudang," katanya pada KONTAN, Rabu (26/4). Hingga satu tahun pertama, mereka menghabiskan waktu untuk uji coba menghasilkan boks hantaran dengan kualitas terbaik.

Meski tergolong dalam family business, mereka ingin menjalankan usaha secara profesional. Maka di tahun kedua, keduanya mulai melakukan pembenahan dalam sisi organisasi dengan membentuk divisi khusus penerima pesanan, belanja bahan baku, sampai penagihan.

Seiring berjalannya proses tersebut, mereka juga mulai mempromosikan produknya. Media sosial seperti Instragram senjata mereka untuk meraih konsumen. Di awal produksi, mereka menargetkan konsumen ritel.

Pesanan pun mulai berdatangan. Sayangnya, mereka sempat mengalami kerugian belasan juta saat masuk di tahun kedua. Ceritanya, salah satu konsumen mereka tidak membayar tagihan sampai waktu jatuh tempo. Bahkan, mereka sempat mengirimkan tim penagihan untuk meminta pembayaran tapi tidak ada respon.

Selain masalah itu, mereka juga mendapatkan teguran dari reseller karena merasa tersaingi. Dari situ akhirnya mereka beralih menyasar konsumen hammper dan distributor. Semenjak itu pula mereka mulai menghentikan promosi melalui media sosial. Sehingga, satu-satunya media promosi hanyalah ajang pameran.

Paling baru mereka mulai ikut dalam ajang Inacraft yang diadakan di Jakarta pada tanggal 26 sampai 30 April 2017. Dalam pameran itu, mereka mulia menjajal untuk membidik lagi konsumen ritel.

Sebelumnya, mereka juga melayani pembelian ritel di showroom yang berada di Jalan Dukuh Kupang Timur, Surabaya, Jawa Timur. Biasanya, pembelian satuan hanya digunakan untuk contoh barang bagi distributor atau hamper.    

Dalam menjalankan usaha, menemui kendala merupakan hal yang lazim. Nina mengaku, kendala terbesar yang dihadapi adalah kurangnya etos kerja  para karyawan yang berdampak terhadap kualitas produksi.  

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×