kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kreatif menciptakan laba mainan kardus


Minggu, 19 Agustus 2018 / 07:00 WIB
Kreatif menciptakan laba mainan kardus
ILUSTRASI.


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Benar adanya kutipan populer ilmuan Albert Einstein: “Imajinasi lebih berharga dari sekadar ilmu pasti”. Imajinasi plus kreativitas seringkali jadi inspirasi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Tak terkecuali dalam merintis sebuah usaha.

Saat ini, marak usaha yang memanfaatkan bahan bekas seperti kardus menjadi produk yang punya nilai jual tinggi. Tentu, butuh imajinasi dan kreativitas dalam membuat produk berbahan kardus itu.

Salah satu pemain di bisnis ini adalah Uchy Widya asal Sawangan, Depok. Mulai menekuni usaha kreasi bahan kardus sejak 2015 lalu, kini ia sudah mampu memproduksi aneka ragam mainan anak yang memiliki nilai jual.

Dia mempromosikan sekaligus menawarkan produknya lewat Instagram @tutorialmainankardus. Mainan anak yang Uchy bikin dari kardus mulai kitchen set, mesin cuci, kamera, hingga rumah boneka. Yang paling murah harganya  Rp 50.000 sampai yang paling mahal Rp 1 jutaan.

Dalam sebulan, dia bisa menjual 100 mainan. “Permintaan paling banyak untuk kicthen set dan kamera,” katanya.

Keahliannya dalam membuat mainan kardus lantas ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul Tutorial Mainan Kardus yang sudah terjual 6.000 eksemplar. Tak heran, Uchy rajin menjadi pembicara berbagai workshop. Tiap bulan bisa dua–tiga kali jadi pembicara.

Kehadiran di acara itu juga dia manfaatkan untuk menawarkan mainan kardus buatannya. Dalam setiap lokakarya, dia bisa menjual hingga 25 mainan.

Terakhir, Uchy dapat undangan dari Kantor Bank Indonesia (BI) Bandung untuk mengisi workshop. BI juga memintanya mengisi perpustakaan mereka dengan aneka mainan kardus seperti ATM.

Pemain lain yang pandai berkreasi dengan kardus adalah Arief Susanto dari Surabaya. Dengan mengusung merek Dus Duk Duk, usahanya semakin berkembang sejak dia rintis lima tahun lalu. Dua tahun terakhir, permintaannya melonjak hingga 30%. Cuma, ia tak membuat mainan kardus.

Ada dua jenis produk Dus Duk Duk. Pertama, produk massal. Proses produksinya pun terhitung cepat. Misal, untuk pembuatan kursi kardus, bisa 10 unit per hari.

Kedua, produk dengan desain sesuai pesanan konsumen alias custom. Harganya tergantung banyak material yang digunakan serta tingkat kesulitan desain. “Untuk produk custom, biasanya harganya mulai Rp 500.000 hingga ratusan juta. Rata-rata pengerjaan selama dua minggu,” ungkap dia.

Tiap bulan, Arief mengolah hampir 500 lembar kardus berukuran 120 centimeter (cm) x 240 cm. Tak heran, omzetnya  bisa mencapai Rp 1 miliar. Untuk produk custom, kebanyakan pesanan datang dari Bandung, Bogor, dan Jakarta.

Dus Duk Duk juga memanfaatkan Instagram dengan akun @dusdukduk dan situs dusdukduk.com untuk menawarkan produknya. Tidak hanya tempat duduk, sekarang produk buatan Arief sudah beragam, mulai bingkai foto hingga kamera. Dia juga menerima pesanan pembuatan dekorasi untuk berbagai pagelaran.

Baginya, promosi via media sosial dan situs masih merupakan strategi pemasaran paling efektif. Ia beralasan, selain tepat sasaran, juga memiliki jangkauan yang lebih luas.

Eko Srilaksono asal Malang, Jawa Timur, juga menyulap kardus menjadi aneka mainan, seperti kuda-kudaan dan mobil mini, dengan brand Si Kambi. “Keunikan bentuk dan nilai seni menjadikan produk ini juga cocok dijadikan pajangan atau pelengkap dekorasi acara ulang tahun anak,” imbuhnya.

Banderol harga bermacam mainan Si Kambi mulai dari Rp 40.000 sampai Rp 1 juta. Eko memberikan garansi tiga tahun untuk perbaikan kerusakan produk. Saat ini, konsumen terbesarnya berasal dari Jakarta, Samarinda, dan Pontianak. Total produksi Si Kambi per bulan sekitar 200 unit.

Pasokan kardus

Lalu, apa yang harus dilakukan pertama kali kalau ingin memulai bisnis ini? Menurut Uchy, hal yang paling penting dipastikan adalah pasokan bahan baku kardus.

Awalnya, ia menggunakan kardus bekas barang belanjaan. Namun setelah serius menggeluti usaha ini, ia mencari bahan baku kardus yang lebih bagus.

Dia mendapatkannya dari pengecer yang menjual kardus bekas barang pabrik. “Banyak ditemui di sekitar Depok,” ujar Uchy.

Harganya Rp 25.000–Rp 27.000 untuk kardus ukuran 1 meter (m) x 2 m. Dengan kardus bekas ukuran itu, ia bisa membuat dua sampai tiga mainan berdimensi kecil.

Hanya saja, Arief menambahkan, carilah pemasok bahan baku yang tepat. Memang, secara umum kardus mudah Anda dapatkan.

Namun, perhatikan kualitasnya. Yang terbaik tentu yang punya tekstur keras dan tidak mudah robek. “Sebaiknya cari yang sisa pabrik karena lebih kuat,” imbuh dia.

Selain memastikan bahan baku, yang harus disiapkan tentu saja ide kreatif. Untuk bentuk dan model, Uchy mencontoh dari mainan-mainan yang ada di pasaran.

Misalnya, ia membeli rumah boneka. Lalu, dari situ ia gunakan strategi amati, tiru, dan modifikasi (ATM).

Uchy juga mencari inspirasi dari internet terutama tayangan video di YouTube untuk menemukan ide-ide lebih segar. “Intinya, jangan pernah bosan untuk mencari serta menggali ide,” pesan dia.

Kalau usaha mulai berkembang, Anda bisa mempekerjakan karyawan untuk membantu pengemasan dan pengiriman produk. Saat ini, Uchy memiliki dua orang karyawan.

Penuh tantangan

Arief optimistis, bisnis ini akan terus berkembang ke depan. Alasannya, masyarakat sudah makin sadar dengan nilai dari produk olahan kardus. Tinggal bagaimana para pelaku usaha terus gencar mempromosikan dan berkreasi.

Toh, usaha ini tetap mempunyai sejumlah tantangan. Uchy, contohnya, masih kesulitan untuk mengirimkan produk mainan dengan ukuran besar ke luar Jabodetabek.

Konsumen sedikit keberatan dengan ongkos kirim yang relatif mahal karena biasanya diukur dari volume barang. “Kalau untuk wilayah Bandung dan sekitarnya masih bisa diantar sendiri,” ujarnya.

Sedangkan Eko mengalami kesulitan dalam meningkatkan jumlah produksi lantaran proses pembuatannya masih handmade dan tenaga kerja juga terbatas. “Butuh orang yang telaten dan terampil. Sehingga, tidak mudah juga mencari tenaga kerja,” ungkap dia.

Tertarik menjajal bisnis kreatif ini? Margin usaha itu menarik lo, bisa sampai 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×