kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba cantik dari produk dekorasi berbahan kayu


Jumat, 17 November 2017 / 12:25 WIB
Laba cantik dari produk dekorasi berbahan kayu


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Sejak lama, kayu memang menjadi bahan favorit untuk membuat aneka furnitur. Belakangan, perabot ukuran kecil seperti tempat tissue, rak, nampan, pot dan lainnya yang terbuat dari kayu juga kian diburu. Pernak-pernik ini sering menjadi bagian dari dekorasi rumah.  

Rio Tomi Saputra, pemilik My Pine Wood Working asal Pacitan Jawa Timur, mengatakan, seiring dengan munculnya hobi mendekor rumah, pasar produk dekorasi rumah dari bahan kayu makin meningkat. Belum lagi ditambah menjamurnya bisnis kafe dan rumah makan dengan dekorasi otentik dan unik juga makin memperluas pasar bisnis ini. "Tiap tahun ada peningkatan permintaan," kata Rio.

My Pine Wood Working yang dirintis sejak akhir 2014 lalu ini menyediakan produk dekorasi berbahan kayu, seperti rak dinding, hanger, nampan, paket meja dan kursi, tulisan hiasan dinding dan pot. Harganya mulai Rp 25.000-Rp 1,7 juta per unit.  

Rio bilang, harga tergantung dari model, ukuran, warna dan jenis kayu. Selain itu, jumlah pembelian juga mempengaruhi harga jual.  

Tak hanya menjual per item, Rio juga menyediakan paket kombinasi produk agar harganya lebih terjangkau. Misal, rak dinding dipadukan dengan tulisan untuk makin mempercantiknya. Dalam sebulan, Rio mengaku bisa menjual 100-400 item produk dekorasi berbahan kayu. Omzet hingga puluhan juta rupiah pun bisa dikantonginya saban bulan.

"Konsumen saya banyak dari Jakarta dan Bandung, ada juga dari Surabaya, Malang, Bali, Sidoarjo, Jember, Sumatera bahkan pernah ada yang pesan dari Papua," ungkap Rio.

Makin luasnya produk dekorasi berbahan kayu ini juga diakui oleh Irna Trisna, pemilik Clantique Shop asal Malang, Jawa Timur. Semula, wanita yang akrab disapa Irna ini fokus di bisnis decoupage, kini Ia juga menjual produk untuk dekorasi rumah.

"Saya lihat, trennya memang banyak orang, khususnya ibu-ibu yang hobi mendekor rumah. Mereka cenderung mau punya kreasi sendiri, bukan beli barang jadi. Karena arah trennya ke sana, saya akhirnya jual produk polosan yang belum dihias tissue decoupage," jelasnya.

Clantique Shop membanderol produk dekorasi kayunya mulai dari Rp 65.000 untuk produk ukuran kecil, seperti kotak tissue, pot, bingkai, rak kecil. Dan harga mulai Rp 350.000 sampai jutaan rupiah dibanderol untuk produk ukuran besar. Dalam sebulan, Irna mengaku bisa mengantongi omzet hingga Rp 20 juta dari penjualan produk dekorasi kayu tersebut.

Irna bilang, konsumen banyak datang dari Jawa ya, khususnya Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya. Ada juga dari Bali, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Kebanyakan konsumen membeli produk polos yang belum dihias apapun. Namun ada juga pelanggan yang  membeli produk yang sudah dilapis warna dasar.      

Hadapi persaingan dengan inovasi bahan baku

Pernak-pernik dekorasi rumah berbahan kayu biasanya dibuat dari kayu pinus atau kayu jati belanda. Kedua jenis kayu tersebut dipilih karena harganya yang terjangkau dan relatif mudah didapat.

Rio Tomi Saputra, pemilik My Pine Wood Working menjelaskan, selain harganya terjangkau, masa kayu juga ringan, cocok untuk diolah menjadi pernak-pernik dekorasi. Pasalnya, jenis kayu lain, seperti jati atau sonokeling, massa kayunya lebih berat.  

Makin banyaknya peminat dekorasi rumah belakangan ini, mengundang pelaku usaha baru bermunculan.  Ketatnya persaingan pun tak dapat dihindari. Namun, tiap pemain punya strategi khusus agar produk miliknya tetap dilirik.  

Rio mengatakan, salah satu nilai jual dari produknya terletak pada bahan dan cat yang ia aplikasikan. Seluruh produk My Pine menggunakan bahan yang aman bagi kesehatan. Mulai dari proses awal sampai finishing, Rio menggunakan bahan yang sangat minim bahan kimia. "Untuk bahan cat dan lem, saya gunakan yang alami. Misal, cat yang saya gunakan berbahan dasar air, jadi relatif aman untuk anak-anak dan orang dewasa tentunya. Saya tidak menggunakan tinner, karena beberapa tinner ada kandungan formalinnya," terang Rio.

Cat waterbased yang ia gunakan pun sudah bersertifikat organik. Rio mendapatkannya dari seorang perajin mebel di daerahnya yang produknya berorientasi ekspor. Sedangkan untuk lem dan obat pengawet juga menggunakan produk organik.

Konsekuensinya, harga produk dekorasi My Pine Wood Working mungkin sedikit lebih mahal dibanding yang lain. "Harga lebih mahal sedikit karena bahan yang saya gunakan juga aman dan bersertifikat. Saya percaya, konsumen pasti mengerti," ujar Rio.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Irna Trisna, pemilik Clantique Shop asal Malang, Jawa Timur. Ia mengaku sangat selektif dalam memilih bahan yang digunakan untuk membuat pernak-pernik dekorasi rumah. Mulai dari bahan kayu, lem hingga bahan yang digunakan saat finishing.

Irna memang tak membuat langsung. Tapi, dia tetap mengontrol penggunaan bahan baku, mulai kayunya sampai cat dan pelapisnya. "Saya harus pastikan bahannya aman dan kualitasnya baik," tutur Irna.

Untuk menambah nilai jual produknya, Irna tak jarang menawarkan paketan desain yang dipadukan dengan teknik decoupage. Sehingga, konsumen tinggal menata produk cantik di rumahnya, tanpa harus repot menata ornamen pada produk tersebut.

"Ada juga yang minta sekalian dihias dengan decoupage. Bagaimana model dan konsepnya, saya bisa sesuaikan dengan permintaan konsumen. Tapi banyak juga yang beli per item, sekaligus dengan bahan decoupage karena mereka tertarik belajar," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×