kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba menggelembung dari budidaya si bongkok (1)


Selasa, 02 September 2014 / 15:09 WIB
Laba menggelembung dari budidaya si bongkok (1)
ILUSTRASI. Mobile Legends MPL ID Season 11


Reporter: Primasyah Kristanto, Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang makin banyak diminati untuk dibiakkan. Selain pertumbuhannya cepat, udang ini juga makin populer dikonsumsi masyarakat. Lantaran pasarnya yang besar, banyak pembudidaya tertarik membudidayakan udang jenis ini.

Udang yang memiliki nama Latin Litopenaeus vannamei ini cocok dibudidayakan di Indonesia karena habitatnya cocok dengan kondisi iklim di Indonesia, yakni membutuhkan suhu air di atas 20 derajat celcius.

Selama ini banyak pihak beranggapan membudidayakan udang vannamei hanya bisa dilakukan secara intensif. Namun, hal itu tidak sepenuhnya benar. Pembudidaya bisa membiakkannya dengan pola tradisional plus. Itu sebabnya pemerintah melalui Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP), mendorong kegiatan revitalisasi tambak dengan mengembangkan kawasan tambak udang percontohan tambak (demfarm) untuk meningkatkan produksi udang nasional.

KONTAN sempat menyambangi salah satu sentra demfarm yakni di Ketapang, Lampung Selatan. Pipit Puspitasari, salah satu pembudidaya udang vannamei di sentra ini mengatakan, sudah membudidayakan udang vannamei sejak setahun lalu. Saat ini, ia sudah memiliki lahan budidaya seluas tiga hektare (ha). "Satu kolam seluas 1 ha dan ada satu kolam lagi seluas 1 ha," ujarnya.

Pipit bilang, membudidayakan udang vannamei relatif lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan udang windu. Sekali panen Pipit bisa meraup omzet Rp 5 juta hingga Rp 10 juta. "Sekali panen bisa mencapai sekitar 2 kuintal," ujarnya.

Harga jual udang vannamei hasil panennya mencapai Rp 60.000 per kilogram (kg) yang berisi sekitar 60 ekor sampai 70 ekor udang. Selama ini hasil panen para pembudidaya udang hasil kemitraan dengan KKP ini sebagian untuk memenuhi kebutuhan unit pengolahan yang ada di Lampung dan sebagian untuk konsumsi pasar di Jakarta. "Saya berharap pemerintah bisa membukakan wadah khusus agar bisa masuk jalur ekspor," kata dia.

Petani udang lainnya adalah Amrozi Hamidi,di Gresik Jawa Timur. Dia sudah membudidayakan udang vannamei sejak tahun 2005. Dia menjual bibit udang kepada tengkulak setiap enam hari hingga 10 hari sekali. Amrozi mengatakan, bila cuaca sedang bagus dia bisa memanen bibit udang sampai 500 bibit. Tetapi bila cuaca sedang buruk hanya 100 bibit.

Amrozi membanderol harga jual Rp 7 per bibit udang. Sebulan, dari hasil panennya, dia bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah. Sedangkan untuk margin keuntungannya, dia mengaku bisa mencapai 50% dari total omzet.           n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×