kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,01   -18,50   -1.98%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laundry sepatu kecipratan berkah musim hujan


Selasa, 19 Desember 2017 / 11:30 WIB
Laundry sepatu kecipratan berkah musim hujan


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Musim hujan telah tiba. Intensitas curah hujan yang tinggi seringkali menambah kerepotan. Apalagi jika kemudian menimbulkan genangan di mana-mana dan membuat sepatu basah ketika harus menerjang genangan tersebut.  

Namun, bagi pebisnis binatu, khususnya untuk sepatu, musim hujan justru membawa berkah. Banyak pemilik sepatu yang menggunakan jasa mereka.
  
Patrick, pemilik I Shoe Laundry mengaku jumlah konsumennya meningkat sekitar 35% bila dibandingkan dengan bulan biasanya. Tren peningkatan ini sudah terlihat sejak Oktober lalu. Dia pun memprediksi permintaan cuci sepatu tetap tinggi hingag Februari atau penghujung musim hujan. 
 
I Shoe Laundry melayani pencucian segala jenis sepatu. Namun, kebanyakan yang ditangani saat ini adalah sepatu casual. Permasalahnnya adalah sepatu kotor karena basah atau sepatu setengah kering yang bau. 
 
Pencucian sepatu biasanya membutuhkan waktu tiga hari. "Pengerjaannya memang lebih lama dibandingkan biasanya, karena saat musim hujan sepatu biasanya bau," katanya. Maklum, sebelum sepatu dikirimkan kebanyakan sudah dalam kondisi basah dan hanya didiamkan di rumah.  
 
Meski permintaan sedang tinggi, Patrick enggan mengerek ongkos jasa layanannya. Dia memasang tarif mulai dari Rp 40.000 hingga Rp 60.000 per pasang. 
 
Meski gerainya berada di Jakarta, konsumennya tidak hanya didominasi warga ibu kota. Ada juga sepatu-sepatu yang datang dari kota lain, seperti Bandung, Bogor, Palembang dan Kalimantan. I Shoe menawarkan jasanya lewat dunia maya. 
 
Sampai sekarang Patrick baru mempunyai satu workshop yang berada di Mangga Dua, Jakarta Pusat. Namun, untuk memudahkan konsumen, dia mempunyai lima titik poin pengumpulan sepatu yang disebar di seluruh bagian Jakarta. 
 
Senada dengan Patrick, Dhanur Dwijaya pemilik 505 Clean and Treatment pun melihat kenaikan permintaan dikala musim hujan. Ambil contoh, gerainya yang berada di Karanganyar, Jawa Tengah mengalami peningkatan sekitar 45% dari bulan-bulan biasanya. 
 
Kebanyakan sepatu yang masuk adalah sepatu sekolah dengan kondisi basah dan bau . Berbeda dari sebelumnya, pelanggan tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan sepatu kembali karena proses pengerjaannya hanya 35 menit. 
 
Dhanur membanderol tarif mulai dari Rp 20.000 per pasang. Sayangnya, dia enggan memprediksikan sampai kapan peningkatan permintaan ini akan terjadi. 
 
Disisi lainnya, gerai lainnya yang berada di Semarang, Jawa Tengah tidak kecipratan berkah ini. "Disana sepi karena anak-anak kuliah (target konsumen) sudah punya alat pengeringnya sendiri," tambahnya.   

Order cuci sepatu melimpah, sayang tenaga kerja terbatas 

Banjirnya order cuci sepatu saat musim hujan memang jadi berkah penyedia jasa laundry sepatu. Namun, keterbatasan tenaga seringkali menghambat laju bisnis ini.   
 
Patrick, pemilik I Shoe Laundry kerap mendapati protes pelanggan karena hasil cuci tak sesuai harapan. "Mereka selalu inginnya sepatu seperti baru padahal ada beberapa bahan yang memang tidak bisa," katanya. Supaya tak menuai klaim, Patrick pun selalu memberikan penjelasan tentang hasil akhir dari sepatu yang telah dicuci. 
 
Meski begitu, potensi potensi usaha cuci sepatu masih prospektif. Sebab, konsumen enggan mencuci sepatu sendiri lantaran tak ada waktu. Hal ini juga terlihat dari kian banyaknya binatu sepatu dalam tiga tahun terakhir.  
 
Untuk mempertahankan bisnisnya, Patrick menawarkan garansi bila sepatu yang diterima konsumen tidak bersih. Namun, tetap ada ketentuannya, tergantung kondisi sepatu.
 
Selain itu, dia juga getol berpromosi lewat online untuk menjaring konsumen baru sekaligus memperluas jangkauan pasar. Tentu saja, kualitas juga turut dalam perhatiannya. 
 
Dhanur Dwijaya, pemilik 505 Laundry and Treatment menilai persaingan dibisnis ini sudah sangat ketat. Tidak hanya bersaing dengan pemain lainnya tapi juga dengan konsumen yang sudah banyak memiliki alat dryclean sendiri. 
 
Lantaran tidak kuat menghadapi kondisi tersebut, laki-laki 21 tahun ini harus rela menutup satu gerai laundrynya yang berada di Semarang, Jawa Tengah. " Dulu memang ramai tapi sekarang pendapatannya terus menurun," jelasnya. 
 
Bila tidak ada kendala, dia bakal memindahkan gerai di Semarang ke Solo pada akhir Desember 2017 ini. Alasannya, potensi pasar disana masih cukup besar dan persaingannya pun tidak seketat di Semarang. 
 
Untuk mempertahankan gerai yang ada, dia sengaja menjaga harga servis tetap terjangkau serta mempertahankan kualitas pengerjaan. Sekarang, gerai yang eksis masih ada satu unit yang berada di Karanganyar, Jawa Tengah. 
 
Kendala lainnya adalah  terbatasnya jumlah karyawan. Dia mengaku para pelanggan pasti berebut ingin sepatunya cepat selesai padahal dalam stau gerai hanya terdapat dua orang karyawan.
 
Untuk memperluas pasar, Dhanur menggunakan media sosial seperti Instagram, WhatsApp, dan BBM. Tidak hanya itu, dia pun menggunakan cara lama, yakni promosi dari mulut ke mulut yang sudah terbukti ampuh. 
 
Sekedar info, usaha laundry sepatu ini dibuatnya setelah ikut membantu salah satu temannya yang juga membesut usaha yang sama. Setelah merasa cukup mengetahui sistem dan belajar teknik pembersihan sepatu secara otodidak, sekitar tiga tahun lalu dia menjajal membuka usaha sendiri. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×