kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lebih kreatif dengan bisnis helm retro


Selasa, 05 Agustus 2014 / 15:15 WIB
Lebih kreatif dengan bisnis helm retro
ILUSTRASI. Dessert terkenal asal Prancis, Chocolate Creme Brulee, kini bisa dibuat sendiri di rumah tanpa perlu menggunakan torch.


Reporter: Rani Nossar, Dina Mirayanti Hutauruk, Primasyah Kristanto | Editor: Rizki Caturini

Inovasi menjadi salah satu hal yang paling dibutuhkan dalam menjalankan bisnis kreatif. Tujuannya, agar produk yang ditawarkan bisa menarik perhatian konsumen sebanyak-banyaknya. Ini juga dilakukan oleh para produsen helm.

Selain berguna melindungi kepala ketika mengendarai sepeda motor, kini fungsi helm juga berkembang sebagai aksesori, sehingga pengendara motor bisa terlihat lebih trendi. Tak heran bila kini helm memiliki beraneka warna dan motif.

Tidak hanya sebatas memodifikasi warna dan motif, para pelaku usaha juga berinovasi bentuk helm dengan tetap memperhatikan standar keselamatan pembuatan helm. Salah satu jenis helm yang sedang menarik perhatian saat ini adalah helm retro. Helm jenis ini menggabungkan bentuk helm tempo dulu dengan konsep modern. Sehingga helm yang dihasilkan terkesan klasik namun tetap trendi.

Bentuk helm retro ini hampir sama dengan jenis helm pada umumnya, namun bentuknya lebih bulat dengan dilengkapi kaca mika bulat yang cembung. Biasa helm ini banyak dicari oleh pengguna motor skuter, seperti Vespa, motor matik dan motor besar seperti Harley Davidson.

Hendrio Verry Pradistira, produsen helm retro dengan merek Lek Ono asal Mojokerto, Jawa Timur, bilang, toko-toko helm pada umumnya menjajakan helm modern yang sudah sering ditemui di pinggir jalan. Padahal, pengendara motor klasik makin hari semakin tinggi.

Tak hanya motor klasik, motor baru seperti motor matik yang bergaya retro juga banyak diminati oleh masyarakat. Alhasil, pasar helm retro masih cerah.
Lewat merek Lek Ono, Rio memulai usaha membuat helm retro sejak tahun 2000. Pria berusia 26 tahun ini mampu menjual sekitar 400 unit hingga 1.000 unit helm per bulan. "Jika sedang ramai, bisa mencapai 50 unit helm dalam sehari," ujarnya.

Harga jual helm mulai dari Rp 70.000 per unit untuk ukuran anak-anak, dan Rp 130.000 hingga Rp 170.000 per unit untuk helm ukuran dewasa. Dengan estimasi penjualan sebanyak 500 helm per bulan, Rio dapat mengantongi omzet lebih dari Rp 50 juta dalam sebulan.

Lek Ono sudah memiliki distributor di daerah Bandung, Jakarta, Tangerang, dan Banyuwangi. Tahun ini, Lek Ono akan membuat diler khusus atau showroom sendiri yang menjual produk Lek Ono yang bakal ditempatkan di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.

Hingga saat ini, helm Lek Ono belum mendapatkan sertifikasi SNI untuk produk helm yang dia jual. Sebab, Rio membuat sendiri kerangka helm hingga produksi akhir. Ke depannya, ia akan terus mengembangkan standar produksi helmnya hingga bisa mengantongi sertifikasi SNI.

Salah satu pelaku usaha yang menggeluti bisnis helm retro lainnya ini adalah Gilang Hardian. Lewat bendera usaha Anajidan Helmet, dia mendirikan usaha ini sejak tahun 2011 di Bogor, Jawa Barat. Gilang memproduksi helm retro dasar dan juga menerima helm retro pesanan (customized) yang sudah dimodifikasi seperti menambahkan logo Vespa, logo Harley Davidson, helm untuk pasangan atau helm-helm pesanan dari komunitas.

Inspirasi dari Eropa

Dari semua produknya yang paling laris adalah helm retro dengan model Vespa, sebab sebagian besar pelanggannya merupakan pengendara motor skuter Vespa. Rata-rata harga jual helm retro ini seharga Rp 340.000 hingga Rp 530.000 per unit. Dalam sebulan Gilang bisa menjual 100 unit helm retro. Dari situ, dia bisa mengantongi omzet sekitar Rp 50 juta per bulan.

Saat ini pemasaran Anajidan Helmet sudah mencakup banyak kota hingga Aceh, Papua, dan Sulawesi Tenggara. Namun pemesanannya saat ini paling banyak ke daerah Jawa dan Bali. Produknya juga diminati oleh pelanggan luar negeri seperti Singapura atau Malaysia, walaupun jumlahnya belum banyak.
Pelanggannya sebagian besar dari kalangan menengah hingga menengah atas dengan segmentasi anak komunitas pencinta Vespa atau komunitas motor bergaya retro. Gilang lebih memprioritaskan pesanan lewat internet daripada menjual lewat offline (toko sendiri). "Saya juga jual lewat agen tapi saya sangat selektif untuk menjaga keaslian dan nama brand saya, " kata Gilang.

Dalam proses produksi, Gilang membuat desain seluruh model helm yang akan dijual. Hobinya menggambar sejak remaja membuatnya tidak kesulitan mengaplikasikan ide menjadi desain helm. Sebagian besar desain helmnya terinspirasi dari helm-helm buatan Eropa dan diaplikasikan dengan teknik ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi).

Proses selanjutnya dibantu oleh 20 penjahit yang ada di sekitar rumahnya. Prosesnya terbilang gampang-gampang susah. Setelah pola desain selesai, lalu diaplikasikan pada kulit dan semua pola digabungkan dengan dijahit. "Dalam sebulan, kami bisa memproduksi 130 unit helm," ujar Gilang.

Untuk masalah keamanan, Gilang bilang helm buatannya sudah memenuhi sertifikasi SNI, sebab helm yang dibuat adalah helm pabrikan SNI. "Jadi hanya luar dan bentuknya saja yang dimodifikasi dengan kulit," ujar Gilang.

Jenis kulit yang digunakan sebagai bahan baku adalah kulit sintesis yang tahan panas dan hujan sehingga awet digunakan hingga tiga tahun. Setelah penjahitan kulit selesai, lalu masuk ke dalam pemasangan bordir dan terakhir dipasang ke batok helm. Untuk bahan baku, dalam sebulan ia membutuhkan tiga rol besar kulit sintesis.

Pria kelahiran 26 Desember 1989 ini menyatakan, bisnis helm ini berawal dari kecintaannya pada barang-barang yang terbuat dari kulit, salah satunya helm dari kulit. Saat helm kulitnya rusak, dia mencoba memperbaiki sendiri dan mencoba memodifikasi dengan bordiran logo tim sepak bola favoritnya.

Lewat keahliannya mereparasi helm, Gilang membuka usaha reparasi helm. Lama-kelamaan banyak orang yang berdatangan minta dibuatkan helm (helm customized) sesuai dengan desain yang diinginkan pelanggan.

Tahun ini, Gilang berencana untuk bekerjasama dengan salah satu perusahaan motor skuter untuk membuat helm yang satu paket dengan motornya. Jadi, saat konsumen membeli motor, akan otomatis mendapat helm Anajidan. Dia berharap target ini akan terealisasi di tahun 2015.

Produsen helm retro lainnya, Anggar Gita dari Bantul, Yogyakarta bilang, dia bisa memproduksi sekitar 300 unit hingga 500 unit helm retro per bulan. Harga jualnya sekitar Rp 200.000 per unit sampai Rp 300.000 per unit. Sebagian besar konsumennya memesan dalam jumlah banyak. Kendati demikian, ia tetap melayani pembelian satuan.

Anggar mengatakan, peluang bisnis helm jadul semakin menjanjikan. Para pengendara sepeda motor saat semakin banyak yang tertarik menggunakan helm retro. "Beberapa tahun terakhir ini, helm klasik memang mulai tren," katanya.

Helm produksi Anggar dipasarkan lewat helmotor.blogspot.com. Dari penjualan helm itu, ia mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 50 juta per bulan.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×