kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lewat Bife, Voni Novita kembangkan tenun tradisional


Jumat, 26 Januari 2018 / 11:15 WIB
Lewat Bife, Voni Novita kembangkan tenun tradisional


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Ingin membantu meningkatkan kualitas ekonomi para perempuan perajin tenun di Nusa Tenggara Timur (NTT), Voni Novita mendirikan Bife pada 2012 silam. Kini, rumah kerajinan Bife telah bekerjasama dengan 25 komunitas tenun di Desa Molo, NTT.

Perempuan berhijab ini berusaha menyerap hasil produksi para perajin  dengan harga pasar, lalu dikreasikan menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.

Lembaran kain tradisional ini disulap menjadi aneka dompet, tas laptop, pouch, dan jurnal book. Namun, Voni tak bisa memastikan total produksi lantaran masih tergantung stok kain dari perajin. "Saya tak bisa push mereka, karena masih dibuat secara manual. Biasanya sebulan hanya 20 lembar kain," katanya.

Karena tak mampu memastikan jumlah produksi, Voni enggan menjual jor-joran produk buatannya. Bazar barang kerajinan menjadi pilihannya. Tidak hanya pameran dalam negeri, dia juga kerap ikut berpartisipasi dalam ajang pemeran internasional di Jerman dan Singapura.

Asal tahu saja, Voni mematok harga produknya mulai Rp 100.000-Rp 750.000 per unit. Dia mengaku bisa mendapat omzet rata-rata Rp 10 juta per bulan. Bila ada pameran, omzetnya pun bisa berlipat. Dari total penjualan tersebut sekitar 5% dari keuntungan dia berikan kembali kepada perajin dalam bentuk pelatihan supaya bisa mereka bisa meningkatkan hasil produksi.

Beberapa pelatihan yang telah dilakukan adalah soal penggunaan warna alami, yang bertujuan untuk menjaga lingkungan dari pencemaran akibat pewarna kimia. Para perajin pun juga diajak untuk menanam berbagai tanaman yang menghasilkan warna-warna alam disekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Pelatihan lainnya adalah menjahit dan fesyen yang digelar pada tahun 2014 lalu. Untuk training ini Voni menggandeng dua komunitas lainnya yaitu Lawe asal Yogyakarta dan GEF-SGP.

Voni mengaku cukup sulit untuk mendorong para perajin tenun membuat produk seperti yang dia hasilkan karena keterbatasan bahan baku pendukung. "Karena sebagian bahan harus didatangkan dari Jawa, jadi mereka paling hanya bisa membuat model yang sederhana seperti dompet serut," jelasnya.

Untuk pelatihan selanjutnya, perempuan asal Padang, Sumatra Barat ini berencana akan memberikan training tentang kewirausahaan atau entrepreneurship sehingga mereka dapat menghitung hasil produksi dan penjualannya.

Maklum, saat ini mereka masih fokus untuk menenun tanpa menghiraukan keluar-masuk dana yang dihasilkan.

Ke depan,Voni berharap dapat membangun sebuah museum di wilayah tersebut sebagai tempat pembelajaran para generasi muda tentang proses tenun dan lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×