kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Loyang bisnis piza yang bikin ngiler


Selasa, 12 Oktober 2010 / 10:27 WIB
Loyang bisnis piza yang bikin ngiler
ILUSTRASI. Supermoon di perbatasan China - Tibet


Reporter: Rizki Caturini, Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Makin banyak lidah orang Indonesia yang menyukai piza. Tengok saja, tiap akhir pekan, gerai-gerai yang menawarkan piza selalu ramai pembeli. Meski bukan makanan asli warisan nenek moyang kita, makanan asal Italia ini sudah menjadi salah satu camilan yang sangat populer di negeri ini, terutama di kota-kota besar.

Saat ini banyak sekali gerai piza yang menawarkan kekhasan masing-masing dalam meracik piza. Mulai dari yang mengusung merek lokal hingga merek impor. Baik yang mengusung sistem waralaba hingga yang berdiri sendiri.

Dari beberapa gerai yang menawarkan waralaba ini, KONTAN mencoba memberikan penyegaran kembali tentang kondisi mereka saat ini. Kami membandingkan, kondisi saat KONTAN pernah menulisnya dulu, dengan perkembangannya kini.


Papa Ron's Pizza

Papa Ron’s Pizza merupakan salah satu waralaba lokal. Anak usaha PT Eatertainment Indonesia Tbk ini, memulai bisnisnya di tahun 2000. Dua tahun kemudian, mereka baru menawarkan waralabanya. Hanya, berbeda dengan gerai piza impor, Papa Ron's lebih menyasar kalangan menengah bawah.

KONTAN pernah menulis waralaba ini pada Maret 2007. Pada saat itu, jumlah gerainya berjumlah 46 gerai. Namun, saat ini jumlah gerainya telah mengalami penyusutan menjadi tinggal 34 gerai. "Sejak 2007 hingga saat ini, kami telah menutup sekitar 12 gerai Papa Ron's. Tapi, selain gerai yang tutup, kami juga terus membuka gerai baru," kata Noragraito, Direktur Operasional Papa Ron's.

Setelah melakukan evaluasi terhadap kinerja dan komitmen investor dalam mengelola gerai, penutupan gerai-gerai itu terpaksa dilakukan. "Ada yang memang kami tutup dan ada juga yang ditutup karena permintaan investor. Namun, ada juga yang minta dilanjutkan," katanya.

Evaluasi kerja sama antara pemilik merek waralaba dengan investor tersebut biasanya dilakukan setiap delapan tahun sekali. Noragraito bilang, sebagian penutupan gerai Papa Ron's lantaran komitmen investor dalam mengelola gerainya sudah berkurang. "Kalau dia tidak menjaga merek kami, ya, untuk apa," katanya. Oleh karena itu, kini, Papa Ron's lebih selektif dalam memilih calon terwaralaba.

Meski mengalami pasang surut, dalam penilaian Noragraito, usaha piza masih sangat menjanjikan. Ia melihat permintaan investor untuk bisa menjadi terwaralaba piza Papa Ron's masih terus berdatangan.

Bahkan, menurut rencana, Papa Ron's akan membuka gerai barunya di Ternate dan Kelapa Gading, Jakarta pada Januari 2011. "Kami menargetkan pembukaan lima gerai baru setiap tahun," ungkap Noragraito.

Hanya, pembukaan gerai baru tersebut akan difokuskan di wilayah timur Indonesia. Seperti Ternate, Papua, Ambon hingga Nusa Tenggara Timur. "Belum ada pesaing yang masuk di wilayah timur," bisiknya.

Bagi calon investor yang berminat membuka gerai di wilayah itu, Papa Ron's mensyaratkan investor harus merupakan penduduk lokal di wilayah masing-masing. Maklum, selain lebih mengetahui medan, ia berharap investor bisa terjun langsung membesarkan usahanya.

Noragraito bilang, investor harus menyediakan dana investasi antara Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar. Selain itu, manajemen juga akan memungut biaya royalti sebesar 5% dan fee sebesar US$ 25.000 untuk masa kerja sama delapan tahun. "Jika mereka menjalankannya dengan benar, dalam waktu 3,5 tahun modal sudah pasti kembali," tutur Noragraito meyakinkan.


Piramizza

Tawaran kemitraan piza satu ini cukup menarik perhatian. Sebab, produk piza yang dicetuskan oleh Ramadhan Yasmanto tahun 2008 ini tidak bulat seperti piza pada umumnya, melainkan berbentuk kerucut seperti es krim.

Sebelum ditawarkan kepada investor, pada tahun 2009, ia terlebih dulu membuat lima gerai percontohan di Surabaya. Namun, dalam perjalanannya, manajemen Piramizza beralih dari Ramadhan ke Hendy Setiono.

Asal tahu saja, Hendy yang berkerabat dengan Ramadhan adalah pemilik PT Baba Rafi Indonesia, perusahaan yang juga memiliki sejumlah merek waralaba lain.

Di tangan Hendy, usaha waralaba Piramizza berjalan cukup pesat. Pasalnya, Hendy menawarkan sistem waralaba yang berbeda.

Setiap calon mitra cukup menyetorkan modal investasi sebesar Rp 200 juta tanpa harus menjalankan operasional atau manajemen. PT Baba Rafi yang akan bertindak sebagai manajemen dalam menjalankan operasi gerai.

Menariknya lagi, hanya dengan dana Rp 200 juta itu, investor bisa mendapatkan lima gerai sekaligus. Tak heran, jika kemitraan yang ditawarkan tersebut laris manis, bak kacang goreng.

Apalagi, manajemen Baba Rafi tak mengenakan biaya royalti. Tapi, Baba Rafi menjalankan sistem bagi hasil bersama mitra dengan komposisi 50:50 dari laba bersih yang didapat dari lima gerai yang beroperasi. "Respon masyarakat sangat bagus, gerai mitra mencapai 30 unit di bulan keempat ketika kami buka," kata Rizky Hening, Koordinator Pemasaran PT Baba Rafi Indonesia.

Namun, lantaran calon mitra banyak yang datang, manajemen pun kewalahan melayani permintaan tersebut. Akhirnya, pengelola Piramizza mengubah konsep kemitraannya. Dari yang awalnya bisa mendapatkan lima gerai, kini investor Piramizza hanya mendapatkan satu gerai.

Sebagai konsekuensinya, Baba Rafi menurunkan biaya investasinya dari Rp 200 juta menjadi Rp 45 juta. Tapi, itu hanya berlaku untuk wilayah Jawa. Untuk calon mitra yang berada di luar Jawa, Baba Rafi mengenakan tambahan biaya untuk pengiriman peralatan dan pelatihan pegawai. "Biaya tambahan berkisar Rp 5 juta-Rp 10 juta tergantung jarak kotanya," ujar Rizky.

Selain itu, kini manajemen Piramizza mengutip supporting fee dari mitra untuk kontrol kualitas dan pengelolaan sebesar 5% dari omzet tiap bulan. Rizky bilang, dengan omzet tiap gerai per bulan Rp 12 juta, mitra bisa balik modal sekitar 1,7 tahun.

Dengan sistem baru ini, Piramizza mampu menggaet sekitar 30 mitra. Saat ini sudah ada 60 gerai Piramizza yang tersebar di Jabodetabek, Medan, Surabaya, Malang dan Pekanbaru.

Baba Rafi rajin menambah variasi produk. Selain piza kerucut, gerai Piramizza juga menjual burger, hotdog, sandwich yang semuanya dipanggang dan Piramizza mini bernama java con.

Dengan semua pembaharuan itu, manajemen berharap merek Piramizza bisa terus bertahan di sektor kuliner Indonesia. "Tahun ini kami masih terus melakukan edukasi pasar terhadap produk Piramizza yang kami tawarkan," imbuh Rizky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×