kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lukman terapkan manajemen modern agar berkembang (2)


Rabu, 04 Mei 2011 / 15:12 WIB
Lukman terapkan manajemen modern agar berkembang (2)
ILUSTRASI. Petugas BMKG menunjuk peta sebaran hujan hasil penginderaan satelit di Laboratorium BMKG di Serang, Banten, Jumat (28/4).


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Setelah terjun langsung dalam bisnis keluarga, Muhammad Lukman Zaini pun mulai menerapkan prinsip manajemen modern dalam usahanya. Ia menambahkan merek, melengkapi usaha dengan badan hukum, menerapkan sistem komputer dan mengadopsi sistem outsourcing sebagai antisipasi berbagai masalah yang menyangkut karyawan.

Dari tiga bersaudara, hanya Muhammad Lukman Zaini yang sampai saat ini terlibat dalam pengelolaan Toko Bu Noer Aneka Rasa. Dua saudara lainnya sempat membantu mengelola usaha ini, tapi kemudian mereka merasa menjadi pengusaha bukan bidangnya. Sang adik pun memilih menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Dalam menjalankan usaha, Lukman memiliki prinsip penting, yakni harus mampu merealisasikan keinginan. "Jangan hanya sebatas keinginannya saja tanpa ada realisasi," ujarnya. Masalah penataan usaha bisa dilakukan seiring usaha berjalan. Pengalamannya dalam membesarkan toko Bu Noer Aneka Rasa yang membuatnya memiliki prinsip seperti itu.

Ayah Lukman, Muhammad Noer, adalah seorang PNS di Lembaga Pemasyarakatan di Malang. Ibunya, Siti Juariyah, adalah seorang ibu rumah tangga.

Sebelum membuka usaha keripik tempe pada tahun 1993, keluarga Muhamad Noer sempat jatuh bangun menjajal berbagai usaha. Salah satunya, toko perancangan dan kerajinan tasbih kayu.

Lukman pun menjadikan pengalaman orang tuanya sebagai pembelajaran. Ia menjadi paham kalau penyebab kegagalan usaha orang tuanya saat itu karena kurang fokus serta penanganan yang tidak profesional. “Saat itu, yang penting hanya dapat uang,” kenang Lukman.

Baru setelah membuka usaha keripik pada tahun 1993, usaha keluarga ini terlihat berkembang. "Barangkali, kami memang berjodoh di usaha keripik tempe ini," ujarnya.

Awalnya, mereka hanya menitipkan keripik tempe ini di warung-warung dan toko oleh-oleh di Malang. Lambat laun, pesanan pun mulai mengalir, baik dari instansi pemerintah maupun swasta.

Banyaknya orang yang mulai mengenal keripik tempe produksi keluarga Lukman membuat keluarga sepakat membubuhkan merek Bu Noer. Merek ini merupakan nama panggilan sang ibu.

Saat Lukman kuliah di Universitas Brawijaya, usaha keluarganya mulai melejit. Tepatnya pada tahun 2000 atau setelah tujuh tahun berlalu. Bahkan, saat itu, Bu Noer juga mengawali produk keripik tempe aneka rasa, seperti rasa pedas, rasa udang dan ayam bawang.

Lukman pun membantu orang tuanya dengan menyablon plastik kemasan. Terkadang, ia juga ikut mengolah kedelai saat ada karyawan yang izin tidak masuk.

Setelah lulus kuliah pada tahun 2002, Lukman bekerja di sebuah perusahaan akuntansi sebagai seorang salesman. Baru dua tahun kemudian, ia kembali melakoni bisnis keluarga setelah melihat cerahnya prospek bisnis oleh-oleh dan kebutuhan pengelolaan yang profesional.

Yang dia lakukan saat itu adalah penerapan sistem komputerisasi, menciptakan struktur manajemen modern dan menjadikan usaha ini memiliki badan hukum dengan bernama CV Ara. Lukman juga mengadopsi sistem outsourcing karyawan dan menjadi pencetus inovasi produk Bu Noer.

Lukman menerapkan manajemen modern supaya ia bisa leluasa meninggalkan tokonya. Apalagi, ia kemudian juga mengambil program master di Universitas Brawijaya dan jadi pengajar Corel dan Photoshop di School of Technology and Multimedia (STEKOM) RRI.

Sebagai pengusaha, Lukman juga merasakan banyak perbedaan dibandingkan saat dia hanya seorang pegawai. "Bisnis berjalan sangat dinamis. Saya selalu melihat dan mendengar hal-hal baru," ujarnya. Ia beruntung karena usaha ini sekarang berjalan lancar, tanpa ia perlu mengejar target omzet.

Kini, Lukman menghadapi tantangan untuk mempertahankan pangsa pasar dan pengelolaan pegawai. Maklum, selain berhubungan dengan banyak orang, ia harus jeli mengembangkan hubungan dengan pegawai.

Ia pun banyak mendapatkan keuntungan dengan adanya sistem outsourcing. Lukman bisa dengan cepat mendapatkan pengganti saat ada karyawan yang keluar.

Meski begitu, ia juga mengakui bahwa sistem outsourcing ini sebenarnya merugikan karyawan. Ia berjanji akan memberikan yang terbaik untuk mereka.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×