kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mantan napi yang sukses bisnis singkong keju (1)


Kamis, 13 Juli 2017 / 18:00 WIB
Mantan napi yang sukses bisnis singkong keju (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Markus Sumartomjon

MENYANDANG status sebagai mantan narapidana tidak lantas membuat hidup Hardadi terus merana. Didorong tekad yang kuat untuk merubah nasib, kini dia dikenal sebagai pelopor usaha singkong keju di Salatiga, Jawa Tengah.

Asal tahu saja, usaha makanan berbahan baku singkong ini dibesutnya sejak tahun 2009 lalu, enam bulan sejak keluar dari penjara. Sebelumnya dia harus rela mendekam didalam bui karena tersandung masalah narkoba.

Ia tertarik merintis usaha olahan singkong karena melimpahnya hasil produksi singkong di sekitar wilayahnya. Mantap terjun ke usaha ini, ia pun memulai usaha dengan mengusung merek usaha Singkong Keju D-9.

Berbekal tekad dan semangat yang kuat, ia pun mulai merintis usaha ini dari nol. Dibantu sang isteri, ia memulai usaha ini dengan skala kecil-kecilan di rumah.
Kerja kerasnya merintis usaha dari nol kini berbuah manis. Produk buatannya berhasil mendapatkan perhatian konsumen dan menjadikan makanan ini oleh-oleh khas Salatiga. Kios pribadinya yang berada di Jalan Argo Wiyoto Nomor 8 A, Salatiga selalu ramai diserbu konsumen.

Kesuksesan usahanya ini didukung karakter produk buatannya yang dapat dikonsumsi oleh semua kalangan. Makanan ini juga banyak diminati karena bukan tergolong bisnis musiman.

Menurutnya, ke depan usahanya ini pun masih dapat berkembang mengingat saat ini mereka belum bisa memenuhi seluruh permintaan pasar.
"Saya pernah mendapatkan tawaran untuk memasukkan produk ke supermarket tapi, saya tolak karena kami tidak bisa memenuhi syarat jumlah produk stabil," katanya pada KONTAN, Kamis (6/7).

Maklum saja, singkong yang dihasilkan oleh alam tidak dapat diprediksi jumlah hasil panennya.

Untuk kebutuhan bahan baku, dia menjalin kerjasama dengan empat sampai enam supplier serta petani. Singkongnya pun banyak diambil dari wilayah Salatiga, Magelang dan juga Wonosobo. Dalam sehari total produksinya mencapai 3 ton.

Selama ini, proses produksinya dilakukan di pabriknya yang berada di daerah Ngadek, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulya, Salatiga. Dia pun dibantu 100 orang karyawan untuk menjalankan bisnisnya.

Seluruh hasil produksinya dijual di kiosnya yang juga berada di Salatiga. Sebagian juga untuk memenuhi permintaan 20 reseller yang lokasinya tersebar di kota-kota besar di Pulau Jawa.

Menyasar konsumen kelas menengah, dia membandrol harga jualnya sebesar Rp 10.000 per bungkus. Dia mengaku, dalam sehari total penjualannya bisa mencapai lebih dari Rp 10 juta. Bila dikalkulasi dalam sebulan, total omzet yang didapatkannya bisa mencapai ratusan juta.

Sayangnya, dia enggan menjelaskan secara detil total pendapatan bersih yang diterimanya. Khusus momen libur Hari Raya Idul Fitri dan juga arus mudik, Hardadi kebanjiran konsumen di kiosnya.

"Jumlah produksi tidak dapat kami tingkatkan karena keterbatasan bahan baku, tapi karena tidak mengirim ke reseller jadi permintaan konsumen yang di kios bisa terpenuhi," tambahnya.

Kebanyakan konsumennya merupakan para wisatawan yang berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Solo.

Produknya semakin dikenal lantaran banyak konsumennya memberikan testimoni positif di media sosial.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×