kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mantan napi yang sukses bisnis singkong keju (3)


Kamis, 13 Juli 2017 / 19:14 WIB
Mantan napi yang sukses bisnis singkong keju (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Markus Sumartomjon

Setelah usaha singkong keju berlabel D-9 mendapat respon positif dari pasar, Hardadi rupanya tidak mau berdiam diri begitu saja. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini malah makin rajin menelurkan varian anyar produk singkong keju, terutama dari sisi rasa.  

Langkah tersebut ia lakoni supaya para pelanggan produk itu tidak lari ke para pesaing yang makin menjamur setelah melihat keberhasilan dari D-9. Kini, para pelanggan bisa mendapatkan tiga varian rasa di produk D-9, yaitu original, coklat dan keju.

Awalnya, dia merasa khawatir dengan banyaknya pelaku yang meniru produk buatannya. Namun, dengan kegigihan dan kesabaran Hardadi dalam menjaga kualitas produk, membuat laju bisnis usaha singkong keju tersebut hingga kini masih belum bisa tersaingi di sekitar Salatiga.

Justru makin menjamurnya pemain sejenis yang notabene menjadi pesaing bisnis dari D-9, membuat dirinya makin bersemangat untuk terus inovasi.
Sebab ia percaya, bila langkah tersebut ia pertahankan, konsumen pasti akan terus berdatangan lewat informasi yang tersebar dari mulut ke mulut  serta dari media sosial (medsos).

Melihat hasil yang positif tersebut, Hardadi juga berupaya menularkan rezeki yang didapat tersebut ke mitra kerja, seperti para petani singkong. Ia rela mematok harga singkong yang terbilang tinggi di Salatiga yakin sebesar Rp 2.300 per kilogram (kg).

Langkah ini ia terapkan supaya bisa mendapatkan pasokan bahan baku singkong yang kerap fluktuatif harganya. Maklum, harga singkong di pasaran kerap naik turun atau fluktuatif. Terkadang bisa murah, yakni sebesar Rp 1.000 per kg saja, tapi juga bisa mahal yaitu sebesar Rp 2.300 per kg.

Catatan saja, di musim panen raya, harga beli singkong dari petani hanya Rp 1000 per kg sedangkan, saat musim paceklik harganya sekitar Rp 2000 per kg.

Nah, dengan tawaran harga singkong yang memadai, para petani pun lebih suka memasok singkong ke Hardadi. Namun dirinya juga mewanti-wanti para petani  supaya memberitahu kalau terjadi gagal panen singkong kira-kira enam bulan sebelumnya.

Langkah ini sengaja  diterapkan supaya dirinya bisa jauh-jauh hari mendapatkan pasokan singkong pengganti dari pihak lain.

Meski sudah maju, Hardadi masih belum berminat membuka cabang lantaran butuh dana yang tidak sedikit. Selain itu, dirinya takut pasokan singkong tidak bisa terpenuhi bila sudah membuka cabang.

Makanya ia lagi menunggu kejelasan informasi soal pengelolaan lahan kosong menjadi lahan singkong. Sebab hingga kini, ia masih belum mendengar kejelasan dari proyek tersebut.

Padahal, permintaan singkong D-9 tidak cuma dari kalangan perorangan saja. Ia pernah mendapat pesanan dari PT Freeport Indonesia yang awalnya cuma 20 bungkus menjadi 9 ton dalam sebulan.

Melihat hasil ini, ia berencana menambah kapasitas produksi hingga 3  ton per hari untuk antisipasi permintaan yang terus menanjak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×