kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Melaba dari usaha pakaian olahraga


Sabtu, 21 April 2018 / 07:00 WIB
Melaba dari usaha pakaian olahraga


Reporter: Merlinda Riska | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Tak sedikit pun darah bisnis mengalir dalam diri Rizki Adventus. Sang ayah bekerja sebagai karyawan swasta.

Sementara ibunya adalah ibu rumahtangga. Kakak satu-satunya pun mengikuti jejal ayah, jadi karyawan.

Tapi, bakat dagang pria kelahiran 4 September 1994 ini mulai tumbuh sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Rizki remaja yang tak mendapat sepeser pun uang jajan dari orangtua berjualan produk dengan model pemasaran berjenjang alias multi-level marketing (MLM).

Pengalaman dan ilmu yang Rizki dapat dari hasil bergelut di dunia ini, mengantarkannya jadi pengusaha pakaian olahraga (sports apparel) yang sukses di usia muda. Kini, saban bulan, pemilik PT MSI Totalitas Berkarya ini bisa mengantongi pendapatan rata-rata Rp 250 juta hingga Rp 350 juta.

Dan, bisnis pakaian olahraga yang mengusung merek Motion Sport Indonesia itu tak lepas dari hobinya. Rizki gemar bermain basket. Dia pun memulai usaha dengan berjualan produk MLM gara-gara basket.

Perkenalan lelaki yang lahir di Jakarta ini dengan dunia dagang berawal saat dirinya ikut ekstrakurikuler basket. “Pelatih saya menawarkan untuk ikut MLM. Produknya gelang kesehatan,” kisah Rizki yang ketika itu masih kelas dua SMP.

Tapi, Rizki enggak main-main. Dia betul-betul serius dalam berdagang. Tak heran, ia berhasil menjual 42 produk gelang kesehatan dalam sebulan yang membawanya masuk dalam jajaran top seller.

Selain gelang kesehatan, lulusan London School of Public Relations, Jakarta, ini berdagang produk dari perusahaan MLM lain. Awalnya, Rizki menawarkan produk itu ke teman-temannya. Kemudian, ia memasarkannya lewat forum diskusi daring Kaskus.

“Sebetulnya, dari sisi uang, berbisnis MLM tidak ada. Tapi dari sisi mental dan ilmu, saya dapat banyak hal,” ungkapnya.

Itu sebabnya, dari kegiatan ekstrakurikuler basket pula Rizki menemukan peluang bisnis. Ia melihat, tiap tahun tim basket sekolahnya selalu berganti kostum. “Dari situ saya kepikiran, kenapa tidak saya saja yang buat,” ujar dia.

Lalu, Rizki mulai mencari vendor untuk berkongsi membuat pakaian olahraga, tapi menggunakan merek Motion miliknya. Setelah ketemu vendor yang pas, dia mulai menawarkan produknya melalui Kaskus di 2010. “Ternyata, meledak banget,” katanya.

Meski begitu, Rizki yang masih berstatus pelajar SMP kelas tiga tetap melakoni bisnis MLM-nya. Dia baru berhenti jualan produk MLM saat kelas dua sekolah menengah atas (SMA) untuk fokus di Motion.

Tanpa modal

Nama Motion ia pilih, lantaran berhubungan dengan dunia olahraga. Dia bilang, setiap tim olahraga, seperti basket, sepakbola, dan futsal, tentu punya gerakan dasar yang bernama motion.

“Jadi, secara sadar tidak sadar, kalau orang atau tim olahraga menyebut motion, secara tak langsung dia menyebut merek saya. Ini sekaligus branding secara tidak langsung, bahwa motion adalah merek apparel,” jelas Rizki.

Cuma memang, motion sendiri dalam bahasa Inggris berarti gerakan. Nah, dia juga ingin Motion Sport terus bergerak, maju, dan menjadi besar.

Hebatnya, boleh dibilang, Rizki mengawali bisnis pakaian olahraga bermodal dengkul. Dia tidak keluar modal serupiah pun.

Jadi, begitu ada order masuk, misalnya, satu lusin kostum basket, pemesan harus menyetorkan uang muka (DP) sebesar 50%. “Saya mengakali seperti itu untuk biaya produksi. Modalnya dari tenaga, usaha kerja saja,” bebernya.

Pelan tapi pasti bisnisnya berkembang. Pelanggannya terus bertambah. Awalnya, Rizki menggandeng banyak vendor untuk memenuhi pesanan yang datang. Tapi akhirnya, tahun 2012 ia memutuskan untuk bekerjasama dengan satu vendor saja.

“Bisa dibilang, Motion punya rumah produksi sendiri di daerah Teluk Gong, Jakarta,” ujar dia. Hanya, kerjasama itu berakhir tahun 2016. Sejak saat itu, Rizki betul-betul punya rumah produksi sendiri.

Bukan berarti usahanya benar-benar berjalan mulus. Ia sempat terpuruk lantaran selama dua tahun, 2014–2015, tidak mengantongi keuntungan sama sekali, bahkan menjurus ke kerugian. Tapi, bukan gara-gara sepi order. Permintaan pelanggan tetap banyak.

Kok? Rizki menjelaskan, selama periode itu, dirinya banyak mengambil langkah yang salah. Contoh, dia memutuskan menjadi sponsor liga basket profesional di tanah air.

Ternyata, keputusan itu kurang berefek ke bisnisnya. “Karena, kan, saya melakukannya sendiri, tidak ada yang menuntun. Ternyata langkah saya salah dan dampaknya ke keuangan usaha besar banget,” sesalnya.

Tapi sejatinya, masalah itu membuat Rizki benar-benar pusing tujuh keliling. Sehingga, sempat terbesit keinginan untuk berhenti berbisnis.

Utangnya menggunung, sampai ratusan juta rupiah. Bukan utang ke bank, tapi ke vendor.

Cuma kemudian ia teringat, pernah membaca artikel bahwa dalam kurun lima tahun pertama merupakan waktu untuk perusahaan membangun merek. Dia menghitung, usahanya baru benar-benar berdiri tahun 2012 setelah punya rumah produksi sendiri, meski masih kerjasama dengan vendor.

Alhasil, Rizki baru menjalani bisnis pakaian olahraga tiga tahun. Sehingga, mungkin masih dalam proses membangun merek.

Namun jujur, saat itu, Rizki sebetulnya sudah mantap menutup usahanya. “Kepikiran untuk jadi karyawan saja. Tapi, saya bilang dalam hati, coba lagi deh, kalau benar-benar gagal, akan saya stop. Eh, malah berjalan bagus,” katanya.

Tahun 2016 menjadi titik tolak bisnisnya. Sebab, dari sisi finansial sudah sehat. Dari order yang terus mengalir, Rizki secara bertahap menutup utang ke vendor hingga lunas.

Tambah produksi

Seiring bisnis yang makin berkembang, jumlah karyawan pun bertambah, menjadi 20 orang. Dulu, pekerja hanya delapan orang, itu pun di bagian produksi. Urusan pemasaran, pesanan, dan keuangan, semua dipegang Rizki sendiri.

Sekarang, masing-masing pos ada karyawan yang mengisi. Cuma, dia membeberkan, urusan keuangan waktu itu masih dipercayakan kepada sang pacar.

Kekasihnya yang mencatat detail, ke mana saja keuangan Motion bergerak. “Dari situ saya paham, keuangan harus dicatat rapi. Bisa kelihatan kelemahannya,” ucap Rizki.

Meski pernah gagal, Rizki enggak kapok menjadi sponsor. Dia tetap kerjasama sponsorship sejumlah tim basket dari berbagai kota, mulai Bandung, Semarang, Yogyakarta, hingga Makassar. Dengan syarat, tim itu punya prestasi.

Bentuk kerjasama, misalnya, berupa pengadaan kostum tim. “Kerjasama sponsorship ini justru mendongkrak nama Motion. Ketika kami mensponsori sebuah tim dan jadi juara, nama Motion langsung naik,” ujarnya.

Untuk membesarkan bisnisnya, mau tidak mau usahanya harus berstatus badan hukum. Tahun 2016, Rizki mulai mengurus pendirian perseroan terbatas (PT). “Keuntungan dari PT juga bisa dapat investor. Lalu, bisa dipercaya sama orang karena tidak semua perusahaan apparel berbadan hukum sebab masih UMKM,” kata dia.

Selain basket, Motion memproduksi apparel futsal. Mereka juga menerima pembuatan pakaian olahraga berupa hoodie, t-shirt, juga kaos kaki. Produksi lainnya: jersey basket, futsal, floorball, dan voli. Bahkan, pakaian olahraga tembak.

Tahun ini, Rizki berencana masuk ke pakaian olahraga sepakbola. Kemudian, memperbesar produksi. “Sekarang, sebulan memproduksi sekitar 2.000 pasang baju dan celana. Target produksi bisa naik 50%, jadi 3.000,” sebutnya.

Tantangan utama dalam bisnis ini, dia mengungkapkan, adalah waktu pengerjaan. Soalnya, konveksi dikenal ngaret. “Saya minimalisir dengan rajin mengawasi,” ungkapnya.

Menurut Rizki, setiap kali pesanan datang, minimal 12 pasang. Itu berarti ada 12 kepala. “Kalau order terlambat, satu orang yang pesan mewakili 12 orang. Jadi, ada 12 orang yang kecewa. Lalu, dia cerita ke satu temannya, yang kecewa bertambah jadi 24 orang. Begitu pun akan terjadi jika mereka puas,” katanya berbagi tip.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×