kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melipir ke sentra kerajinan batu tertua di Malang (2)


Jumat, 02 Februari 2018 / 09:35 WIB
Melipir ke sentra kerajinan batu tertua di Malang (2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Siang itu, sehabis hujan mengguyur Kota Malang, sentra produksi saniter di Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang nampak sepi. Hanya sesekali saja, melintas kendaraan bermotor.

Salah satu pegawai UD Putra Pendowo, Sunan mengatakan jika sebulan terakhir pesanan produk saniter sedang sepi. "Kalau bulan-bulan begini, tepatnya pada akhir tahun sampai awal tahun memang sepi. Biasanya, permintaan mulai deras mengalir saat mendekati bulan puasa dan menjelang hari raya," tuturnya.

Puncak penjualan gerai-gerai di sentra ini memang terjadi pada bulan puasa hingga Idul Fitri. Yang banyak dipesan atau dibeli oleh konsumen adalah kijing makam dan nisan. Bahkan, Sunan bilang, jika dirinya dan 12 karyawan UD Putra Pendowo lainnya harus lembur sampai subuh untuk menggarap pesanan yang berdatangan tersebut.

Pada hari biasa, deretan gerai di sentra produksi saniter Karangbesuki beroperasi mulai pukul 08.00–20.00. Biarpun pada hari-hari biasa tak banyak pengunjung yang datang,

Sunan mengatakan, setiap hari selalu ada pesanan. Namun menjelang bulan puasa dan Lebaran, penjualan relatif ramai. "Omzetnya bisa naik tiga sampai lima kali lipat dibanding hari biasa," ujar Sunan.

Dia menghitung, menjelang puasa dan hari raya, pendapatannya minimal bisa mencapai Rp 80 juta. Itu baru dari penjualan kijing makam dan nisan, belum produk lain.

Setiap hari, Ia dan 12  pegawai UD Putra Pendowo lainnya mencetak adonan saniter mulai pukul 08.00–16.00. Ia menerangkan, bisnis saniter ini butuh banyak stok produk karena pembeli yang datang tiap harinya tidak bisa ditebak. Sering sekali, ada pembeli yang tiba-tiba datang untuk memborong. Barang yang sering dibeli dalam jumlah besar misalnya pot. "Nah, kami sering kehabisan stok kalau tiba-tiba gitu. Jadi pembelinya harus nunggu lagi," ungkapnya.

Meski bertajuk saniter, sentra ini tak hanya menyediakan produk yang menjadi pengisi kamar mandi atau keperluan mencuci, seperti bak mandi, tempat cuci piring dan lainnya. Seiring perjalanan usaha, pesanan barang-barang cetakan dari cor beton juga berdatangan.

Cerita lainnya digulirkan oleh Yuliana Susriati, pemilik gerai UD Doa Ibu. Ia pernah merasakan masa emas bisnis saniter dan waktu ketika bisnis ini terpuruk. "Masa kejayaan bisnis saniter itu ada di era 1984 sampai 2005. Semakin ke sini, penjualan dan produksinya makin menurun. Mungkin karena peminatnya juga makin sedikit," paparnya.

Pada era itu, Yuli bisa menjual sampai 500 unit produk saniter per bulan. Sedangkan, setelah tahun 2005, hanya sekitar 150 unit per bulan yang bisa dijualnya.  

Tak hanya penjualan yang makin sedikit, ia mengakui  jumlah perajin saniter makin langka dan makin sulit ditemukan. Sebagian besar perajin yang dulu eksis telah beralih menjadi tukang bangunan. Ada pula perajin yang sudah tidak produktif lagi karena faktor usia.

Menurut Yuli, tidak semua orang bisa membuat produk saniter. Hanya orang yang  memiliki bakat seni ukir yang bisa membuatnya.

Keahlian membuat saniter ini diajarkan turun temurun sejak zaman nenek moyang warga Karangbesuki.  "Saniter itu produk kerajinan, membuatnya mirip seperti seni mengukir dan memahat. Hanya orang-orang tertentu yang bisa," ujarnya.        

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×