kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melipir ke tambak udang di Degayu, Pekalongan (1)


Selasa, 18 April 2017 / 21:00 WIB
Melipir ke tambak udang di Degayu, Pekalongan (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

Sudah menjadi rahasia umum bila budidaya udang vaname menghasilkan keuntungan yang cukup menjanjikan. Pasarnya pun masih sangat besar baik dalam maupun luar negeri. Tidak sedikit hasil panen udang vaname lokal digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor.

Makanya, tidak heran bila banyak petambak mulai beralih membudidayakan udang vaname. Seperti yang dilakukan para petambak di Kelurahan Degayu, Pekalongan Utara, Jawa Tengah.

Berawal dari bubidaya ikan nila dan bandeng, kini petambak di Kelurahan Degayu beralih membudidayakan udang vaname. Ada tiga kelompok pebudidaya udang dan beberapa petambak mandiri di lokasi ini.

Untuk mencapai lokasi ini, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Kota Pekalongan. Bila menggunakan kendaraan  sendiri dapat mengambil arah Pantai Slamaran yang berada di area Utara Pekalongan. Sebagai catatan, lokasi sering terjadi banjir rob.

Saat KONTAN mengunjungi sentra ini pada Jumat (17/4), lokasi tambak yang berada di belakang  area pemukiman warga ini cukup lebar. Jumlahnya ada sekitar puluhan tambak. Sayangnya, tidak jauh dari area tersebut terdapat tempat pembuangan sampah (TPS) yang cukup mengganggu pemandangan dan menimbulkan bau tidak sedap dikala hujan.

Saat itu, belum semua tambak dipenuhi dengan bibit udang, sebagian masih dalam proses pembersihan karena baru selesai panen. Para pekerja pun tampak sibuk mengecek saluran air dan memberikan pakan ke bibit udang yang sudah disebar di tambak.

Gufron, salah satu petambak menuturkan, Kelurahan Degayu sebelumnya dikenal sebagai pusat pertanian padi. Karena lokasinya yang dekat pantai utara, lahan pertanian warga sering terkena banjir rob air laut.

Sekitar tahun 2000-an, lahan pertanian warga sempat mangkrak karena rusak akibat rob. Akhirnya, di tahun 2005, pemerintah daerah setempat berinisiatif untuk mengubah lahan pertanian itu menjadi tambak yang diisi dengan benih ikan bandeng dan nila.

"Saat itu, kami sendiri yang mengelola tambak dan syukur cukup menghasilkan, lahannya bisa dimanfaatkan lagi," katanya pada KONTAN, Jumat (7/4).

Seluruh hasil panennya pun dijual kepada para tengkulak. Karena hasil tak lagi menjanjikan, sekitar tahun 2012 lalu lokasi tersebut diubah menjadi tambak udang. Alasannya, hasil panen lebih menjanjikan. Dalam mengembangkan usaha ini, kebanyakan dari mereka bekerjasama dengan para investor.

Berbeda dengan Munadi yang juga petambak udang, dia memilih untuk menggarap lahannya sendiri karena ingin mengantongi untung lebih besar sejak 1,5 tahun yang lalu. Sebelumnya, dia membudidayakan ikan bandeng dan nila di lahan seluas dua hektare.

Ia memilih meminjam modal ke bank untuk modal budidaya udang vaname. Munadi mengaku, hasil  panen udang vaname lumayan besar.  Sekali panen dia bisa dapat 3-4 kuintal udang dengan nilai puluhan juta. Hasil panen ini sebagian dipakai buat menutup utangnya ke bank. Ia mengaku, cara ini lebih menguntungkan ketimbang kerja sama dengan investor. 

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×