kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melongok sentra produksi sandal di Bogor (1)


Kamis, 08 Oktober 2015 / 14:20 WIB
Melongok sentra produksi sandal di Bogor (1)


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Di Desa Pasir Eurih Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ada sebuah sentra kerajinan sandal dan sepatu. Di sini, hampir sebagian besar warganya menekuni usaha pembuatan sandal dan sepatu.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat yang cukup banyak memiliki industri rumahan. Salah satunya adalah kerajinan sandal dan sepatu di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari.

Di desa itu, hampir sebagian warganya menjadi perajin sandal dan sepatu sejak puluhan tahun lalu. Mereka memanfaatkan tempat tinggal mereka sebagai tempat produksi.

Dari stasiun kereta api Bogor, jarak tempuh menuju desa ini hanya sekitar 45 menit. Setelah tiba di desa Pasir Eurih, Anda sudah bisa melihat suasana sebuah sentra kerajinan sandal dan sepatu. Sejumlah aktivitas produksi yang dilakukan para perajin sudah terekam jelas dari luar rumah. Mereka memanfaatkan pekarangan depan rumah untuk proses produksi sandal dan sepatu.

Salah satu perajin di desa ini adalah Ujang Itang. Pria berusia 47 tahun ini sudah menekuni usaha kerajinan alas kaki wanita sejak 1990.

Saat KONTAN menyambangi tempat ini, Itang menempelkan logo sandal di ruang tamunya berukuran 5 meter (m) x 7 m. Sebagian besar aktivitas produksi sandal dilakukan Itang di sebelah kiri rumahnya.

Tempat produksinya terbilang sederhana. Untuk melindungi dari panas terik matahari dan dinginnya udara malam, Itang menutupi tempat produksi usahanya dari terpal plastik. Di ruang produksi itu, ada dua pria yang membantu Itang dalam menjahit, membuat pola dan memasang fiber pada sandal.

Sementara ruang keluarga dimanfaatkan ayah delapan orang anak ini untuk menyimpan sandal yang sudah siap diangkut oleh pemesan, atau yang biasa disebut perajin dengan istilah “bos”.

Bersama dua karyawannya itu, Itang mampu memproduksi 25 kodi sandal per pekan. Satu kodi berisi 20 pasang sandal. "Dalam sebulan bisa menghasilkan 100 kodi sandal," kata Itang.

Itang membanderol sandal hasil produksinya Rp 400.000-Rp 500.000 per kodi. Jika sandal hasil produksinya bisa terjual habis, Itang bisa meraup omzet Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per bulan.

Perajin sandal lainnya di Desa Pasir Eurih adalah Abdul Rahmat. Pria berusia 55 tahun ini sudah menekuni usaha pembuatan sandal sejak 1976. Abdul juga memanfaatkan rumahnya untuk produksi sandal.

Tapi, karena hanya dibantu sang istri, Abdul tidak merancang pola, menjahit dan membuat tali sandal. Ia hanya dapat order dari 'bos' untuk mengelem fiber, memasang karet sol dengan tali, dan finishing berupa pembersihan dan membungkus sandal dalam plastik.

Untuk pekerjaan itu, ia dapat upah Rp 10.000 per kodi. Dalam sehari, Abdul mengaku bisa menghasilkan 5 kodi sepatu. Jadi, dalam sehari, Abdul menerima upah Rp 50.000. Karena itu, omzet usahanya hanya sekitar Rp 1,5 juta per bulan.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×