kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Melukis cuan dari kaleng-kaleng bekas


Kamis, 07 Agustus 2014 / 15:05 WIB
Melukis cuan dari kaleng-kaleng bekas


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Para pelaku usaha di industri kreatif, rasanya tidak pernah kehabisan ide untuk menciptakan produk unik yang bernilai jual, namun juga tetap ramah lingkungan. Banyak barang-barang di sekitar lingkungan kita yang sudah tidak terpakai, lewat kreasi tangan-tangan para perajin, bisa menjadi produk yang unik. Salah satu barang tak terpakai yang bisa digunakan sebagai kerajinan adalah kaleng bekas.

Lewat tangan Rosi Haryanti, kaleng-kaleng bekas dia gunakan sebagai media untuk melukis emboss. Ini merupakan proses melukis dengan menciptakan gambar yang timbul. Dia sudah menggeluti bidang lukis emboss sejak tahun 2010. Setahun kemudian, dia mulai berinovasi melukis menggunakan kaleng bekas. "Sebenarnya menggunakan kaleng bekas ini hasil coba-coba untuk membuat inovasi produk daur ulang," katanya pada KONTAN.

Proses pembuatan lukisan ini terbilang cukup rumit. Karena cat yang masih menempel di kaleng bekas harus dibersihkan terlebih dulu. Untuk membersihkannya dengan menggunakan pisau cutter. Setelah itu, kaleng diamplas hingga mulus, barulah kaleng siap dijadikan media lukis.

Sehari Rosi hanya mampu memproduksi sekitar satu sampai dua lukisan. Proses paling lama dalam membuat lukisan emboss ini adalah tahap ketok. "Harus diketok satu-satu jadi gambarnya bisa timbul," jelasnya.

Untuk mendapatkan kaleng-kaleng bekas tersebut, Rosi mendapatkannya dari pemasok langganannya. Kebanyakan hasil lukisan Rosi bertema ikon kota Jakarta seperti patung selamat datang, tugu tani, dan Monumen Nasional (Monas). Tujuannya adalah untuk menjadikan lukisan ini menjadi salah satu pilihan untuk oleh-oleh khas Jakarta.

Selain untuk suvenir khas kota Jakarta, Rosi juga menerima pesanan dari para pelanggan berupa lukisan customized. Misalnya, untuk ikon komunitas-komunitas, lukisan dengan menambahkan nama pemiliknya dan lainnya.

Rosi membanderol harga lukisan sekitar Rp 150.000 per unit. Lantaran tenaga kerja terbatas, Rosi hingga kini belum bisa memproduksi lukisan emboss ini secara massal. Lewat kreasi lukisan emboss ini, rata-rata dia mampu mengantongi omzet Rp 8 juta-Rp 9 juta saban bulan. “Keuntungannya lumayan lah, sudah bisa balik modal,” katanya.

Saat ini konsumennya kebanyakan berasal dari berbagai komunitas yang ingin dibuatkan ikon seperti komunitas vespa, komunitas tari dan lainnya.
Ke depannya, Rosi berencana ingin memproduksi lukisan emboss lebih banyak dari saat ini. Untuk itu, saat ini dia masih terus mempersiapkan tenaga kerja dengan mengajarkan teknik melukis emboss. “Proses belajarnya memang butuh lama, butuh kejelian dan kesabaran,” katanya.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×