kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membidik laba dari riuh penonton show televisi


Senin, 18 Maret 2013 / 15:40 WIB
Membidik laba dari riuh penonton show televisi
ILUSTRASI. Ilustrasi harga emas siang ini di Pegadaian, Senin 25 Oktober 2021. ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.


Reporter: Melati Amaya Dori | Editor: Tri Adi

Program acara yang digarap stasiun televisi sendiri, sering membutuhkan penonton dalam jumlah banyak. Acara in house yang semakin marak pun mendatangkan peluang bagi jasa koordinator untuk mendatangkan penonton yang kompak.

Industri hiburan tumbuh subur di negeri ini. Tak terkecuali, hiburan yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi. Tak heran, para pengelola stasiun televisi ini berlomba-lomba menyuguhkan acara yang menarik untuk menyedot perhatian penonton.

Bukan hanya membeli program dari rumah produksi, kini makin banyak stasiun televisi yang menggarap sendiri program acaranya (in house). Seperti, acara kuis, pentas musik, lawak, talkshow, hingga acara debat. Acara-acara ini pun akan terlihat semakin hidup dan meriah dengan kehadiran penonton yang berlimpah, baik di dalam atau luar ruangan.

Hanya, bukan perkara yang mudah bagi stasiun televisi untuk mendatangkan banyak penonton. Inilah yang memunculkan peluang baru bagi jasa penyedia penonton untuk menyemarakkan acara televisi tersebut.  Jasa ini sering disebut juga agen penonton atau koordinator penonton.

Lantaran sebagian besar stasiun televisi ada di Jakarta, boleh dibilang, peluang jasa ini masih terbatas di Ibu kota. Tapi, tak tertutup kemungkinan juga, jika penggagas acara melakukan road show ke luar kota.  Alhasil, muncul kebutuhan penonton di kota-kota yang menjadi tujuan roadshow.

Meski begitu, pemain usaha ini bisa mendulang laba yang cukup besar lantaran stasiun televisi itu seringkali meminta jumlah penonton yang cukup banyak. Dalam satu program acara, rata-rata penonton yang dibutuhkan berkisar dari 100 orang hingga 200 orang. Bahkan, ada kalanya, penggelar acara meminta pasokan penonton hingga 400 orang.

Nia, pendiri Nia Agency, salah satu perusahaan agen penonton, menuturkan, dalam sehari agennya bisa mengirim minimal 1.000 penonton. Jumlah itu merupakan akumulasi dari berbagai acara televisi.

Maklum, untuk agen-agen penonton pemain lama, biasanya mereka sudah mempunyai pelanggan. Dalam sehari, mereka bisa mengisi hingga tiga program acara televisi. Tak heran, dalam sebulan, agen  penonton itu bisa mendulang omzet antara Rp 500 juta hingga Rp 700 juta.

Margin usaha ini tentu sangat bergantung pada jumlah penonton yang dikirimkan ke stasiun televisi. Besar keuntungan berkisar 20% hingga 30%.

Eli Suhary, pemilik Eli Agensi, perusahaan koordinator  penonton yang lain, berbisik, bisa memperoleh untung antara Rp 50 juta hingga Rp 70 juta per bulan. “Usaha ini masih menarik dan terbuka luas, karena pemainnya belum banyak,” jelasnya. Apakah Anda tertarik?

Untuk memulai usaha ini, Anda harus menyiapkan modal lumayan besar. Tiga tahun lalu, saat memulai usaha ini, Nia merogoh kocek Rp 200 juta. Duit itu disiapkan sebagai dana talangan honor yang dibayarkan untuk para penonton.

Maklum, stasiun televisi biasanya melunasi honor penonton acaranya antara seminggu hingga sebulan setelah acara ditayangkan atau direkam. Itu berarti, pembayaran honor ke penonton tak mungkin dilakukan saat stasiun televisi mencairkan honor penonton.

Nah, bagi pemula yang memiliki keterbatasan modal, Nia memberi saran, agar memilih program acara yang bersedia membayar honor penonton secara langsung. Atau, bisa juga dengan mencari program acara yang tak membutuhkan lebih banyak penonton, supaya beban modal tak terlalu berat.


Talent inti

Usaha agensi penonton ini pada dasarnya tak membutuhkan keahlian khusus. Siapa saja bisa memulai dan mengerjakannya. Namun, seiring berjalannya waktu, kualitas agensi penonton bisa dilihat dari kuantitas dan kualitas penonton yang dibawa sang agen.

Untuk kuantitas, sudah pasti, jumlah penonton yang disediakan sesuai dengan keinginan produser program stasiun televisi itu. “Jika mereka meminta 100 orang, ya, kami harus bisa mendatangkan orang sebanyak itu. Tidak lebih dan tidak kurang,” terang Eli.

Adapun  kualitas penonton, yang dimaksud adalah penonton yang disiplin, hadir tepat waktu, serta bisa mengikuti alur yang diinginkan produser acara. “Jika mereka minta penonton yang meriah, maka saya harus membawakan penonton yang meriah. Jika harus membawa penonton yang jaim atau berpakaian resmi, ya, harus saya turuti,” jelas Nia. Kedisiplinan waktu biasanya berhubungan dengan acara yang disiarkan secara langsung, yang sangat ketat dengan durasi.

Koordinator juga harus mengawal para penonton hingga saat syuting berlangsung. Maklum, mereka pun harus membantu mengatur alur penonton supaya ramai, kompak bertepuk tangan, tertawa, hingga menjaga citra. “Saya kadang-kadang merangkap sebagai floor director, supaya penonton yang saya bawa bisa memuaskan pemilik acara. Karena, riuh rendah penonton ikut mempengaruhi acara dan penampilan si artis,” papar Nia.

Elly juga melontarkan pendapat senada. Jika satu program televisi atau satu talent non-drama, atau bagian yang berhubungan dengan agensi penonton sudah cocok dengan suatu agensi penonton, bisa dipastikan agensi itu tak akan kekurangan permintaan.

Rajin memberikan pengarahan (brifing) kepada penonton sebelum masuk syuting menjadi cara untuk mendongkrak kedisiplinan mereka. Begitu juga, koordinator harus ikut briefing dengan bagian produksi di suatu acara. Oh, iya, untuk memudahkan pekerjaan, ada baiknya koordinator juga memiliki penonton inti atau penonton tetap yang sudah pasti keikutsertaan ketika ada order. “Saya punya sekitar 100 hingga 150 orang talent inti. Mereka sudah terbiasa ikut syuting dan paham kemauan produser,” ujar Eli.

Seperti halnya Eli, Nia juga memiliki talent inti berjumlah 100 orang. “Saya dan talent inti saling membutuhkan. Talent inti akan senang dan setia dengan agensi kita kalau kita bisa berikan job setidaknya setiap hari. Dan saya akan menggunakan talent inti itu terus, jika talent inti mengerti keinginan kami,” jelas Nia.

Talent ini penting pula bagi agensi. Karena, mereka jugalah yang sering ditugaskan oleh agensi penonton untuk mencari massa penonton. Biasanya, para agensi penonton menghubungi mereka untuk membawa beberapa teman mereka sebagai tambahan penonton.

Talent inti para agensi penonton ini juga cukup beragam, mulai dari remaja, dewasa muda, hingga ibu-ibu rumahtangga. Namun, talent inti yang dimiliki Nia dan Eli saat ini, sebagian besar, adalah anak muda yang memang mengandalkan mata pencaharian sebagai talent inti di agensi penonton ini.

Jika sudah memahami cara mengatur dan menyiasati kualitas dan kuantitas penonton, maka trik berikutnya adalah menjalin relasi yang baik dengan bagian produksi stasiun televisi. Asal tahu saja, agensi penonton paling sering berhubungan dengan bagian talent non-drama.

Eli dan Nia pun mengawali usaha ini dengan menjaga relasi yang baik dengan bagian produksi televisi. Maklum, mereka dulu adalah penonton bayaran. Seiring berjalannya waktu, lantaran sering berurusan dengan bagian produksi acara televisi tersebut dan memahami seluk-beluk bisnis agensi penonton, mereka memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri.

Nah, jika kepercayaan dari bagian produksi suatu acara televisi sudah diperoleh, orderan bakal terus berdatangan. Saat ini, Nia menjadi pemasok penonton di enam stasiun televisi, yakni MNC TV, Global TV, Trans TV, RCTI, Trans 7, Kompas TV. “Di enam stasiun televisi itu, saya rata-rata menyiapkan penonton untuk dua cara dalam satu hari,” kata Nia. Berbagai acara pun menjadi andalannya, seperti Show Imah, Ranking Satu, Intermezzo, Konser Cinta, dan Cari Cinta.

Namun, yang perlu diingat, jika Anda memulai usaha ini benar-benar dari nol, butuh kerja keras untuk menembus relasi dengan para karyawan televisi yang mengurus program non-drama. Oleh karena itu, ketika datang kesempatan pertama, pastikan tim Anda bisa bersifat profesional.

Bila permintaan sudah rutin dan banyak, mencari orang untuk menjadi ‘penonton bayaran’ ini tidaklah sulit, karena jika kita bisa menawarkan jadwal syuting sepanjang minggu, ada saja orang yang datang menawarkan diri untuk menjadi penonton bayaran.

Dari stasiun televisi, penonton ini mendapat bayaran antara Rp 30.000 hingga Rp 50.000 per acara, per kedatangan. Agensi akan mengutip Rp 5.000 per orang. “Bisa ambil lebih, hingga Rp 10.000 atau Rp 15.000, tapi itu jarang terjadi. Fee sebesar bisa diambil jika ada permintaan penonton dengan bayaran Rp 50.000–Rp 100.000 per orang,” kata Eli.

Biasanya, stasiun televisi memberikan bayaran besar jika menginginkan kriteria khusus untuk penonton yang dibutuhkan. Misalnya, cantik, tampan, atau berpenampilan menarik. “Tapi, yang diminta tak banyak, hanya sekitar 20 sampai 50 orang saja,” tambah Eli.

Untuk memulai usaha ini, ada baiknya pula Anda mempekerjakan karyawan. Contohnya, saat pertama kali berdiri, Nia dibantu oleh tiga orang yang bekerja sebagai koordinator lapangan (korlap) absen dan koordinator lapangan penonton. Tugas mereka masih merangkap, menjadi koordinator yang mencari penonton dan membantu Nia saat syuting.

Setelah usahanya berusia empat tahun, Nia memiliki tiga orang korlap absen, lima orang korlap penonton, dan 100 orang talent inti. “Dulu talent inti saya tidak langsung seratus. Awal-awal sekitar 30–50 orang saja dan didapat dari warga sekitar tempat tinggal saya dan para korlap,” ujar dia.

Nah, kini siapa yang tertarik jadi juragan penonton?    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×