kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Membutuhkan air yang cukup dan lahan gembur (2)


Rabu, 22 Oktober 2014 / 15:38 WIB
Membutuhkan air yang cukup dan lahan gembur (2)


Reporter: Cindy Silviana Sukma, Izzatul Mazidah | Editor: Havid Vebri

Cara membudidayakan tanaman paria atau pare ternyata tidak terlalu sulit. Sebab, tanaman sayuran buah ini mempunyai daya adaptasi tumbuh yang cukup tinggi. Pare dapat menyesuaikan diri terhadap iklim yang berlainan.

Namun, tanaman ini tetap membutuhkan drainase tanah yang baik, juga tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organik. Adi Wibowo, budidaya tanaman pare dari Lampung mengatakan, untuk mulai menanam pare mula-mula tanah harus dibersihkan dari tanaman lain dan digemburkan, minimal 10 hari sebelum tanam.

Lalu membuat guludan atau tumpukan tanah yang dibuat memanjang, dengan ukuran lebar 150 sentimeter (cm)−250 cm dan panjang yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. Antar guludan dibuat parit dengan lebar 75 cm dan kedalaman 30 cm.

Dia menyarankan arah pembuatan guludan sebaiknya membujur dari utara ke selatan agar tanaman mendapat sinar matahari langsung dan penuh untuk proses fotosintesa.
Kalau penanaman dilakukan pada musim penghujan, lebih baik benih langsung di tanam.

Sedangkan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau sebaiknya benih telah melewati proses penyemaian terlebih dahulu. Adi membutuhkan 30 pak-40 pak bibit seharga Rp 17.000 per pak untuk lahan seluas seperempat hektare (ha). Untuk biaya perawatan, biasanya dia mengeluarkan dana sekitar Rp 560.000 per bulan.

Adapun Edy Soeratmo, pembudidaya pare asal Purwokerto mengingatkan untuk menjaga tanah lahan tidak boleh kering atau kekurangan air. Apabila tanaman pare terserang hama dan penyakit, dia menyarankan untuk segera menyemprot dengan pestisida. "Penyemprotan biasanya dilakukan seminggu sekali, untuk mencegah hama," papar Edy.

Lahan juga harus disiangi secara berkala dengan memisahkan semua jenis tanaman seperti rumput-rumputan, gulma, dan tanaman lain yang tumbuh di lahan. Edy juga kerap memangkas batang tanaman jika tumbuh terlalu tinggi. Maklum, tinggi ideal tanaman pare adalah sekitar 2 m-3 meter. Setelah tanaman berumur tiga minggu, Edy pun melakukan pemupukan.  

Dalam jangka waktu 60 hari−75 hari, Edy sudah bisa memetik biji pare untuk panen pertama. Sekali panen, ia bisa mendapatkan sekitar 8 kg−10 kg biji pare. Selanjutnya, panen bisa dilakukan beberapa kali selama 5 bulan−6 bulan apabila dirawat dengan baik.

Namun, Adi mengeluhkan kenaikan harga pestisida dan pupuk yang mencapai 40% cukup memberatkan petani. Apalagi, petani pare lokal harus bersaing dengan gempuran pare impor yang harganya lebih murah.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×