kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memetik hasil berkebun mangga jumbo kio jay


Jumat, 02 Februari 2018 / 11:05 WIB
Memetik hasil berkebun mangga jumbo kio jay
ILUSTRASI.


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Pohon mangga menjadi salah satu jenis pohon yang banyak ditanam di halaman rumah. Para pehobi juga menyukai menanam pohon ini di lahan mereka. Karakter pohonnya yang cukup rindang bisa menjadi peneduh bagi  tanaman lainnya atau memang peneduh halaman rumah. Selain itu, buahnya yang dapat dikonsumsi menjadi daya tarik lainnya.

Jenis mangga yang kini sedang naik daun adalah mangga kio jay. Berasal dari Thailand, buah mangga ini tampak lebih besar dari mangga lokal. Berat satu buah saja bisa mencapai 1,5-2 kilogram (kg). Rasa dagingnya manis, teksturnya lembut tanpa serat, bijinya tipis dan berdaging buah tebal.

William Soejokto, pembudidaya asal Jakarta menilai potensi bisnis mangga kio jay masih sangat besar. Apalagi bila dikembangkan untuk sektor pertanian, karena sampai sekarang belum ada petani yang mencobanya mangga jenis ini.

Sekadar info, dia mulai membudidayakan mangga asal negeri gajah putih ini sekitar empat tahun lalu dengan membeli bibit dari seorang temannya. Kini dia mempunyai sekitar 60 pohon induk dan ratusan bibit yang berusia tiga hingga empat bulan.

William menyatakan, permintaan sampai sekarang masih tetap tinggi. Dalam sebulan, dia pun bisa mengirim ribuan bibit ke lahan pembelinya.  

Pembudidaya yang mempunyai lahan di Jakarta Barat ini mematok harga jual bibit kio jay mulai dari Rp 50.000 untuk ukuran polybag 25 cm, Rp 75.000 untuk polybag berdiameter 35 cm, dan Rp 600.000 untuk pohon setinggi 2,5 meter dengan diameter batang 5-6 m.

Konsumennya merata dari Sabang hingga Merauke. Untuk pengirimannya, dia menggunakan jasa logistik udara, laut, dan darat.

Pembudidaya lainnya adalah Hasan Mustofa asal Majalengka, Jawa Barat. Dia mengatakan, meski sedang naik daun, penggemar tanaman ini masih terbatas pada perseorangan. "Saya rasa petani enggan menanam mangga jenis karena belum ada pengepul yang mau menampung hasil panennya," katanya.

Padahal saat mengetahui rasa buahnya yang enak dan ukurannya yang jumbo, siapa pun yang melihatnya pasti akan mau beli. Alhasil, dalam sebulan dia hanya dapat menjual sekitar ratusan bibit pohon untuk wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bogor, Lampung, dan Bengkulu.

Harganya pun dipatok mulai dari Rp 50.000-Rp 100.000 per polybag pohon tiga sampai empat bulan, Rp 2,5 juta untuk pohon setinggi satu meter dengan kondisi rindang alias banyak daun.

Saat ini dia memiliki sekitar 10 induk yang dikembangkan di area perkebunan Majalengka, Jawa Barat.          

Pembibitan paling cepat dengan teknik sambung susu

Terletak di bentangan bumi dengan iklim tropis, membuat lahan pertanian di  wilayah Indonesia lebih beruntung. Dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun, lahan negeri ini cocok sebagai lokasi pembudidayaan beragam tanaman. Salah satunya, mangga kio jay asal Thailand.

Meski bukan merupakan tanaman asli dari Indonesia, pohon mangga ini sangat cocok untuk dibudidayakan di sini. Hasil buahnya pun bisa maksimal seperti ditempat asalnya.

William Soejokto, pembudidaya asal Jakarta pun menambahkan bila tanaman ini cukup tahan penyakit. Hanya saja, saat musim hujan tiba, kutu putih menjadi masalah utama.

Hama ini dapat diusir dengan menggunakan obat semprot kimia atau organik yang terbuat dari cabai. Selain itu, lalat buah juga akan datang menyerang menjelang musim panen. Maka untuk melindungi buah agar tetap tumbuh bagus, sebaiknya dibungkus dengan plastik atau kertas.

Untuk pembibitan kio jay,  William menggunakan cara sambung susu. Alasannya, dengan teknik ini bibit lebih cepat siap untuk dijual bila dibandingkan dengan sambung pucuk yang harus menunggu hingga berusia tiga bulan. "Kalau sambung susu dalam 1,5 bulan saja sudah siap. Namun, memang sih jumlah bibit yang dihasilkan tidak bisa sebanyak sambung pucuk atau tempel mata," jelasnya kepada KONTAN, Senin (8/1).

Untuk media tanamnya, dapat menggunakan tanah gembur yang dicampur sekam. Penyiramannya pun cukup dilakukan sehari satu kali atau saat tanah sudah terlihat kering.

William menambahkan, pohon mangga ini sudah bisa berbuah saat berumur 1,5 tahun–2 tahun. Dia menyarankan untuk memanen buah sebelum masak pohon alias kurang dua atau tiga hari. Setelah itu, dibiarkan saja di atas meja atau tempat penyimpanan lainnya, supaya daging mangga tidak benyek saat dimakan.

Hasan Mustofa, pembudidaya lainnya asal Majalengka, Jawa Barat mengatakan bila tanaman ini perlu di pangkas secara berkala karena karakter pohonnya yang rimbun. Apalagi, saat musim hujan tiba. Karena bila dibiarkan, dapat mengundang kutu putih.

Berbeda dengan sebelumnya, dia mengembangbiakkan tanaman mangga ini dengan cara okulasi. Caranya dengan menggunakan batang mangga segala varietas untuk bagian bawah kemudian disambung dengan batang mangga kio jay sebesar sedotan.

Untuk perawatannya, cukup disiram sehari sekali dan pemupukan setahun sekali menggunakan pupuk organik atau pupuk yang berasal dari kotoran kambing. Sedangkan, untuk perawatan daun dan buah, dapat menggunakan campuran pupuk organik dan kimia yang diberikan dua kali sebulan.

Hasan mengingatkan bila waktunya pohon berbuah, ada baiknya dibungkus menggunakan plastik. Tujuannya, untuk menjauhkannya dari serangan hama lalat buah, wereng, atau serangga pohon lainnya.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×