kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,94   -29,79   -3.09%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memetik jeruk jumbo di Sulawesi Selatan (1)


Kamis, 28 Agustus 2014 / 14:45 WIB
Memetik jeruk jumbo di Sulawesi Selatan (1)
ILUSTRASI. Catat! Inilah Sederet Gejala Kencing Batu yang Perlu Diwaspadai


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

Sulawesi Selatan banyak menyimpan sumber daya perikanan dan pertanian yang besar. Tidak hanya itu, beberapa daerah di sini juga menjadi sentra penghasil buah-buahan. Salah satunya adalah sentra budidaya jeruk pamelo di Kabupaten Pangkajene Kepulauan atau disingkat Pangkep.

Di kabupaten ini ada tiga kecamatan yang menjadi sentra produksi jeruk pamelo yakni kecamatan Marang, Sigeri dan Labakkang.
Letak sentra ini cukup strategis, sebab daerah ini menjadi jalan lintas dari Kabupaten Maros menuju kabupaten lain seperti Barru, Pare-Pare dan Majo. Sentra ini bisa ditempuh sekitar 1,5 jam dengan kendaraan dari kota Makassar.

KONTAN sempat menyambangi salah satu sentra budidaya jeruk pamelo ini yang berada di desa Padang Lampe, Kecamatan Marang. Di sana tampak lebih dari 50 kios yang menjual jeruk pamelo berjajar di pinggir jalan. Tiap kios menyajikan jeruk pamelo yang tersusun rapi. Jeruk pamelo atau biasa disebut jeruk Bali ini memiliki ukuran yang besar, beratnya sekitar 1 kilogram (kg)−2,5 kg per buah.

Jeruk pamelo telah dibudidayakan secara turun temurun, sehingga tidak sedikit masyarakat setempat menjadikannya sebagai mata pencaharian. Saat musim panen tiba, kawasan ini otomatis juga menjelma sebagai tempat wisata. Sebab, pengunjung bisa menikmati jeruk pamelo sepuasnya dengan harga terjangkau.

Andi Arief, salah satu penjual sekaligus petani jeruk pamelo di sentra ini mengatakan, telah membudidayakan jeruk pamelo lebih dari 20 tahun silam.
Dia bilang, dulu pembudidaya jeruk pamelo di kawasan tersebut belum sebanyak sekarang. Tapi, lama-kelamaan pembudidayaan jeruk ini makin berkembang sehingga makin banyak masyarakat yang tertarik menjadi petani jeruk.

Andi membudidayakan dua jenis jeruk pamelo, yakni pamelo putih dan merah di lahan seluas 60 are (6.000 meter persegi). Ia bilang, jeruk pamelo merupakan tanaman musiman. “Dalam setahun, panen raya sebanyak  dua kali yakni sekitar April dan Oktober,” kata dia.

Pada saat panen raya, Andi menjual hasil produksinya ke pengumpul dengan harga Rp 2.500 per buah. Para pengumpul biasanya membawa hasil panen ke Jakarta dan daerah Jawa lainnya.

Selain itu, Andi juga menjual hasil produksinya di kios di pinggir jalan yang melewati Kecamatan Marang. “Kalau di kios, harga jual lebih mahal, sekitar Rp 5.000–Rp 15.000 per buah,” kata dia.

Andi mengaku sekali panen bisa meraup omzet sekitar Rp 20 juta. Sementara dari hasil penjualan di kios, ia hanya bisa mendapat omzet Rp 2 juta per bulan.
Sementara, Fatimah, pedagang lainnya, tidak membudidayakan sendiri jeruk yang ia jual. Jeruk tersebut ia beli dari petani. Dalam sebulan, ia bilang bisa medapatkan omzet sekitar Rp 2,5 juta- Rp 3 juta.    n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet Using Psychology-Based Sales Tactic to Increase Omzet

[X]
×