kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Memetik peluang teh dan kopi bumi priangan


Minggu, 20 Mei 2018 / 11:05 WIB
Memetik peluang teh dan kopi bumi priangan


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Mungkin sudah banyak yang mengetahui bahwa Jawa Barat memiliki dua komoditas unggulan dari perkebunan. Yakni, teh dan kopi. Hamparan perkebunan teh dan kopi ini terlihat di berbagai kawasan perbukitan, seperti Garut, Sukabumi dan Bandung Barat.

"Di Jawa Barat atas banyak perkebunan teh, kualitas tehnya juga bagus. Bahkan, kebanyakan hasil daun tehnya untuk diekspor," kata Evi Amalia, Manajer Marketing sekaligus adik pemilik Arafa Tea asal Bandung, Jawa Barat.

Bisnis perkebunan dan olahan teh yang dikelola oleh keluarga Evi Amalia ini berdiri sejak tahun 2007. Arafa Tea memproduksi aneka olahan teh, seperti daun teh premium dalam kemasan berupa green tea, oolong tea, black tea dan white tea. Ada pula olahan lain seperti bubuk green tea (matcha), cokelat green tea, rice cracker green tea, kopi rice cracker, masker teh hijau, sabun teh hijau dan lotion teh hijau.

Evi menjelaskan harga daun teh premium dalam kemasan berbeda-beda. Harga green tea steamed senilai Rp 100.000 per 100 gram, green tea panfired Rp 65.000 per 100 gram, black tea Rp 50.000 per 100 gram, oolong tea seharga Rp 65.000 per 150 gram dan white tea Rp 125.000 per 30 gram.  

"Kalau di Indonesia, produk kami sudah sampai ke Jabodetabek, Surabaya, Jogja, Solo, Makassar, Bali, Medan sampai Papua. Reseller kami juga sudah sampai luar negeri, di Malaysia dan Singapura. Sering juga ada pesanan dari Arab Saudi, Timur Tengah, Australia, Korea dan Amerika," jelas Evi.

Ia mendapatkan bahan baku teh dari perkebunan teh di Ciwidey, Garut, Sukabumi dan Bandung Barat. "Sumber teh kami di lima titik, di Garut dua perkebunan. Kami kerjasama dengan gabungan kelompok tani," kata Evi.

Tak hanya komoditas teh yang menjadi unggulan, kopi asal Jawa Barat atau yang dikenal Java Preanger juga sedang naik daun. Ahmad NF, pemilik Penyoe Kakopi mengatakan,  saat ini kopi asal Jawa Barat banyak dicari oleh para pengusaha kedai kopi.

"Kalau jenis espresso, kopi Gayo Aceh memang lebih unggul, tapi kalau untuk yang manual brew, kebanyakan Java Preanger. Kopi asal Jawa Barat menang di pasar olahan manual brew," tuturnya. Ahmad menjelaskan jika kopi Java Preanger merupakan sebutan untuk kumpulan jenis kopi asal Jawa Barat. Produk Penyoe Kakopi sendiri banyak mengolah kopi asal Garut.

Harga kopi garutan green bean sekitar Rp 80.000-Rp 150.000 per kilogram. Untuk roasted bean seharga Rp 40.000-Rp 450.000, tergantung dari berat dan jenis pengolahan kopi.

Penyoe Kakopi berdiri sejak dua tahun lalu. "Kini, kami jadi pemasok bahan baku biji kopi untuk beberapa kedai kopi di Bandung, Suarabaya dan Jabodetabek," kata Ahmad. Ia mengatakan kopi garutan saat ini merupakan salah satu kopi favorit dari Java Preanger.         

Teh dan kopi butuh inovasi dalam pengolahan produk

Dulu, para pengusaha kopi dan teh, hanya mengemas produk mereka seadanya. Seperti dituturkan Evi Amalia, Manager Marketing Arafa Tea. "Kami bikin produk bubuk teh premium dalam kemasan karena awalnya punya kebun teh sendiri. Dulunya produk kami ya hanya dibungkus biasa, belum seperti sekarang dikemas pakai kaleng dan ada brand Arafa Tea," jelasnya.  

Produk Arafa Tea pun terus berkembang. Jika semula hanya ada produk bubuk teh, kini ada cokelat,  rice cracker dan coffee, serta produk kecantikan berupa masker, body lotion dan sabun. Evi bilang, inovasi produk tersebut terus dilakukan agar bisnis milik keluarganya tak meredup, seperti kebanyakan bisnis perkebunan teh. "Harus terus inovasi, biar masyarakat tahu kalau teh bisa diolah menjadi beragam produk yang  bermanfaat," katanya.

Selain menciptakan berbagai inovasi produk dalam kemasan, Arafa Tea juga membuka paket wisata edukasi. Dalam paket tersebut, pengunjung akan diajak keliling kebun teh sekaligus terlibat dalam pengolahan teh menjadi berbagai produk. "Kalau ada kunjungan ke workshop, biasanya kami sediakan makanan serba greentea, seperti pepes greentea dan nasi hijau. Kalau anak-anak biasanya membuat cokelat atau kue," jelas Evi.

Paket wisata edukasi ini dibanderol  Rp 50.000 per anak. Sedangkan untuk  dewasa biasanya Rp 100.000 per orang.

Tak hanya Evi yang berinovasi dengan komoditas teh andalan keluarganya, Ahmad NF, pemilik Penyoe Kakopi juga berinovasi dengan varian kopinya. Ia mengakui jika komoditas kopi asal Jawa Barat yang akrab disebut Java Preanger memang baru dikenal  masyarakat Indonesia dan internasional. Meski begitu, bukan berarti Java Preanger tak punya kelebihan dari jenis kopi nusantara legendaris, seperti Aceh Gayo, Toraja, Bali Kintamani, Mandailing dan Flores Bajawa.

"Kopi Java Preanger harus mengejar pasar yang tidak disasar oleh Gayo. Tiap kopi punya pasar sendiri. Kopi Jawa Barat mainnya di manual brew, itu karakter kopinya bakal keluar," jelas Ahmad. Ia mengatakan, kopi Gayo diminum untuk menikmati kopi, sedangkan Java Preanger diminum untuk menikmati rasa kopi.

Ahmad kembali menjelaskan keunikan lain dari kopi Java Preanger, yaitu beberapa jenis sub kopi seperti kopi Garutan memiliki jenis yellow. Kopi jenis yellow ini merupakan favorit konsumen, keunikannya terletak pada waktu panen. Matangnya biji kopi yellow saat buahnya berwarna kuning.

"Yellow ini termasuk kopi langka karena masih jarang. Jadi kalau biasanya biji kopi matang yang sial dipetik warnanya merah atau red cherry, nah yellow ini warna matangnya kuning. Harga biji kopi yellow garutan yang roasted bean Rp 310.000 per kilogram," pungkas Ahmad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×