kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Memoles untung aksesoris kayu resin


Kamis, 21 Desember 2017 / 12:05 WIB
Memoles untung aksesoris kayu resin


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Sebagai bagian dari fesyen, aksesoris juga mengenal tren. Model dan gayanya pun terus berkembang. Tidak hanya desain yang kian unik dan cantik, namun juga bahan baku yang digunakan. Resin serta kayu, kini menjadi bahan baku yang sedang banyak digunakan oleh para artisan. 

Kedua bahan ini dikreasikan menjadi sebuah bentuk aksesoris nan menawan. Mulai dari liontin kalung, anting-anting dan cincin yang cantik. Desi Nofiandari Arifin, pemilik Mahabu Indonesia mengatakan, aksesoris ini telah lebih dulu tenar di Jepang, Turki dan negara-negara di Timur Tengah lainnya.  
 
Barulah, sekitar pertengahan tahun 2017. kalung kayu resin ini mulai meramaikan pasar aksesoris dalam negeri. "Puncak tren kalung ini akan terjadi tahun depan karena saat ini pasar masih dalam tahap pengenalan," katanya pada KONTAN, Senin (11/12).
 
Di dalam negeri, para artisan banyak menggunakan media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk media pengenalan. Konsumennya pun masih didominasi para remaja hingga orang dewasa dengan rentang usia 20-35 tahun. 
 
Perempuan yang akrab disapa Desi ini baru memulai usahanya pada Maret 2017 di Nusa Dua, Bali. Dalam sebulan total produksinya mencapai 200 pieces
 
"Seluruhnya selalu terjual habis bahkan untuk bulan ini (Desember) penjualan meningkat sekitar 50%," tambahnya. Desi menjual aksesoris ini mulai dari Rp 65.000 sampai Rp 210.000 per pieces. 
 
Kekuatan media sosial yang dapat diakses siapa saja, membuat jangkauan pasarnya cukup luas. Perempuan berambut panjang ini kerap mengirimkan produknya ke Kalimantan, Sumatra, dan Jawa. 
 
Artisan lainnya yang menjajal peruntungan bisnis ini adalah Bagus Setyawan. Ia mulai menjual aksesoris dengan merek Cleanmixs ini mulai April 2017. 
 
Laki-laki berkumis ini mengatakan, aksesoris dari bahan kayu dan resin  bakal terus digemari karena kian banyak orang mengenakan aksesoris untuk menyempurnakan penampilannya.  
 
Untuk saat ini saja, dia kerap kehabisan stok sehingga memasang sistem pre order (PO). Dalam sebulan, total produksinya sekitar 150 unit. Lainnya, dia juga menerima pesanan khusus alias custom model dari pelanggan.
 
"Khusus pesanan, proses pembuatannya sekitar lima hingga enam hari karena kami ingin menyajikan produk yang semirip mungkin dengan keinginan konsumen," jelasnya. 
 
Bagus menjual produknya mulai Rp 80.000-Rp 100.000 per pieces. Sayangnya, dia enggan menjelaskan porsi keuntungan bersih yang dikantonginya. 
 
Untuk mempromosikan dan menjaring konsumen produk aksesorinya, Bagus memakai media sosial. Kini, jangkauan konsumennya tidak hanya disekitar Pulau Jawa tapi sudah sampai ke Bali dan Kalimantan.    n
 

Tingginya ongkos kirim menjadi kendala masuk pasar ekspor

Lebih dulu naik daun di Jepang, Turki dan negara bagian Timur Tengah, tak membuat para artisan aksesori kayu resin kehilangan perhatian pasar mancanegara. Bagus Setyawan, artisan sekaligus pemilik Cleanmixs mengaku sempat mendapatkan konsumen dari Belgia, Belanda, Malaysia dan Singapura. Namun, hingga kini dia belum memenuhi permintaan itu lantaran kendala biaya pengiriman yang tinggi. 
 
Bagus menggunakan kayu sisa bahan furnitur untuk produknya. Dalam sebulan, rata-rata kebutuhan kayunya sekitar 15 kg. Jenis kayu yang dipakai mulai dari jati, sonokeling, nangka dan lainnya. "Sebenarnya kayu apapun cocok untuk dikolaborasikan dengan resin asalkan tidak mengandung getah," jelasnya.  
 
Artisan asal Blitar, Jawa Timur ini cukup agresif. Dalam 10 bulan dia bisa menghasilkan sekitar 30 desain baru.  
 
Kendala yang kerap dihadapinya adalah kesulitan membuka pasar baru. Maklum, sampai sekarang dia hanya mengandalkan media sosial sebagai media promosi serta ajang pameran internal di Institut Seni Indonesia Solo, Jawa Tengah. 
 
Laki-laki bertubuh jangkung ini bilang, persaingan bisnisnya masih belum ketat karena pemainnya masih sedikit. Meski begitu, dia tetap mempertahankan kualitas dan keindahan artistik pada produknya. 
 
Bahkan, dia juga memberikan garansi penggantian produk baru bila selama jangka waktu lima hingga enam bulan, aksesori rusak atau resin terlepas. 
 
Desi Nofiandari Arifin, artisan asal Nusa Dua, Bali sekaligus pemilik Mahabu Indonesia juga tak khawatir soal persaingan. Munculnya pemain baru justru membuat kreasi aksesori ini kian beragam. Pasar pun makin semarak. 
 
Meski begitu, Desi tetap getol menciptakan desain-desain baru. Idenya pun banyak terinspirasi dari tren perhiasan dunia serta hasil eksperimen bersama tim. Ada dua orang rekannya yang membantu pada tahap produksi. 
 
Berbeda dari kebanyakan, untuk bahan bakunya dia biasa menggunakan jenis kayu mahoni, pinus, dan mapel. "Awalnya kami pakai kayu limbah tapi kini kami beli batang pohon," katanya. 
 
Untuk menambah jenis koleksinya, kini Desi sedang dalam persiapan meluncurkan aksesori kayu resin dengan menggunakan kayu jenis mangrove. 
 
Sama dengan sebelumnya, Desi pun sempat kedatangan pelanggan asal India, Malaysia, Australia, dan Arab. Sayangnya, belum ada transaksi yang berhasil  hingga sekarang. Dia mengaku kecilnya jumlah pesanan barang membuat tidak seimbang dengan biaya pengiriman. 
 
Asal tahu saja, buyer internasional ini didapatkan dari ajang pameran di salah satu lokasi seni di Bali. Tidak hanya itu, media digital yang digunakan mampu menarik perhatian konsumen mancanegara. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×