kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menangkap laba dari bisnis stiker jersey


Jumat, 19 September 2014 / 15:47 WIB
Menangkap laba dari bisnis stiker jersey
ILUSTRASI. Harga Emas Antam dan UBS Hari Ini (4/4) di Pegadaian Kompak Turun. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

f: baju bola


Menangkap laba dari bisnis stiker jersey

Banyaknya penggila bola yang fanatik membuka peluang bagi bisnis stiker jersey dengan laba yang cukup menggiurkan.

Marantina Napitu

Gemerlap Piala Dunia 2014 di Brasil menghipnotis hampir seluruh penduduk dunia. Euforia ini membawa berkah bagi pengusaha yang berhubungan dengan olahraga sepakbola. Tak terkecuali bagi pebisnis lokal yang menjual stiker nama pemain (name set) dan emblem logo negara yang menjadi peserta Piala Dunia.

Bagi penggemar sepakbola, wajib hukumnya untuk memiliki kaus sepakbola (jersey) dari pemain atau klub idola. Pada momen Piala Dunia yang sudah berlangsung lebih dari sepekan, jersey negara yang bertanding otomatis jadi incaran. Nah, tentu tak elok rasanya jika tak menyematkan nama serta nomor punggung pemain idola pada jersey.

Ini jadi peluang bisnis yang menjanjikan. Pasalnya, banyak penggemar sepakbola yang royal. Mereka rela membeli jersey orisinal dengan stiker nama dan nomor punggung yang orisinal pula. Yang namanya untuk hobi, banyak orang mau merogoh kocek lebih dalam untuk mendapat kaus yang persis seperti yang dikenakan idolanya.

Ketika jersey sudah di tangan, urusan belum selesai karena mereka harus beli tambahan berupa name set, yakni stiker nama dan nomor punggung pemain, serta logo klub sepakbola. Kalau sudah beli jersey yang orisinal, tentu saja penggemar mau pakai name set dan emblem yang orisinal pula. Di sinilah peluang bisnisnya.

Kebanyakan pengusaha menggeluti usaha ini karena memang tergila-gila pada sepakbola. Misalnya saja John Erwin, pemilik Safe Store, dan Septo Riza, pemilik Jkt Football. Keduanya memulai bisnis karena memang sangat menyukai sepakbola.

Ketika memulai usaha pada 2009, baik John maupun Septo kesulitan mendapatkan name set untuk jersey mereka. Kalaupun ada, mereka harus pesan dari luar negeri dengan harga yang mahal dan ongkos kirim yang tinggi pula. Dari situlah mereka melihat ada peluang bisnis untuk menjual name set di dalam negeri.

Keduanya merintis usaha secara online. Dari jualan di situs, respons pembeli sangat antusias. Septo mengatakan, ketika memulai usaha, ia membeli ratusan name set dari distributor resmi yang ada di Singapura. Berbeda dengan John yang mengawali usahanya dengan memesan name set melalui situs jual-beli eBay.

John menjelaskan, name set orisinal diproduksi oleh perusahaan resmi yang dipilih oleh klub sepakbola. “Klub-klub di liga Inggris biasanya sudah memilih satu produsen pembuat name set, sementara klub di Italia memilih sendiri produsen mereka, sehingga bentuk font dan warna name set pun bisa berbeda-beda,” terangnya.

Selanjutnya, perusahaan pembuat name set memilih distributor resmi di beberapa negara, misalnya di Singapura, Italia, dan Amerika. Dari distributor resmi ini, para penggemar bisa mendapatkan name set asli seperti yang tertera di kaus para pemain favorit mereka.

John dan Septo menuturkan, peluang usaha dari penjualan name set cukup menggiurkan. Pemainnya juga belum terlalu banyak. Di Jabodetabek, penjual yang sudah punya toko tak sampai 10 orang. Selain itu, penggemar bola tak ada habisnya sehingga pasar sangat luas.

John bilang, beberapa penggemar bola cukup fanatik. Jika sudah membeli satu potong jersey, biasanya mereka akan beli lagi. Bahkan ada yang sampai mengoleksi. Menurut John, permintaan naik ketika awal musim liga sepakbola atau ketika ada klub sepakbola yang main di Indonesia.  “Mereka akan bangga kalau pakai jersey orisinal yang dilengkapi dengan stiker nama dan nomor punggung pemain,” ucap dia.

Lantaran orisinal, harga stiker ini pun terbilang mahal. John mematok harga Rp 170.000–Rp 350.000 untuk tiap name set. Setelah membeli name set, para pembeli tak dikenakan biaya tambahan untuk menempelkan name set itu pada kaus. Tak semua orang langsung mendatangi toko untuk minta name set itu ditempelkan. “Banyak pembeli yang di luar kota mengirimkan kaus mereka, lalu kami pasang di toko dan selanjutnya kami kirimkan kembali,” kata John.

Dari bisnis ini, John bisa meraup omzet hingga Rp 3 juta per hari. Adapun laba bersih untuk tiap name set yang dijual eceran mencapai 40%. Namun, John menentukan margin keuntungan sebesar 15% untuk reseller.

Sementara Septo menjual name set dengan kisaran harga Rp 180.000–Rp 500.000. Dalam sehari setidaknya ia melayani enam orang pelanggan. Menurut Septo, omzet yang didapatnya dari bisnis ini sekitar Rp 40 juta per bulan dengan laba bersih sekitar 27%–35%. Anda tertarik menjajal bisnis ini?


Toko online

Jika tertarik menggeluti usaha tempel stiker jersey, John punya tip untuk Anda. Menurut John, idealnya, Anda tak perlu langsung membuka toko offline. John menyarankan Anda untuk coba menjual name set melalui sistem konsinyasi. Pemasaran bisa dilakukan online via situs di internet atau dari grup BlackBerry.

“Rata-rata orang yang terjun di bisnis ini tidak langsung buka toko, tapi mulai dengan cara seperti itu,” ujar John. Dari penjualan, perhatikan respons masyarakat. Jika memang tertarik, mulai cari tempat yang strategis untuk membuka jasa tempel stiker jersey.

Faktor penting yang harus jadi perhatian ialah prediksi prestasi pemain atau klub sepakbola. Dari hasil prediksi, pengusaha bisa tahu stiker apa yang bakal laku di pasar. “Kalau salah beli, tentu akan susah menjual stiker, karena performa pemain atau klub sangat menentukan penjualan name set,” tandasnya.

Bagaimana cara memprediksi prestasi pemain atau klub sepakbola? Tentu saja dengan mengikuti informasi mengenai semua pemain dan klub sepakbola kelas dunia. Selain itu, berbincang dengan sesama penggemar sepakbola juga bisa jadi acuan.

Prediksi ini penting karena John tidak menyuplai name set tiap bulan. Ia membeli pasokan name set untuk tokonya tiap enam bulan. Namun, di tengah jalan, jika ada perubahan dalam dunia sepakbola, ia bisa memesan tambahan name set. “Saya tidak stok tiap bulan karena ongkos kirimnya cukup mahal dan butuh waktu lama, bisa sampai sebulan,” kata dia.

Setelah mengamati penjualan dan mendapat respons yang baik dari pembeli, mulailah persiapkan untuk membuka toko. Pasalnya, dengan menjual name set dari online, persaingannya sangat ketat. Pembeli tinggal pilih penjual yang menawarkan harga paling murah.

Sementara jika membuka toko, penjual juga bisa menambah layanan tempel name set atau stiker. Ini memudahkan dan bisa jadi daya tarik bagi pembeli. Septo bilang, untuk menempel stiker jersey, yang paling dibutuhkan ialah mesin pres kaus. Mesin ini sudah diproduksi di Indonesia. Septo membelinya dari Surabaya.

Ketika membuka tokonya di Senayan Trade Center, Jakarta Selatan, Septo merogoh kocek sebesar Rp 200 juta. Modal itu ia gunakan membayar biaya sewa tempat. “Saya pilih buka toko di STC karena lokasinya strategis hingga memudahkan pembeli yang mau datang,” ucapnya. Sisa modal digunakan untuk membeli mesin pres dan membeli stok name set.

Selain punya toko di STC, Septo juga memiliki toko di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Toko itu dibangunnya bersama seorang rekan dua bulan lalu. Septo bilang, ia mengeluarkan modal hingga Rp 400 juta untuk toko barunya. “Tempatnya cukup luas, sekitar 100 meter persegi dan fasilitasnya lengkap karena kami menyediakan play station supaya pembeli tak bosan menunggu,” ujarnya.

Baik John maupun Septo mengatakan, lokasi yang strategis menjadi faktor penting dalam usaha ini. Karena jika toko sulit dijangkau, orang-orang memilih untuk membeli online. Namun, perhatikan juga agar biaya sewa tidak terlalu mahal untuk mempertahankan margin keuntungan yang diinginkan.

Di samping itu, layanan tempel name set juga tak boleh dilupakan. Pasalnya, name set yang dijual di satu toko dengan toko lainnya hampir sama. Hanya ada beberapa name set yang terbatas di toko tertentu yang dijual dengan harga tinggi. “Kalau ingin mendapat banyak pelanggan, bisa perkuat kualitas layanan penempelan name set,” ucap John.

Secara umum, sudah ada panduan untuk posisi menempelkan stiker nama dan nomor punggung serta emblem pada kaus. Panduan ini sudah diakui secara internasional dan dipakai pada kaus pemain sepakbola. Karyawan toko harus paham mengenai panduan ini agar tak mengecewakan pelanggan. Pasalnya, harga jersey orisinal mahal, jadi kalau ada kesalahan tentu pemiliknya akan kecewa dan rugi.

Makanya, John memberi garansi pada pembeli. Jika ketika name set ditempel ada kesalahan dari karyawan, ia mengganti name set baru gratis.


Cinta bola

Pemahaman akan bola tak akan terjadi kalau seseorang tak cinta pada dunia sepakbola. Meski bukan pemain sepakbola, setidaknya para pengusaha name set jersey ini sangat mencintai dunia sepakbola. Inilah yang membuat usaha mereka bertahan lama.

Septo mengatakan, ada beberapa penjual yang hanya tahan selama setahun atau dua tahun karena pada dasarnya tidak mencintai dunia sepakbola. John juga bilang, kalau tak suka bola, akan susah untuk terus mengamati dunia sepakbola dan menghadapi pelanggan yang pecinta bola.

Kendala dalam bisnis ini adalah masa sepi pembeli. Misalnya seusai lebaran atau setelah musim tanding berakhir. Nah, di situ tantangan untuk tetap berpromosi dan tetap menjalankan usaha. “Kalau orang yang tak suka bola, bisa-bisa langsung menyerah,” tutur Septo.    

Sejak mengawali usahanya, John Erwin, pemilik Safe Store, dan Septo Riza, pemilik Jkt Football, bertekad untuk menjual stiker nama dan nomor punggung yang orisinal. Alasan utamanya, adalah mereka ingin unggul dalam eksklusivitas produk.

Meskipun tak bisa dipungkiri, saat ini banyak sekali pelaku bisnis yang menjual pernak-pernik sepakbola yang palsu alias KW. “Saya lihat sisi eksklusivitas, karena barang yang diproduksi terbatas pasti bikin yang pakai merasa beda,” terang John.

Orang awam mungkin akan sangat sulit membedakan stiker yang asli atau yang palsu (remake). Pasalnya bahan yang digunakan mirip, yakni beludru dan plastik. Namun, ketika jersey dikenakan oleh pemiliknya, barulah terasa apakah yang dipakai stiker asli atau tidak.

John menuturkan, stiker yang asli sangat ringan sementara stiker remake membuat kaus menjadi berat ketika dipakai. Selain itu, stiker palsu pun gampang robek. Hal ini logis karena teknologi pembuatan yang digunakan tak secanggih yang digunakan oleh produsen aslinya.

Untuk menambah penghasilan, John dan Septo juga menjual jersey bola orisinal. Mereka mendapatkan kaus orisinal itu langsung dari distributor. Selain itu, Septo menjual kaus yang ia koleksi alias kaus jadul. Dia bilang, harganya bisa meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan ketika ia membelinya beberapa tahun lalu. “Dulu saya beli murah, tapi sekarang kalau dijual ada yang mau beli meski saya pasang harga jutaan rupiah karena klasik dan sudah tidak diproduksi lagi,” ucap Septo.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×