Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: S.S. Kurniawan
Kaum Hawa kerap kali disebut sebagai makhluk verbal. Bahkan, para ilmuwan dunia sempat mengungkap hasil riset, bahwa seorang perempuan bisa berbicara hingga 20.000 kata per hari.
Angka ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan kaum Adam yang hanya mengucap kata 7.000 per hari. Dus, bukan hal mengagetkan bila perempuan cenderung cerewet ketimbang laki-laki.
Nah, apa yang terjadi bila sekian banyak perempuan berkumpul dan berkomunitas? Hasilnya, boleh jadi adalah Female Daily, komunitas online perempuan terbesar di Indonesia saat ini.
Sejak lahir di kisaran tahun 2005 dalam bentuk blog kecantikan, kini Female Daily ramai dikunjungi oleh sekitar 2 juta kunjungan per bulan. Sesuai namanya, kebanyakan pengunjung laman femaledaily.com adalah perempuan.
Mereka berbincang berbagai tema keseharian perempuan, mulai dari bertukar informasi tentang pensil alis paling bagus, tas merek apa yang paling hits, serba–serbi persiapan pernikahan, kelahiran anak, sampai topik keuangan dan karier.
“Pengguna aktif atau active users saat ini sekitar 300.000 orang,” klaim Hanifa Ambadar, co-founder dan Chief Executive Officer Female Daily Network, kepada Tabloid KONTAN, beberapa waktu lalu.
Oktober 2016 ini, Female Daily bakal meluncurkan platform mobile apps mereka. Namun, berbeda dengan suguhan di website Female Daily yang memuat beragam thread atau forum berisi aneka ragam topik obrolan, di versi aplikasi mobile, Female Daily hadir sebagai platform seputar kecantikan (beauty review) saja.
Untuk mewujudkan platform aplikasi mobile, Female Daily mengakuisisi perusahaan developer aplikasi J-Tech, awal September 2016 yang lalu.
Melalui platform tersebut, pengguna Female Daily bisa saling bertukar informasi seputar produk-produk kecantikan yang pernah mereka pakai. Pengguna bisa dengan mudah mencari ulasan produk kecantikan yang telah dituliskan oleh pengguna Female Daily lain, di aplikasi tersebut.
Sebaliknya, pengguna juga bisa menuliskan pengalaman mereka setelah memakai produk kecantikan tertentu. “Mereka bisa mengumpulkan poin dan membangun otoritas di dunia kecantikan,” imbuh Hanifa.
Platform ini dilengkapi dengan fitur following, follower dan review berupa tulisan sebanyak 200 kata. Setiap tulisan dilengkapi dengan fitur penilaian. Pengguna bisa menilai apakah ulasan yang dituliskan cukup membantu atau tidak.
Fitur following memungkinkan pengguna mengikuti akun pengguna Female Daily lain yang dia nilai memberikan informasi atau ulasan sebuah produk dengan baik.
Sebaliknya, semakin banyak follower yang bisa dihimpun oleh seorang pengguna, hal itu bisa berarti akun tersebut ulasannya cukup diindahkan oleh pengguna lain.
Boleh dibilang, ini adalah ranah alternatif bagi para pegiat laman kecantikan (beauty blogger) untuk menulis pengalaman mereka seputar kecantikan dalam bentuk microblogging.
Oh, iya, setiap pemilik akun di aplikasi Female Daily harus menuliskan profil mereka terkait kecantikan (beauty profile) juga keluhan (beauty concern). Misalnya, jenis kulit, warna kulit, jenis rambut, keluhan kulit, rambut, dan lain sebagainya.
Penulisan profil ini akan memudahkan pengikut untuk mencari review produk dari pemilik akun dengan profil fisik sama.
Dengan mengusung platform seperti itu, Hanifa optimistis Female Daily kelak akan semakin eksis sebagai social e-commerce, alih-alih hadir sebagai situs jual beli kosmetik konvensional. “Karena, kecantikan itu bukan tentang menjual produk saja, melainkan menjual aspirasi,” terang Hanifa.
Kebutuhan atas produk kecantikan tertentu akan tercipta dari tulisan-tulisan ulasan produk kecantikan yang dituliskan oleh para pengguna Female Daily. Platform beauty review ini kelak juga akan dilengkapi kanal jual beli laiknya marketplace. “Merek, e-commerce dan individu bisa berjualan di sana,” terang Hanifa lagi.
Di website Female Daily Forum, sebenarnya sudah ada kanal jual beli yang disebut Market Plaza. Untuk menjual produk, pengguna forum harus memenuhi syarat tertentu.
Misalnya, sudah posting obrolan sekian kali, dilarang menjual barang imitasi atau replika, dan sebagainya. Female Daily juga menyediakan sertifikasi bagi penjual (certified seller).
Mencari investor baru
Walau kini sudah mampu mencetak pendapatan dari perusahaan-perusahaan yang beriklan melalui Femaledaily.com, situs komunitas online seputar dunia perempuan ini justru berawal dari laman blog sederhana tentang mode dan kecantikan yang tidak diniatkan untuk kegiatan komersial.
Sekitar tahun 2005 silam, ketika Hanifa masih bersekolah di Amerika Serikat, dia rajin menulis berbagai ulasan produk kecantikan di blog pribadi. Di negeri paman Sam ketika itu blog yang menjadi salah satu pionir media sosial semakin berkembang pesat dan diperhitungkan sebagai media di luar arus utama.
Hanifa terpikir untuk membuat laman sejenis mengusung konsep komunitas, dan memfokuskan sasaran pada kaum hawa. Bersama Affi Assegaf sebagai partner, Hanifa memutuskan lebih serius membangun komunitas online bernama Fashionese Daily sekitar tahun 2007 silam.
Tak disangka, komunitas mereka berkembang pesat hingga menarik sebuah perusahaan telekomunikasi memasang iklan disusul merek-merek lain. “Jadilah pada 2009 saya pulang ke Indonesia dan mulai menjalankan Female Daily secara profesional,” kata Hanifa.
Berbeda dengan kebanyakan perusahaan rintisan atau start-up yang menggeluti segmen teknologi, Female Daily mengklaim sudah mencetak keuntungan sejak dioperasikan beberapa tahun silam. Yaitu melalui pemasangan iklan berbagai merek. “Kami juga selalu bootstrapping,” terang Hanifa.
Bootstrapping berarti Female Daily tidak mengandalkan modal dari suntikan dana segar investor. Startup yang dijalankan dengan bootstrapping biasanya dibangun untuk kelak dijual tanpa pendanaan sama sekali. Modal ekspansi mereka ambil dari pendapatan yang sudah dicetak oleh perusahaan.
Namun, menilik perkembangan dunia digital yang semakin pesat di tanah air, Female Daily akhirnya membuka pintu juga bagi para investor. Pendanaan pertama mereka (seed funding) senilai US$ 180.000 mereka dapatkan dari seorang angel investor yang tidak dipublikasikan namanya.
Yang jelas, angel investor ini juga seorang pengguna Female Daily.
Tidak berhenti di sana, perusahaan yang memiliki karyawan sekitar 50 orang itu, akhirnya mampu menggalang pendanaan seri A senilai US$ 1 juta yang dipimpin oleh Ideosource, bersama Sinarmas Digital Ventures dan Convergence Ventures pada 2014.
Ketika itu, profil Female Daily sudah semakin mengkilap dengan mencetak 70 juta kunjungan selama setahun dengan lebih dari 20 juta pengguna aktif.
Di tahun 2014 itu pula, Female Daily akhirnya memutuskan lebih fokus menggarap ulasan kecantikan ini. Dana dari sang investor itu pula yang mereka manfaatkan untuk mengakuisisi J-Tech dan mengembangkan versi aplikasi mobile.
Demi bisa berakselerasi dengan perkembangan dunia digital yang cepat dan semakin kompetitif, Female Daily berencana menggalang pendanaan lagi akhir tahun ini. “Belum tahu kebutuhan dananya, tapi yang pasti lebih besar dari nilai terakhir,” terang dia.
Karena jumlah kebutuhan dana cukup besar, kemungkinan Female Daily akan melirik investor dari mancanegara seperti China dan Jepang.
Bila Anda tertarik mengikuti jejak sukses Hanifa membesarkan Female Daily, peluang sejatinya belum tertutup. Siapapun bisa membangun komunitas online, tinggal memilih pangsa pasar dan konsep yang kuat.
Menurut Hanifa, bila ingin sukses membangun komunitas online sebesar Female Daily, Anda perlu melakukan beberapa hal. Pertama, pendiri harus mendengarkan masukan dari komunitas. “Bangunlah untuk mereka,” kata Hanifa.
Kedua, wajib mengikuti tren dan teknologi sehingga aktivitas komunitas bisa selalu hidup dan ujungnya pengguna akan loyal, traffic selalu padat.
Ketiga, Anda juga perlu selalu memberdayakan dan memberi inspirasi anggota komunitas melalui produk agar merek yang Anda miliki bisa dilihat sebagai brand yang aspiratif.
Sudah siap mencoba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News