kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,11   -8,38   -0.91%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mencicip tempe buatan Semarang (1)


Rabu, 28 Januari 2015 / 14:49 WIB
Mencicip tempe buatan Semarang (1)
ILUSTRASI. Resep Sate Pusut Khas Lombok


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Havid Vebri

Tempe sudah menjadi salah satu lauk pauk khas Indonesia yang banyak peminatnya. Selain harga jualnya yang murah meriah, kandungan proteinnya yang tinggi membuat permintaan makanan dari olahan kedelai ini tidak pernah surut.

Itulah yang membuat banyak bermunculan pusat-pusat produksi tempe berskala industri rumahan di berbagai daerah. Salah satunya berada di Kota Semarang, Jawa Tengah. Tepatnya di Kelurahan Krobokan, Kecamatan Semarang Barat.

Lokasi sentra ini terletak kurang lebih 25 kilometer (km) dari pusat kota Semarang. Di Kelurahan Krobokan ini ada sekitar 200 perajin tempe yang tersebar di beberapa RW.  
Ketika KONTAN menyambangi sentra ini, terlihat rak-rak yang khusus dibuat sebagai media penjemuran tempe siap jual di depan teras rumah warga.

Rumah-rumah para perajin tempe itu juga memiliki gudang penyimpanan kedelai dan juga ruangan khusus untuk produksi yang berisi mesin penggilingan, perebusan dan pencucian kedelai.

Suparti, salah satu perajin tempe di sentra ini bilang, aktivitas produksi tempe di tempat ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Ketika suaminya masih hidup, wanita yang akrab dipanggil Parti ini menjalankan usaha tempe dengan skala produksi yang cukup besar, yakni sekitar satu kuintal per hari.

Namun, setelah suaminya meninggal, kini Parti mengaku hanya bisa mengolah sekitar 60 kg kedelai per hari. Dia dulu juga sempat memproduksi tahu gembus yang terbuat dari ampas tahu. Namun karena penjualan tempe lebih bagus, akhirnya Parti kini hanya fokus memproduksi tempe saja.

Parti hanya membungkus tempe buatannya dengan plastik polos tanpa merek. "Yang penting kualitas kedelai dan kebersihan dalam proses pembuatannya," ujar Parti. Harga jual tempe buatan Parti sekitar Rp 2.500-Rp 10.000 per buah. Dia mengaku bisa meraup omzet sekitar Rp 3 juta sampai Rp 4,5 juta saban bulan.

Perajin tempe lainnya adalah Sumarno. Berbeda dengan Parti yang tidak mencantumkan merek, Sumarno memiliki label Anggrek di setiap bungkus tempe buatannya. Pria ini mengaku mulai menjadi perajin tempe sejak tahun 1980.  

Saat ini Sumarno bisa mengolah sekitar 350 kg kedelai per hari. Dengan kapasitas produksi sebesar itu, dia bisa meraup omzet sekitar Rp 15 juta per bulan. "Harga jual satuan sekitar Rp 6.000," kata Sumarno.

Adapun Lasno, perajin tempe lainnya yang memiliki merek Tempe Lasmo ini bisa memproduksi sekitar 70 kg kedelai per hari. Pria yang sudah menjadi perajin tempe sejak tahun 1985 ini membaderol tempenya Rp 10.000 untuk tiga potong balok tempe. Dari situ, Lasno menghitung bisa meraup omzet sekitar Rp 200.000 per hari atau berkisar Rp 6 juta per bulan.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×